Mubadalah.id – Pada awal abad ke-9, Fatimah Al-Fihri bersama keluarganya hijrah dari Kairouan yang sekarang dikenal Tunisia ke kota Fes, Maroko untuk memperluas aktivitas bisnis ekonominya. Ayahnya bernama Muhammad Ibn Abdullah Al-Fihri seorang saudagar kaya dan terhormat. Fatimah Al-Fihri dan saudaranya yang bernama Mariam Al-Fihri dididik dengan penuh nilai-nilai kemanusiaan oleh ayahnya yang juga terkenal sangat religius.
Fatimah dan Mariam tumbuh menjadi perempuan hebat yang memiliki pemikiran dan keyakinan mendalam. Kebersamaan mereka tidak berlangsung lama, setelah ayahnya wafat Fatimah dan Mariam hidup saling menguatkan satu sama lain. Tidak hanya ilmu, ayahnya juga menginggalkan harta warisan yang sangat besar karena tidak ingin kedua putrinya hidup dalam kesengsaraan.
Kesedihan semakin bertambah setelah suami Fatimah tak lama kemudian juga wafat. Fatimah dan Mariam bekerja sama untuk menjaga kehidupan yang stabil. Tak ada kecintaan bagi wanita terhormat terhadap kekayaan yang melimpah.
Melihat kondisi sosial saat itu yang serba kekurangan dalam hal fasilitas dan pelayanan publik seperti masjid dan lembaga pendidikan, membuat Fatimah dan Mariam menghibahkan sebagian besar hartanya untuk kemaslahatan masyarakat.
Waqaf untuk Pembangunan Masjid
Berharap harta yang ayahnya tinggalkan dapat bermanfaat di dunia dan akhirat, Fatimah mewaqafkan bagian hartanya untuk pembangunan masjid sebagai sarana ibadah dan belajar. Masjid yang ia beri nama Qarawiyyin ini merupakan cikal bakal dari universitas dunia. Fatimah terus melakukan dan mengawasi pembangunan masid tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tak ingin melupakan tanah kelahirannya, universitas ini Ia beri nama Al-Qarawiyyin
Karena ketulusan hatinya, Fatimah berpuasa sejak peletakan batu pertama hingga masjid Qarawiyyin selesai dibangun dan mampu berdiri kokoh. Tak hanya itu, Fatimah juga merangsang ekonomi masyarakat dengan kemampuannya dan sumber daya lokal yang tersedia. Semua ini merupakan wujud visioneritas Fatimah terhadap kebutuhan pendidikan dan ekonomi pada masa itu hingga mendatang.
Konsep bangunan dan sistem pendidikan Universitas Qarawiyyin menjadi rujukan bagi universitas di seluruh dunia seperti Universitas Bologna, Universitas Al-Azhar, dan Oxford University. Gelar sarjana hingga atribut seragam akademik seperti topi dan baju toga adalah inisiatif Fatimah yang masih kita adopsi hingga sekarang.
Selain itu, ijazah juga termasuk peninggalan lembaga pendidikan Fatimah tersebut yang hingga saat ini bentuk fisik ijazah pertama dari ukiran kayu panel masih terpajang di perpustakaan Universitas Qarawiyyin.
Mendirikan Universitas Al-Qarawiyyin
Universitas Al-Qarawiyyin tepatnya berdiri pada tahun 859 M di Maroko setelah Universitas Az-Zaitunah Tunisia yaitu tahun 737 M. Walaupun sebagai universitas tertua nomor dua di dunia, namun Universitas Al-Qarawiyyin menjadi pintu gerbang utama dalam sistem pendidikan dunia.
Di sanalah pertama kalinya ada kursus Alquran dan ilmu agama serta umum lainnya yang semakin berkembang pesat. Hingga saat ini, Universitas Al-Qarawiyyin masih terus beroperasi bahkan mampu menampung mahasiswa sejumlah 22.000 dari berbagai latar belakang tanpa membedakan satu sama lain.
Universitas Qarawiyyin banyak dilirik oleh pelajar Eropa, Arab, Amerika dan di setiap penjuru dunia lainnya. Selain dari usianya yang tua, universitas Qarawiyyin terbukti telah melahirkan cendekiawan dan pakar keilmuwan hebat di dunia baik muslim maupun non muslim.
Salah satu ulama besar yang pernah belajar di sana adalah Ibn Khaldun dengan segala karyanya yang luar biasa. Selain itu, seorang filsuf non muslim terkenal bernama Ibn Maimun juga pernah menimba ilmu di Universitas Al-Qarawiyyin.
Miliki Perpustakaan Tertua di Dunia
Universitas Qarawiyyin memiliki perpustakaan tertua di dunia dengan jumlah manuskrip mencapai 30.000 jilid. Di dalamnya terdapat naskah-naskah otentik dan berharga seperti alquran dari abad ke-9 yang tertulis dalam aksara Kufah di atas kulit unta serta injil versi bahasa Arab dari abad ke-12 yang sudah tersimpan lebih dari seribu tahun.
Pembangunan dan keistimewaan Universitas Al-Qarawiyyin adalah bukti dari kejernihan, ketulusan, dan keberanian Fatimah Al-Fihri. Keyakinannya atas konsep sedekah jariyah menjadi dasar atas pemanfaatan harta ayahnya untuk memberikan kemaslahatan umat manusia.
Kecerdasannya yang luar biasa membuatnya memiliki pemikiran visioner untuk mendirikan lembaga pendidikan yang dapat memberikan sumbangsih pengetahuan di setiap generasi. Peninggalan monumental ini, Ia bangun dengan penuh tirakat yang luar biasa tanpa meminta bantuan ekonomi kepada raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Hebatnya lagi, arsitektur bangunan Universitas Al-Qarawiyyin muncul dari pemikirannya sendiri.
Dari Fatimah Al-Fihri kita bisa belajar bahwa kekayaan tidak akan memberi manfaat jika kita gunakan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, harta yang kita manfaatkan untuk kemaslahatan umat akan memberi kebaikan dunia dan akhirat bagi pemilik harta maupun orang lain. Orang yang senantiasa memikirkan kebaikan atas kehidupan orang lain maka hidupnya sendiri akan ditanggung langsung oleh yang Maha Pemberi Kehidupan. Wallahu A’lam. []