Mubadalah.id – Tidak bisa kita pungkiri, ketertarikan laki-laki terhadap perempuan, demikian juga berlaku sebaliknya, akan sangat sulit kita bendung. Sejak zaman SD, anak-anak sudah terlihat cinta monyet, berpasang-pasangan.
Namanya cinta monyet, cintanya pun sekadar main-main dan tidak jelas tujuannya mau apa. Apalagi jika sudah menginjak usia SMP, SMA dan kuliah, tantangan kita menghadapi masa pubertas yang terus berkembang akan semakin sulit.
Dalam perilaku pacaran, sering kali logika menjadi tumpul. Perasaan pun menjadi tumpuan utamanya. Anak muda yang cerdas sekalipun tidak akan luput dari godaan pacaran.
Dalam rangka memberikan edukasi dalam menyikapi fenomena pacaran di kalangan kaum muda, bahwa ada banyak madarat yang bisa ditimbulkan akibat pacaran. Sebab sulit mendapati perilaku pacaran yang sehat, apalagi yang kita paksakan sesuai dengan ajaran agama (Islam).
Yang namanya pacaran, sekurang-kurangnya merujuk pada perilaku bertemunya manusia lawan jenis. Yakni antara laki-laki dan perempuan, dalam kesempatan berulang-ulang melakukan pertemuan, apakah di rumah laki-laki, di rumah perempuan.
Lalu di rumah makan, kafe, Masjid, bioskop, taman dan tempat-tempat lainnya. Dari pertemuan berulang-ulang dan intens itu, benih-benih cinta semakin bersemai. Mulai ada cemburu, ingin diperhatikan berlebih, marah, sakit hati, dan lain seterusnya.
Dampak Pacaran
Sudah barang tentu aktivitas pacaran itu membutuhkan banyak biaya. Mulai dari ongkos perjalanan, pakaian yang baru, minyak wangi, traktir makan minum, membeli hadiah, nonton bioskop dan lain sebagainya.
Bayangkan, semua aktivitas itu anak muda lakukan di luar akad sah pernikahan. Bagaimana mungkin tidak banyak mengandung madarat bagi dua sejoli yang tengah pacaran?
Betul, bahwa sebulan dua bulan menjalani pacaran, hari-hari akan terasa indah, seolah-olah hidup ini hanya milik mereka berdua. Sering senyum-senyum sendiri, ibarat luas laut disebrangi, tinggi gunung dinaiki, semuanya tidak masalah.
Mulai dari sikap malu-malu sampai nanti mau-mau, semua tahapannya begitu secara umum terhadap perilaku pacaran yang kerap terjadi di kalangan kaum muda. Bahayanya lagi yang kerap menjadi korban adalah perempuan.
Perempuan yang mestinya fokus studi dan atau bekerja, waktu-waktunya mulai terkikis dengan kesibukan menjalin asmara. Perasaannya menjadi campur aduk, mulai sering cemburu dan marah, menuntut ini dan itu. Sampai kemudian terjadi putus, bahkan ada yang tidak terima putus, membuat perempuan tega bunuh diri.
Demikian kerugian bagi laki-laki. Segala sumber daya mulai dari tenaga, waktu, uang dan lain-lain yang mesti dipergunakan untuk misalnya membantu orang tua, ditabung untuk masa depan, semuanya sia-sia.
Serius Hendak Menikah
Lalu kapan seseorang bisa mulai serius berhubungan dengan lawan jenis? Dalam hemat saya, dalam masa satu tahun, boleh kita mulai. Iu pun dengan banyak catatan: serius hendak menikah, perkenalan dengan lawan jenis kita lakukan dengan hati-hati, tidak banyak alasan dan mengulur-ulur waktu, berikut perencanaan target waktu yang jelas.
Kalau dalam waktu dekat, masa setahunan belum siap menikah, apalagi usianya masih di bawah 30 tahun. Sebaiknya terus fokus pada studi, pekerjaan dan segala upaya melejitkan potensi diri.
Saya termasuk orang yang sejak dulu tidak pernah terlibat perilaku pacaran, masa muda sibuk dengan banyak aktivitas produktif. Memang benar, setelah sampai pada waktunya menikah, semua ada jalannya. Jangan sampai masa depan kalian, wahai kaum muda tergadaikan dengan percuma! Wallahu a’lam. []