• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Cinta yang Tidak Egois

Tia Isti'anah Tia Isti'anah
04/10/2018
in Kolom
0
53
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sahabat saya, seorang perempuan terpelajar harus rela didiamkan oleh kekasihnya berbulan-bulan. Ia tidak tahu apa yang menjadi kesalahannya. Dan itu membuatnya begitu terpukul dan hampir putus asa. Padahal cinta yang tidak egois akan membuat hubugan langgeng.

Sahabat saya yang lain, harus rela menjadi seseorang yang terus meminta maaf kepada kekasihnya. Sementara kekasihnya terus menjadi begitu protektif terhadap dirinya. Ia tidak boleh berboncengan dan mengobrol dengan siapapun.

Sahabat-sahabat seperti itu mungkin selalu ada di sekitar kita. Mereka bingung antara memilih tetap mencintai kekasih mereka atau meninggalkannya. Yang kedua-duanya memiliki konsekuensi yang tidak ringan.

Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Erich Fromm dalam bukunya Art of loving mengatakan cinta adalah tindakan dan perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita cintai. Itu berarti cinta bersifat pribadi sehingga dapat dikatakan bahwa cinta adalah keegoisan. Dan disadari atau tidak kita juga sudah membuktikannya.

Contohnya, seorang laki-laki begitu protektif terhadap pasangannya karena ia mencintainya dan ingin menjaganya. Padahal, disadari atau tidak, itu hanya untuk kepuasan dirinya sendiri.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Ia hanya berusaha memuaskan keegoisan cintanya. Ia merasa puas mencintai ketika ia menjadi over protective. Padahal orang yang dicintainya merasa terpenjara akan hal tersebut.

Namun perempuan, pasangan si laki-laki tadi juga bisa dikatakan egois jika ia marah-marah dan ingin dibebaskan. Karena itu berarti ia mementingkan keegoisan cintanya yang berbentuk kebebasan.

Kita juga mungkin sering melihat perempuan yang marah ketika kekasihnya tidak mengabarinya. Perempuan ini juga egois karena ia hanya ingin memuaskan rasa cintanya yang terwujud dalam kabar dari kekasihnya.

Kekasihnya juga bisa dikatakan egois ketika ia tidak memberikan kabar kepada si perempuan. Karena itu berarti si laki-laki hanya mementingkan keegoisannya dalam mencintai yang berbentuk tidak memberikan kabar.

Lalu, bagaimana caranya agar hubungan tetap berjalan dengan baik padahal didasari rasa cinta yang mungkin bersifat egois?

Allah dalam firman-Nya Surat Al-Baqoroh ayat 187 menyatakan bahwa perempuan adalah pakaian bagi laki-laki dan laki-laki adalah pakaian bagi perempuan.

Itu berarti prinsip ketersalingan harus ada dalam hubungan keduanya, terlepas dari banyaknya penafsiran tentang ayat tersebut.

Maksudnya, kita sama-sama mencintai dan memahami cara mencintai pasangan kita lalu melakukan apa yang dibutuhkan pasangan kita.

Dalam suatu penelitian menyatakan bahwa perempuan lebih senang dipuji lewat hal-hal yang bersifat perasaan. Maka seyogyanya laki-laki memuji lewat hal-hal tersebut, walaupun menurut si laki-laki itu tidak dibutuhkan.

Dan sebaliknya, laki-laki dalam penelitian Shaunti Feldhahn mungkin lebih senang dipuji lewat kemampuan dan prestasinya. Maka seyogyanya perempuan memuji laki-laki lewat hal tersebut, walaupun mungkin perempuan juga merasa hal tersebut tidak diperlukan.

Dalam beberapa kasus, bisa saja itu terbalik. Umpamanya, laki-laki lebih membutuhkan pujian-pujian yang bersifat perasaan dan perempuan lebih membutuhkan pujian-pujian yang bersifat prestasi serta kemampuan.
Itu tergantung dari bagaimana kepribadian dan kebutuhan temporal pasangan kita.

Maka seyogianya kita mengetahui hal-hal yang membuat pasangan kita dicintai. Bukan hanya dicintai menurut ukuran diri kita sendiri.

Jika melakukan hal tersebut, maka rasa cinta kita tidak egois. Karena, kita juga mementingkan kebahagiaan dan kepuasan pasangan kita. Bukan hanya kebahagiaan dan kepuasan diri kita pribadi.

Dan prinsip ketersalingan itu bukan hanya berlaku pada ranah perasaan. Dalam kehidupan sehari-hari seperti pembagian kerja, berpendapat serta aktifitas-aktifitas lainnya juga sangat membutuhkan hal tersebut.

Karena menurut Abraham Maslow dalam Hirarki Kebutuhan, cinta bukanlah satu-satunya kebutuhan. Banyak kebutuhan kita yang lain seperti aktualisasi diri, fisiologi, serta keamanan yang juga harus berprinsip ketersalingan.

Sehingga nantinya, kita dapat membuat sebuah hubungan yang baik dan harmonis, sakinah, mawaddah dan rahmah.[]

Tags: CintaegoisharmoniskeluargaKesalinganlaki-lakimawadahperempuanrahmahsakinah
Tia Isti'anah

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah, kadang membaca, menulis dan meneliti.  Saat ini menjadi asisten peneliti di DASPR dan membuat konten di Mubadalah. Tia juga mendirikan @umah_ayu, sebuah akun yang fokus pada isu gender, keberagaman dan psikologi.

Terkait Posts

Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID