Mubadalah.id – Menjadi seorang perempuan adalah sebuah tuntutan. Di mana dalam pandangan masyarakat perempuan dan laki-laki memiliki batas yang berbeda. Perempuan tidak seharusnya bergaul dengan laki-laki dan tidak boleh memimpin organisasi. Menjadi perempuan adalah tuntutan menjadi kalem, lemah lembut, berempati, dan nggak boleh neko-neko. Berbeda dengan feminisme pergerakan.
Jika pergerakan feminisme ialah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi. Atau hak kesamaan dan keadilan hak dengan laki-laki. Maka, feminisme pergerakan adalah sebuah ruang batas antara laki-laki dan perempuan untuk sama-sama bergerak.
Adanya tuntutan dari kehidupan bermasyarakat. Membuat saya bertanya-tanya. Apakah benar, perempuan dan laki-laki tercipta seberbeda itu? Sehingga masyarakat membuat ruang batas yang bertolak belakang.
Cara Pandang yang Berbeda terhadap Laki-laki dan Perempuan
Sebelum kita berbicara mengenai perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mari kita lihat kesamaan sebagai manusia. Dalam Q.S. an-Nisa’ ayat 1, Allah telah menjelaskan secara gamblang bahwasanya, kedudukan laki-laki dan perempuan adalah adil. Keduanya tercipta dari satu nafs (living entity). Di mana tidak terdapat keunggulan di antara keduanya selain amal kebaikan.
Rasulullah Saw. juga menegaskan dengan bersabda bahwa, “kaum perempuan adalah saudara kandung kaum laki-laki.” (Hadis riwayat Ad-Darimy dan Abu Uwanah). Memang pada dasarnya, terdapat perbedaan yang mencolok pada laki-laki dan perempuan. Yang tidak bisa kita abaikan. Namun, perbedaan tersebut merupakan kekhususan masing-masing.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang paling mudah kita bedakan ialah perihal jenis kelamin. Atau yang lebih kita kenal dengan seks. Namun acapkali banyak yang salah kaprah mengenai seks dan gender. Banyak yang berpikiran bahwa seks dan gender ialah sama-sama perihal perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan.
Padahal gender ialah karkateristik yang dilabeli masyarakat pada laki-laki dan perempuan. Jika seks terlihat pada anatomi tubuh manusia, seperti laki-laki memiliki penis dan perempuan memiliki vagina. Sementara gender adalah akibat sosial yang berasal dari lingkungan bermasyarakat. Seperti pemahaman bahwa laki-laki lebih kuat dan perempuan memiliki karakter yang lemah dan di bawah laki-laki.
Ketidakadilan Berdasarkan Analisa Gender
Maka dalam feminisme pergerakan, hal yang ingin kita wujudkan ialah memahami ketidakadilan yang terwujud berdasarkan analisa gender. Dalam struktur sosial masyarakat, perempuan banyak mengalami kejadian yang tidak setara dengan perlakuan yang diperoleh laki-laki.
Perbedaan gender telah melahirkan peran gender yang dikotomi. Perempuan yang memiliki pengalaman biologis secara berbeda dengan laki-laki. Terpaksa untuk bisa menjalani peran tetap seperti pekerjaan domestik yang bertumpuk. Pengalaman biologis laki-laki, hanya pada saat ia bersunat.
Sementara perempuan mengalami menstruasi setiap bulan, proses melahirkan anak, menyusui, dan masih dituntut untuk KB. Terjadinya subordinasi pada perempuan adalah hal yang ingin dihapuskan dalam feminisme pergerakan.
Peran Kesetaraan dalam Islam
Islam adalah agama yang menganut pada paham keadilan. Adanya ayat-ayat yang sering menjadi patokan kaum generalis ialah pada ayat arrijaalu qawwamuuna ‘alan nisaa’. Yang mengatakan bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin/penguasa atas perempuan.
Padahal, ayat-ayat di dalam al-Quran muncul sebagai jawaban terhadap problema sosial saat itu (asbabun nuzul). Sehingga prinsip dasar keadilan yang memiliki pemahaman yang melanggar haruslah didekonstruksi. Termasuk pada kata qawwam, yang dari masa ke masa tentu memiliki pemahaman yang berbeda.
Peran kesetaraan dalam a-Quran banyak sekali. Salah satunya ialah dalam Q.S. al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
Dalam ayat tersebut, tampak jelas Allah Swt. menegaskan bahwa martabat manusia tidak berdasarkan oleh jenis kelamin melainkan oleh ketakwaan. Ini juga yang menjadi asas pada feminisme pergerakan melalui kacamata Islam.
Bahwasanya, kekangan pada perempuan saat ini tidak lagi berasas. Karena masa telah berbeda, dan dalam setiap perbedaan masa tersebut ada kemajuan yang harus kita terapkan. Termasuk menghilangkan stereotype bahwa laki-laki dan perempuan itu tidak setara. []