Mubadalah.id – Hingga Januari 2021, Indonesia memiliki pengguna internet sebanyak 202,6 juta jiwa. Mengutip data dari Data Reportal, Senin (15/2/2021), jumlah tersebut meningkat sebanyak 27 juta atau 16 persen jika membandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara presentasi internet mencapai 73,7% hingga Januari lalu. Dengan jumlah ini, menjadi tantangan tersendiri bagi kita bagaimana harus bersikap sopan santun dalam media sosial.
Hal itu sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan media sosial, sehingga perlu upaya untuk mengimbangi dengan pemahaman berpikir kritis, agar terhindar dari berita hoax, dan propaganda ideologi yang mengarah pada sikap intoleransi atau kekerasan antar umat beragama.
Menurut (Erfan Gazali, 2018) tren kenaikan penggunaan internet di kalangan anak muda lebih mendominasi dan berimplikasi terhadap perubahan pola konsumsi generasi tersebut terhadap informasi agama. Sehingga kadang mudah dijumpai betapa mudahnya anak-anak muda ini tersulut emosi dan tak mampu bersikap sopan santun dalam media sosial.
Bahkan dalam lingkungan perguruan tinggi sekalipun, mahasiswa juga kerap menjadi korban oleh berita hoax, misinformasi dan ideologi yang mengarah pada intoleransi, kekerasan, ekstremisme, bahkan terorisme. Karena mahasiswa sekarang sangat akrab dan bergantung pada media sosial. Sopan santun dalam media sosial menjadi sesuatu yang langka hari ini.
Literasi Keagamaan Pendukung Sikap Sopan Santun dalam Media Sosial
Lebih dari itu, generasi milenial ada pula yang menikmati “Islam pamphlet” yaitu Islam yang sederhana dan dangkal, begitu juga mereka menikmati belajar agama lewat media sosial dari “ulama instant”. Kekhawatiran ini akan menimbulkan konflik agama yang kita pahami secara eksklusif oleh segelintir orang.
Maka untuk menjawab problem di atas, perlu upaya untuk peningkatan literasi keagamaan melalui media sosial. Kita bisa melakukannya melalui pengamatan beberapa faktor pendukung dan penghambat. Di antara faktor pendukung berangkat dari motivasi diri sendiri. Lalu keluarga sebagai support sistem utama, serta masyarakat sekitar di mana mereka tinggal.
Sementara itu, tantangan atau faktor penghambat yakni generasi milenial yang kurang memanfaatkan kegiatan yang bernilai positif, terutama pengetahuan soal agama yang ramah, damai toleran dan menjunjung tinggi kemanusiaan serta keadilan. Sebab dengan pengetahuan itu harapannya pemahaman literasi keagamaan mereka akan bertambah seiring dengan tuntutan sikap sopan santun dalam medial sosial.
Namun faktanya kecenderungan yang terjadi, lingkungan dan gaya hidup sangat mudah mempengaruhi generasi milenial dimana yang dicari hanya kebahagiaan dan kesenangan sesaat saja. Tantangan ini tentu sangat kompleks. Satu sisi diharapkan bisa bersikap sopan santun di media sosial, dan ikut mengkampanyekan narasi baik.
Sopan Santun dalam Media Sosial Cegah Konflik Horizontal
Tapi di sisi lain banyak sekali godaan tren fashion, flexing, dan haya hidup yang terus wara-wiri berseliweran di beranda media sosial. Sehingga dakwah-dakwah virtual yang tersebar luas itu kurang maksimal penyebarannya. Konten baik akan kalah dengan kebutuhan iklan dan cuan. Sopan santun dalam media sosial hanya angin lalu, dan senyap begitu saja.
Mayoritas generasi milenial merespon penggunaan media sosial sebagai sarana kesenangan gaya hidup. Lalu mencari eksistensi diri, dan memperluas informasi sekitar tren atau berita viral menarik lainnya. Padahal, peningkatan literasi keagamaan melalui media sosial juga menjadi sesuatu yang penting. Selain agar punya sikap sopan santun dalam media sosial, juga punya peran positif dalam penyebaran narasi damai.
Sebab tanpa kita sadari konflik horizontal kerap terjadi yang berawal dengan debat kusir di media sosial, hingga mengarah ke ranah hukum. Mungkin karena minimnya rasa toleransi pada masing- masing individu atau kelompok terhadap perbedaan pendapat
Akhir hati, sikap sopan santun dalam media sosial dan peningkatan literasi keagamaan penting sekali bagi generasi milenial agar ia tak mudah terjebak pada ujaran kebencian, berita hoax dan ideologi yang bertentangan dengan dasar negara kita yakni pancasila. []