Mubadalah.id – Keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat memiliki peranan penting dalam perkembangan setiap individu manusia. Orang tua sebagai sekolah pertama anak menetukan bagaimana pola asuh akan mempengaruhi cara berinteraksi dengan orang sekitar.
Cahyadi Takariawan, seorang konsultan pernikahan dan keluarga melalui bukunya menulis tentang 8 pilar ketahanan keluarga. Dimana hal ini merupakan pengetahuan baik yang belum menikah maupun bagi yang hendak menikah, karena pernikahan bukan hanya sehari ataupun dua hari namun selama-lamanya.
Ketahanan keluarga penting bagi kita untuk mengetahui dan mengakomodir bagaimana suatu keluarga bisa kokoh terhadap permasalahan atau konflik yang terjadi selama berumah tangga. Membangun keluarga memang tidak sesederhana apa yang kita bayangkan ketika masih belia.
Maka dari itu bukan hanya mengurusi urusan dapur, sumur, dan kasur. Lebih dari itu, pasti terjadi kapan waktunya akan ada konflik yang tak pernah terfikirkan bakal terjadi. Berikut ini adalah delapan pilar ketahanan keluarga:
Pilar Pertama, Persiapan Menjelang Pernikahan
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara dua insan, mereka disatukan untuk membentuk sebuah keluarga yang berlandaskan iman dan ketakwaan. Oleh karenanya pernikahan bukanlah hal main-main butuh persiapan atau pertimbangan matang agar ketika sudah menikah tidak menyesal atas pilihan yang akan menjadi teman seumur hidup.
Pemerintah melalui Kantor Urusan Agama (KUA) memfasilitasi calon pengantin dengan mengadakan kursus calon pengantin sehingga calon pengantin memiliki pemahaman dan kesiapan untuk menjalani hari-hari ketika sudah berumah tangga.
Selain peran pemerintah, dalam membentuk sebuah keluarga juga perlu pembekalan awal yang jelas dari calon pengantin. Tujuan menikah bukan hanya pemenuhan hasrat kemanusiaan, tetapi juga membentuk individu yang mulia dari sebuah keluarga.
Calon pengantin bisa memulainya dengan membuat visi-misi pranikah. Bagaimana menjadi suami dan istri yang baik, bagaimana menjadi orang tua yang baik, hingga bagaimana agar diterima baik oleh keluarga besar baik dari pihak suami atau istri. Sehingga, dengan langkah tersebut keluarga memiliki ketahanan keluarga yang kuat serta tehindar dari konflik atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Pilar Kedua, Pembinaan Hidup Berumah Tangga
Pembinaan hidup berumah tangga merupakan suatu hal penting yang tidak bisa kita tinggalkan dalam berkeluarga. Mulai dari sepasang suami istri, lalu mempunyai seorang anak, berlanjut dengan anak kedua, selanjutnya tumbuh menjadi dewasa, mempunyai pendapatan sendiri, menikah dan memiliki kehidupan sendiri hingga menunggu sampai ajal menjemput.
Pada setiap tumbuh kembang anak pastinya memiliki perlakuan yang berbeda. Dalam hal inilah peran orang tua sangat penting di sini, di mana menanamkan pembinaan yang baik akan melahirkan pribadi berbudi luhur serta bisa berguna bagi nusa dan bangsa.
Pilar Ketiga, Pembinaan Sepanjang Rentang Kehidupan Berumah Tangga
Setiap rentang kehidupan manusia memiliki tantangan yang berbeda-beda. Apalagi dalam hal melanjutkan keturunan tentunya butuh pembinaan keberlanjutan. Di mana akan berakhir sampai ajal menjemput. Peran masing-masing individu sangat penting dalam keberlangsungan keluarga.
Mereka saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain ketika menghadapi konflik atau masalah. Karena kondisi atau situasi psikologis yang berbeda seperti biasanya dari salah satu individu akan mempengaruhi individu lain dalam keluarga
Pilar Keempat, Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga merupakan langkah dalam mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Seringkali konflik datang karena kesulitan ekonomi, tetapi terkadang ada juga faktor lain yang menyebabkan konflik.
Keluarga yang berdaya tertandai dengan masing-masing anggota keluarga yang produktif. Sehingga, kebutuhan yang sekiranya mendesak ataupun tidak dapat terpenuhi, bahkan dapat memiliki tabungan darurat sekalipun.
Pilar Kelima, Pencegahan Masalah
Adakalanya, suami istri ketika menghadapi suatu konflik tidak serta merta langsung segera terselesaikan, keduanya malah justru menghindar dan bersikap tak acuh. Terkadang suami istri tidak mempunyai titik temu istri mau menyelesaikan konflik. Si suami malah hanya diam dan mengajak bercerai, begitu juga sebaliknya.
Dalam hal ini suami istri perlu pintu darurat sebelum semua itu terjadi. Maksud dari Pintu Darurat Keluarga (PDK) di sini adalah keluarga sudah mengerti apa yang harus segera mereka lakukan jauh sebelum terjadinya konfllik. Seperti halnya pepatah sedia payung sebelum hujan.
Pilar Keenam, Penyelesaian dan Pemulihan dari Masalah
Ketika keluarga terkungkung dalam situasi darurat, suami istri saling menyalahkan siapa yang salah dan siapa yang benar, sehingga konflik berangsur-angsur akan memuncak. Pihak ketiga semestinya perlu kita hadirkan apabila memang suami-istri tersebut tidak bisa menyelesaikannya. Setelah konflik sudah terselesaikan, selanjutnya adalah fase pemulihan.
Memang mengubah kondisi keluarga pasca konflik perlu penyesuaian yang tidak sebentar. Kalaupun sebentar, berarti keluarga tersebut mempunyai kelentingan yang sangat baik. Selain itu juga mereka mudah memaafkan dan melupakan perbuatan yang pernah dilakukannya.
Pilar Ketujuh, Penyehatan dan Penyegaran Keluarga
Sebuah keluarga kita katakan sakit apabila suami dan istri tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Komunikasi yang tidak efektif, tidak saling mengerti dan memahami hingga tidak dapat menikmati kebersamaan meskipun sama-sama tinggal di dalam yang sama.
Oleh karenanya, keluarga yang sakit membutuhkan penyehatan untuk menghilangkan hal-hal tersebut. Namun terdapat pembedaan antara keluarga yang sakit dan keluarga yang tengah mengadapi masalah atau konflik.
Dalan hal ini jika suami istri datang ke konselor masih dapat saling berkomunikasi, mampu bercerita, dan mampu menguraikan kronologis sebelum terjadinya masalah, maka dapat kita katakan suami istri tersebut membutuhkan solusi atas permasalahn yang yang terjadi.
Tetapi, jika suami istri datang ke konselor dalam keadaan tidak dapat berkomunikasi dengan baik, tidak bisa bercerita, berbeda jawaban ketika diberi pertanyaan. Maka suami istri tersebut dalam keadaan sakit. Sehingga, dalam proses penyembuhannya membutuhkan seorang psikolog atau psikater yang dalam hal ini bukan merupakan wilayah keahlian dari konselor.
Selain penyehatan, keluarga juga membutuhkan penyegaran dalam setiap rentang kehidupannya. Berikut ini beberapa usaha yang dapat dilakukan: ingat selalu nilai sakral pernikahan, kembali kepada motivasi awal, konsisten dengan tujuan, memutar ulang kehidupan, dan fokus kepada masa depan.
Pilar Kedelapan, Kontribusi Keluarga
Manusia sebagai makhluk sosial, pastinya saling membutuhkan satu sama lain. Begitu juga dengan keluarga, kontribusi keluarga dalam kehidupan bermasyarakat tentunya sangat berarti di lingkungan sosialnya. Atas peran-peran keluarga pada pihak-pihak luar dapat mengindikasikan bahwa keluarga tersebut harmonis dan terjauhi dari persepsi anti sosial yang disematkan oleh warga sekitar.
Pada akhirnya, dalam membentuk ketahanan keluarga bukan hanya peran suami dan istri. Lebih dari itu merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Pemerintah maupun pihak swasta, ormas, parpol, LSM, tokoh agama, tokoh masyarakat, public figure, dan semua komponen memiliki peran dalam pengokohan ketahanan keluarga. Semua memiliki peranan yang sangat penting. []