• Login
  • Register
Rabu, 28 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan, Harus Bagaimana?

Selama ini, kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan biasa menimpa kaum laki-laki. Karena konstruksi perspektif masyarakat yang membentuk bahwa kaum laki-laki merupakan subjek di mana mereka yang mendapat mandat untuk menyatakan cinta

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
20/07/2022
in Personal
0
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

511
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan ini terinspirasi dari tulisan epic berjudul “Bagaimana Menyikapi Perbuatan Baik yang Bertepuk Sebelah Tangan”. Fenomena cinta bertepuk sebelah tangan mungkin menjadi sebuah fase hidup yang terkesan penuh dengan penderitaan.

Vokalis Ryan D’Massiv dalam beberapa kesempatan wawancara dengan media selalu mendaku sebagai lelaki yang kisah cintanya sangat tragis. Sebelum ia menjadi terkenal, pernah berkali-kali ia menyatakan cinta namun tertolak karena alasan fisik dan materi, begitu ia menceritakannya.

Selama ini, kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan biasa menimpa kaum laki-laki. Karena sekali lagi, konstruksi perspektif masyarakat yang membentuk bahwa kaum laki-laki merupakan subjek di mana mereka yang mendapat mandat untuk menyatakan cinta. Maka wajar jika kasus penolakan cinta anggapannya selalu terjadi pada mereka sebagai sebuah kewajaran.

Laki-laki Identik dengan Penolakan Cinta

Dalam wacana yang berkembang, narasi yang muncul terkait penolakan cinta juga banyak dari kaum laki-laki seperti dalam artikel berjudul Takdir Allah dan Kisah Cinta Mughits yang Bertepuk Sebelah Tangan, dalam portal NU online. Atau artikel berjudul Ibnu Hazm dan Kisah Cintanya yang Bertepuk Sebelah Tangan pada portal Islami.co.

Sifat cinta yang universal, meniscayakan untuk tidak membatasi kerja cinta pada relasi laki-laki dan perempuan saja. Melainkan relasi yang lebih luas sebagaimana mencintai terhadap teman, anak, dan musuh. Mari kita lihat sisi lain cinta untuk meyakinkan bahwa cinta bertepuk sebelah tangan hanyalah kesan yang muncul di permukaan saja sedang pada hakikatnya, cinta bertepuk sebelah tangan yang terkelola dengan baik justru akan mendatangkan kebaikan-kebaikan bagi diri sendiri dan orang yang kita cintai.

Tuhan adalah Sang Maha Cinta. Dia memancarkan cinta kepada semua makhluk-Nya tanpa terkecuali sebagaimana Rahman dan Rahim-Nya yang terkandung dalam ayat basmalah. Setelahnya, tergantung kepada manusia. Apakah ia melanjutkan pancaran sifat tersebut atau sebaliknya justu menghijab diri dia untuk menebarkan dan mengekspresikan cintanya

Baca Juga:

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Cinta adalah Anugrah

Cinta juga merupakan sebuah anugrah Tuhan yang kedatangannya tak perlu kita bendung. Selayaknya rizki, cinta sebagai pemberian Tuhan tidak bisa kita tolak, tugas kita mengekspresikan cinta tersebut sebaik-baiknya tentu dengan cara-cara yang telah dibenarkan.

Maka mencintai adalah hak, begitu-pun dicintai juga merupakan hak. Orang mencintai berhak mengungkapkannya bahkan disarankan sebagai bentuk perjuangan. Sebagaimana kisah dalam sebuah Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه : أَنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا . فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَعْلَمْتَهُ ؟ قَالَ : لَا . قَالَ : أَعْلِمْهُ . قَالَ : فَلَحِقَهُ فَقَالَ : إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ  فَقَالَ أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ رواه أبو داود:

Dari Anas bin Malik r.a., suatu hari ada seorang pemuda di samping Nabi. Lalu lewatlah seorang pemuda di depannya, maka berkatalah pemuda tersebut. Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai pemuda ini. Rasulullah bertanya kepada pemudi tersebut, apakah engkau sudah memberitahukannya? Pemuda tersebut menjawab, belum. Maka Rasulullah berkata, sampaikan padanya. Kemudian pemuda tersebut mengatakan, wahai fulan, demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Lalu dijawab, semoga engkau dicintai oleh Dzat yang engkau mencintaiku karena-Nya (HR. Abu Dawud).

Begitu juga orang yang kita cintai, mereka berhak menolak. Bagi yang tertolak cintanya (bertepuk sebelah tangan) tidak perlu menaruh rasa penyesalan maupun rasa dendam. Karena pada dasarnya cinta bersumber dari Tuhan, niatkan sebagai takhalluq bi akhlaqillah (internalisasi sifat Tuhan).

Jangan Pernah Berhenti Mencintai

Mengutip Dr. Fakhruddin Faiz dalam channel Ngaji Filsafat yang menyatakan bahwa jangan pernah berhenti mencintai seseorang (anak nakal, teman yang buruk, dan musuh), never cease loving a person. Karena dalam cinta ada tiga kebaikan yaitu pertama, keteguhan. Keteguhan (konsistensi) ada pada sifat cinta. Dalam level apapun, ekspresikanlah cinta. Kedua, otonomi.

Dalam cinta terdapat otonomi (kebebasan). Seseorang tidak bisa memanipulasi (membendung) diri dia atas perasaan cintanya. Ketiga, signifikasi. Cinta yang tulus meniscayakan seseorang berada posisi yang berharga dan semakin dekat dengan Tuhan. Dari kedua posisi ini, cinta bisa melahirkan rasa syukur yang tiada terkira.

Bagi mereka yang cintanya bertepuk sebelah tangan, tetaplah untuk terus mencintai. Yakinkan hal tersebut dalam diri agar cinta bertepuk sebelah tangan tidak menjadi beban maupun penyesalan. Namun menjadi sebuah kekuataan untuk tetap menjadi pribadi yang tetap terus mencintai meskipun dalam konteks tertentu. Kita juga perlu melepaskan. Karena dalam cinta yang bertepuk sebelah tangan terdapat proses pembangunan kesadaran bahwa Tuhan pemilik cinta sejati yang akan membagikan kepada manusia porsi cinta yang sesuai. []

 

Tags: Bertepuk Sebelah TanganCintakasih sayangkemanusiaanmanusia
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

Independent Woman

Being Independent Woman is Not Always About Money, Bro!

27 Mei 2025
Fatwa Vasektomi

Membaca Fatwa Vasektomi MUI dengan Perspektif Mubadalah

26 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

26 Mei 2025
Laku Tasawuf

Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

24 Mei 2025
Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kafa'ah yang Mubadalah

    Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Being Independent Woman is Not Always About Money, Bro!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menstrual Hygiene Day: Menstruasi Bukan Hal Tabu !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar dari Malaysia Soal Akses Difabel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulasan Daughters of Abraham: Ketika Para Putri Ibrahim Menggugat Tafsir
  • Menstrual Hygiene Day: Menstruasi Bukan Hal Tabu !!!
  • Belajar dari Malaysia Soal Akses Difabel
  • Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version