• Login
  • Register
Rabu, 4 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Birrul Awlad: Berbuat Baik pada Anak Tanpa Syarat

Alih-alih membebani anak dengan tuntutan, ada baiknya kita refleksi bersama. Sudahkah kita mengajaknya bicara, dan mendengarkan ceritanya?

Zahra Amin Zahra Amin
30/11/2023
in Keluarga
0
Berbuat Baik pada Anak

Berbuat Baik pada Anak

480
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kita mungkin sudah sering mendengar Birrul Walidain. Berbuat baik pada kedua orang tua. Pesannya jelas sekali ada dalam hadis Nabi, tentang 3 amal yang tidak pernah putus, salah satunya berbakti pada orang tua. Selain itu ada shadaqah jariyah, dan ilmu yang bermanfaat.

Lalu ada pesan lain dari Al Quran dalam surat Lukman yang melarang kita bilang “hussh/cih” pada orang tua, kata lain adalah berkata kasar. Sehingga kadang, mohon maaf, narasi di atas menjadi alat orang tua untuk mengendalikan kehidupan anak.

Sebagaimana yang berapa kali aku temukan dalam kesempatan menjadi konselor Posyandu Remaja di salah satu kampus di Indramayu dua pekan kemarin. Orang tua, atau aku sendiri yang kini juga berperan sebagai orang tua kadang lupa, ada hak anak yang seringkali terabaikan. Yaitu birrul awlad, atau berbuat baik pada anak tanpa syarat.

Sementara untuk birrul awlad belum banyak yang menjelaskan tentang bagaimana kita harus memperlakukan anak-anak dengan baik. Aku semakin paham setelah lama nyemplung mengelola media Mubadalah.id, dan membaca buku Qiraah Mubadalah. Ada lagi tambahan referensi lainnya ada di buku Fiqh Perwalian terbitan Rumah Kitab.

Bakti Anak Bukan Membayar Hutang Jasa Orang Tua

“Saya harus bagaimana menghadapi orang tua, terutama ayah yang seperti itu Bu?”

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

“Kadang-kadang saya ingin menghilang saja dari dunia ini, kalau ibuku sudah marah-marah di rumah, karena aku tidak memberinya uang”

“Saya pernah bersembunyi di kolong tempat tidur, ketika para penagih hutang datang ke rumah, jadi saya takut pulang”

Isakan kecil peserta Posyandu Remaja yang pernah aku dampingi proses konselingnya, masih teringat jelas dalam ingatan. Tidak hanya satu orang, tapi lebih dari tiga peserta yang bercerita dengan problem sama. Relasi yang kurang baik dengan orang tua, terutama ibu.

Di mana berdasarkan cerita yang mereka sampaikan, orang tua seakan menuntut anak untuk membayar apa yang sudah orang tua berikan. Sehingga banyak fakta yang aku temui di Indramayu, anak perempuan seringkali menjadi aset keluarga untuk berangkat bekerja di luar negeri.

Jadi ketika ada anak yang selepas SMA belum ingin bekerja, tapi lebih memilih kuliah atau melanjutkan pendidikan, anak seakan mendapatkan perlakuan berbeda dari orang tua. Ketiadaan dukungan dari orang tua dan keluarga menjadi beban tersendiri bagi mereka untuk bisa meraih mimpi serta cita-cita. Sayang sekali, padahal pendidikan adalah salah satu kunci untuk bisa mengubah nasib mereka di kemudian hari.

Tentu aku kurang sepakat dengan pernyataan di atas. Bakti anak pada orang tua bukan untuk membayar hutang jasa, karena telah melahirkan anak ke dunia. Tetapi karena sebagai orang tua telah memperlakukan anak secara baik, memberikan segala hal terbaik, dengan penuh dukungan, cinta serta kasih sayang.

Terlebih jika kita berpegang pada prinsip birrul awlad tadi, yakni berbuat baik pada anak tanpa syarat. Tanpa mengharap kompensasi dan imbalan apapun, dan biarkan anak menemukan jalannya sendiri menuju masa depan.

Patahkan Stigma Generasi Strawberry

Mengutip artikel Ratih Prihatina dalam laman djkn.kemenkeu.go.id yang menjelaskan bahwa istilah strawberry generation pada mulanya muncul dari negara Taiwan. Istilah ini ditujukan pada sebagian generasi baru yang lunak seperti buah strawberry.

Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah strawberry itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu kita pijak atau kita tekan ia akan mudah sekali hancur.

Sementara itu menurut Prof. Rhenald Kasali dalam salah satu kesempatan kuliah online melalui streaming youtube beliau, strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Definisi ini dapat kita lihat melalui laman-laman sosial media. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang mereka rasakan.

Dengan melihat, dan mendengar langsung realitas curhatan sebagian besar peserta Posyandu Remaja, aku yakin telah mematahkan stigma generasi strawberry. Terutama jika anak-anak itu terlahir dari keluarga kelas menengah ke bawah, yang secara ekonomi masih serba terbatas. Sehingga beban keuangan keluarga ikut dilimpahkan pada anak-anak.

Untuk mengurai persoalan ini, saat sesi konseling tak banyak yang bisa aku sampaikan pada mereka. Aku lebih banyak memberinya dukungan moral, agar tak mudah menyerah untuk mengajak orangtuanya bicara. Selain itu mereka juga tak segan untuk segera minta tolong pada orang dewasa, seperti layanan pendamping, ketika kondisi mental mereka memicu depresi berat.

Menjadi generasi apapun seorang anak, tergantung pada bagaimana pola asuh yang orang tuanya terapkan. Alih-alih membebani anak dengan sekian tuntutan, ada baiknya kita refleksi bersama. Sudahkah kita mengajaknya bicara, dan mendengarkan ceritanya? []

 

 

Tags: anakBirrul AwladkeluargaKesalinganorang tuaRelasi
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Resident Playbook

    Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh
  • Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID