Mubadalah.id – Woman March dan Komunitas Perempuan Indramayu mengadakan acara nonton bareng (nobar) dan berdiskusi film yang diselenggarakan di kedai kopi Bankit pada bulan April lalu. Acara nobar sendiri digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Nobar film dengan judul ‘Rabi’ ini diangkat dari cerpen karya juragan jamaah telembukiyah alias Kedung Darma Romansha. Nobar film ini mampu menarik antusias dari berbagai element masyarakat untuk hadir menyaksikan pemutaran film. Tapi sayangnya tidak dihadiri langsung oleh sang juragan
Film ini menceritakan potret suatu daerah yang tidak perlu ditutup-tutupi dan dianggap tabu oleh masyarakat setempat. Ia mengkisahkan kehidupan seorang perempuan yang dijual oleh orangtuanya kepada pamannya untuk jaminan hutang. Ia tinggal bersama pamannya akan tetapi pamannya sering memaksanya berhubungan seksual, dan mempekerjakannya sebagai PSK. Kharisma yang terbilang masih anak-anak usia sekolah tetapi ia tidak bersekolah karena perekonomian keluarga.
Ia kabur dari pamannya dan menemui temannya yang bernama Dara meminta ikut bekerja karena ingin punya uang sendiri. Malang tak dapat ditawar ternyata Dara mempekerjakan Kharisma sebagai PSK dan tinggal bersama mucikari, ia terpaksa menjadi pekerja seks komersial karena desakan ekonomi. Dia bernama Nurlaela yang kemudian diganti namanya menjadi Kharisma. Dia telah menjadi primadona di tempatnya bekerja.Konflik film Rabi dimulai saat Kharisma jatuh cinta dengan salah satu pelanggannya yakni Untung. Kemudian Untung menikahi Kharisama dan Kharisma berhenti dari dunia prostitusi.
Belum lama mereka menikah, datang seorang perempuan menerobos masuk rumah tangga mereka. Dia adalah Wasti, istri dari Untung. Untung telah menikah dengan Wasti dan Kharisma tidak mengetahuinya. Konflik film Rabi berakhir dengan terusirnya Kharisma dari rumah Untung, sebab Untung lebih memilih Wasti. Kemudian Kharisma kembali lagi ke dunia prostitusi dengan perut yang tengah membuncit.
Film Rabi digarap pada tahun 2019 oleh rumah produkasi Dua Lensa. Penggunaan bahasa dalam film Rabi menggunakan bahasa lokal Indramayu dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Fenomena ini terjadi karena adanya akar masalah yang serius, bisa jadi berawal dari kebijakan-kebijakan yang katanya wakil rakyat, justru tidak untuk kepentingan rakyat malah menyusahkan atau mempersulit masyarakat. Misalnya, masalah pendidikan, lapangan pekerjaan, kesenjangan sosial, perdagangan manusia, dan pelacuran.
“Untuk itu mari kita saling berkolaborasi untuk mencari solusi jalan keluar agar sama-sama mendapatkan keadilan hak dan kewajiban sebagai warga negara, khususnya perempuan Indramayu yang selalu distigmakan dengan perempuan kurang baik, biar makin percaya diri menyebutkan nama kota asal kelahiran” ucap Darwinih, Sekwil Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Barat, yang pada sore hari itu hadir sebagai pengisi acara diskusi.
Lantas bagaimana pandangan Islam dalam situasi seperti di atas, siapakah pemilik tubuh perempuan? Betul kah tubuh perempuan adalah milik mutlak laki-laki? Sejarah panjang umat manusia diwarnai dengan kesadaran bahwa perempuan bukan manusia, sehingga perempuan diperlakukan tidak manusiawi hanya karena dia perempuan.
Kemudian tauhid dalam Islam mengubah secara revolusioner nilai kedudukan laki-laki dan perempuan.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Laki-laki dilarang menuntut perempuan untuk tunduk mutlak, sebab sebagai sesama hamba Allah Swt, keduanya hanya boleh tunduk mutlak kepada Allah Swt. Laki-laki juga dilarang menuntut perempuan untuk mengabdi pada kemaslahatan laki-laki saja, sebab sebagai sesama khalifah fil ardh keduanya mengemban amanah Allah untuk sama-sama mengabdikan diri demi kemaslahatan makhluk-Nya di muka bumi seluas-luasnya.
Jadi, tubuh laki-laki dan perempuan adalah milik Allah. Namun, keduanya bertanggung jawab atas penggunaannya secara bermartabat. Di hari perhitungan (Yaumul Hisab) kelak, tubuh manusia akan bersaksi langsung di hadapan Allah untuk apa digunakan selama di dunia. Jika mengutip Riffat Hasan: setelah Tuhan, perempuan adalah milik dirinya sendiri. []