• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Demi Nama Baik Kampus, Film Pendek Besutan Kemendikbud yang Sarat Pesan

Kenapa kita harus percaya kepada korban? Karena untuk mampu bercerita saja, korban sudah membutuhkan energi yang besar. Korban harus mengalami pergolakan hatinya karena ia merasa hina telah mengalami pelecehan

Rezha Rizqy Novitasary Rezha Rizqy Novitasary
13/01/2022
in Film
0
Nagita Slavina

Nagita Slavina

387
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu, akun You Tube Kemendikbud, Cerdas Berkarakter, meluncurkan sebuah film pendek berjudul Demi Nama Baik Kampus, dengan durasi sekitar setengah jam. Film ini dibuka dengan adegan tiga orang mahasiswa yang sedang ngobrol di kantin kampus.

Sinta, salah satu mahasiswa semester akhir sedang bersemangat membahas tema skripsi yang akan diangkatnya. Sinta mengangkat tema Kartini yang digambarkan sebagai sosok wanita kalem dengan kebaya dan konde namun sebenarnya memiliki jiwa keberanian. Hal ini diketahui Sinta dari kritik-kritik tajam yang dituliskan Kartini melalui surat-suratnya.

Kebetulan, Sinta mendapatkan pembimbing skripsi seorang dosen laki-laki yang masih muda. Beliau dikagumi oleh para mahasiswanya, selain karena kemampuannya dalam mengajar juga karena penampilannya yang dipandang menarik. Keanehan terjadi saat Sinta mendapatkan jadwal bimbingan di malam hari. Katanya agar waktu yang tersedia untuk bimbingan lebih longgar.

Di awal bimbingan, Pak Arie berperilaku dengan baik. Hingga ketika beliau memindahkan kursi agar bisa duduk di sebelah Sinta, dan meminta Sinta untuk memanggilnya dengan sebutan Mas. Pak Arie mulai menyentuh tubuh Sinta tanpa persetujuan. Menyentuh tubuh orang lain tanpa persetujuan adalah pelecehan. Bahkan Pak Arie tetap mengejar, saat Sinta memutuskan lari ke toilet. Ketika ada langkah kaki yang terdengar dari luar, Pak Arie mengancam Sinta untuk tidak melaporkan kepada siapa-siapa tentang kejadian di malam itu. Sinta hanya bisa menangis ketakutan.

Menurut saya ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari film pendek ini. Seringkali masyarakat awam menyalahkan korban karena terkesan tidak menolak ketika ada orang lain yang melakukan pelecehan seksual kepadanya. Adegan berikutnya, menjawab persoalan ini. Setelah berhari-hari menangis dan mengurung diri di kamar, akhirnya Sinta mau bercerita kepada sahabatnya, Abi. Sinta mengatakan tubuhnya kaku dan tak bisa segera merespon untuk menolak pelecehan yang dilakukan dosen kepadanya.

Baca Juga:

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Refleksi Filosofis atas Kekerasan Seksual di Dunia Akademik

Hal itu memang terjadi pada korban ketika mengalami pelecehan seksual. Tubuhnya kaku seketika, pikirannya tiba-tiba kosong, dan tak dapat segera bertindak. Dalam pikirannya, sebenarnya korban sudah bertarung dengan dirinya sendiri. Antara tidak percaya akan pelecehan yang dilakukan orang terdekatnya dan juga keraguan untuk segera memutuskan tindakan karena tidak berani dengan resikonya.

Pelecehan yang dilakukan oleh Pak Arie berdasar atas relasi kuasa. Ia merasa memiliki kuasa atas mahasiswa bimbingannya. Salah satu dialog yang disebutkan Pak Arie menggambarkan bagaimana relasi kuasa itu berpengaruh. Pak Arie berkata, jika Sinta mau baik kepadanya, ia juga akan lebih baik kepada Sinta, bahkan bersedia memberikan nilai yang tinggi.

Dalam film ini, Sinta beruntung karena memiliki sahabat seperti Abi. Abi tetap berada di sisi Sinta dan mempercayai ceritanya. Itulah hal yang harus kita lakukan jika orang terdekat mengalami pelecehan. Hal yang pertama kali harus kita lakukan adalah percaya kepada korban.

Kenapa kita harus percaya kepada korban? Karena untuk mampu bercerita saja, korban sudah membutuhkan energi yang besar. Korban harus mengalami pergolakan hatinya karena ia merasa hina telah mengalami pelecehan. Jika kita tidak percaya kepada korban, besar kemungkinan korban akan kembali murung dan menarik diri dari lingkungannya.

Akhirnya, Sinta memberanikan diri untuk melaporkan hal tersebut kepada Pak Rektor. Bersama dengan Abi, Sinta duduk berhadapan dengan Pak Rektor dan Pak Arie. Sayangnya, Pak Rektor memilih percaya kepada Pak Arie yang berkilah bahwa Sinta lah yang merayunya. Bahkan Pak Rektor memaksa Sinta menandatangani surat pernyataan bahwa ia menarik tuduhan, dan tuntutannya kepada Pak Arie.

Menurut Pak Rektor, Pak Arie yang selama ini memiliki dedikasi yang baik bagi kampus tak mungkin melakukan hal serendah itu. Demi nama baik kampus, Pak Rektor memaksa Sinta menandatangani surat itu agar urusannya tidak melebar ke mana-mana.

Sinta yang tidak bersedia menandatangani surat tersebut, akhirnya diserang balik oleh Pak Arie. Tersebar rumor lain di twitter bahwa Sinta lah yang sebenarnya merayu Pak Arie dan mengancam akan menyerangnya jika tak memberi nilai tinggi. Sayangnya, banyak kawan-kawannya yang percaya dengan rumor tersebut.

Pesan moral lain yang ditanamkan di film ini khususnya buat para netizen dan orang-orang di luar sana. Jangan mudah menyalahkan dan menghakimi orang lain hanya dari satu sudut pandang saja. Tahan jari atau mulutmu sebelum memutuskan menyerang orang yang tampaknya salah sebelum terbukti kebenarannya.

Pentingnya keberadaan Satgas Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual di kampus juga ditayangkan di film ini. Bu Anisa, sebagai pimpinan dari satgas yang juga merangkap dosen psikologi di kampus tersebut memberikan contoh pendampingan korban dengan baik. Dengan tegas dan hati-hati, Bu Anisa menggali informasi terkait kejadian di malam itu. Rekan-rekannya juga melakukan hal serupa.

Beberapa hari setelah bukti terkumpul, Bu Anisa kembali menghadap Pak Rektor. Bu Anisa membawa sejumlah bukti hasil wawancara Sinta dan Abi. Keduanya di wawancarai secara terpisah dan menandatangani surat pernyataan bermaterai. Hal itu merupakan bukti yang sangat kuat. Awalnya Pak Rektor masih bersikeras untuk menolak tuntutan satgas kampus untuk memberhentikan Pak Arie. Pak Rektor masih teguh pada pendiriannya, bahwa Pak Arie tidak bersalah.

Bu Anisa juga mencontohkan cara bertutur kata yang sopan dan baik kepada atasannya meskipun ada ketidaksetujuan dalam kalimatnya. Hal ini juga menjadi contoh buat kita untuk tetap tenang dan sopan ketika menangani atau melaporkan sesuatu kepada atasan kita. Kita harus pandai-pandai mengatur emosi agar orang yang kita hadapi juga mampu berpandangan positif dan berpikir jernih.

Setelah membaca berkas terakhir berupa pengakuan dari seseorang saksi, Pak Rektor sangat terkejut. Akhirnya, Pak Rektor memutuskan Pak Arie lah yang bersalah. Beliau mengabulkan rekomendasi dari satgas untuk memberhentikan Pak Arie.

Banyak sekali pesan yang disampaikan melalui film pendek berdurasi sekitar tiga puluh menit ini. Film ini sangat layak ditayangkan di televisi nasional maupun swasta. Banyak orang yang seharusnya belajar dari film Demi Nama Baik Kampus. Terutama, pihak kampus itu sendiri. Persis kalimat yang di sampaikan Pak Rektor. Sudah seharusnya kampus mampu menangani kasus kekerasan seksual dan mendampingi korban. Bukan malah menutupi kasus kekerasan seksual yang terjadi dan mengabaikan suara korban hanya demi nama baik kampus. []

Tags: demi nama baik kampusFilm pendekkampuspelecehan seksualpenanganan kasus kekerasan sesksul
Rezha Rizqy Novitasary

Rezha Rizqy Novitasary

Guru Biologi SMA, tertarik dengan isu perempuan dan kesetaraan gender. Rezha merupakan peserta Kepenulisan Puan Menulis Vol. 1.

Terkait Posts

Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID