• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Gus Dur; Sang Pribadi Agung

Allifio Dhipa Andika Allifio Dhipa Andika
19/12/2018
in Aktual
0
sang pribadi agung

sang pribadi agung

16
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Gejolak dari tuntutan pelaksanaan syariat Islam begitu menggema beberapa tahun belakangan ini. Sebuah gejala yang menunjukkan kerinduan segelintir kelompok pada “kaffah”. Benarkah demikian adanya? Tiba-tiba saya teringat pada almarhum Gus Dur, sang pribadi agung. Tokoh kharismatik sekaligus kontroversial. Sebagai sesepuh NU, Gus Dur dengan tegas menolak syariatisasi Islam itu. Bisa dilihat dalam berbagai tulisannya seperti dalam buku “Islamku, Islam Anda dan Islam Kita”.

Awalnya saya sendiri tak begitu memahami Gus Dur selain dia sebagai Presiden dan sesepuh NU. Saya mulai menyukai Gus Dur setelah membaca beberapa tulisannya tentang Islam dan Kebangsaan.

Pun Gus Dur menulis dan mengkritik berbagai hal. Politisasi ayat suci dikritiknya. Pengkerdilan hukum Islam ditentangnya. Arabisasi dibantainya habis-habisan. Pendangkalan keagamaan tak luput dari keprihatinnannya.

Gus Dur adalah pribadi serba kompleks dan luar biasa di balik keadaan fisiknya. Bagaimana tidak, berbagai macam pemikiran pernah ditempuhnya.

Cucu Hadratus Syaikh ini pernah menjadi aktivis Ikhwanul Muslimin (yang kemudian ditentangnya). Mengenai ketidaksetujuan Gus Dur pada formalisasi syariat, bisa dibaca lengkap dalam buku Islamku, Islam Anda dan Islam Kita.

Baca Juga:

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Islam adalah Agama Kasih: Refleksi dari Buku Toleransi dalam Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

Gus Dur tak pernah menentang syariat bila ia dipahami dalam kerangka substansi (maqashid syar’i) yaitu kebaikan untuk umat (maslahatul ummah).

Syariat yang digembar-gemborkan beberapa orang yang mabuk agama itu sangatlah dangkal. Ia kering nilai spiritual dan hanya konsep tekstual.

Seperti ide penerapan hukum rajam bagi pezina, Gus Dur menentang itu. Bukan berarti Gus Dur mendukung perilaku amoral, namun di zaman rekayasa teknologi ini, hukum rajam kurang relevan bila hanya berdasar empat saksi yang disumpah.

Hal ini tentu menimbulkan tuduhan macam-macam pada Gus Dur. Terutama dari mereka yang tak memahami maksud ucapan beliau. Gus Dur melewati semua aturan kaku itu.

Baginya, Islam adalah rahmat bagi alam, bukan hanya bagi umat Islam.

Gus Dur sangat menentang kekerasan karena perbedaan. Ini yang ditakutkan Gus Dur. Bila formalisasi syariat yang dangkal diterapkan tanpa melihat aturan dan tujuan syariat, maka akan ada kekerasan atas nama syariat. Dan itu tanda kemunduran umat dalam memahami dan menerapkan agama.

Hal yang terpenting bagi Gus Dur adalah kasih sayang dan saling memahami perbedaan sebagai sarana menuju umat yang utama dalam bingkai Islam yang damai dan toleran.

Kebenaran pandangan Gus Dur bisa kita saksikan sekarang. Betapa segelintir kaum mabuk agama dengan entengnya menjual prinsip-prinsip agama bahkan ayat suci demi kepentingan mereka.

Merasa paling Islami dan merasa benar adalah hal yang sangat dibenci Gus Dur. Gus Dur sendiri ketika dizalimi tak membalas, padahal ia punya sekian juta pendukung yang siap mati demi dia.

Gus Dur juga tidak teriak-teriak kriminalisasi ulama saat ia dituduh korupsi bulog. Juga tak ada warga NU yang show of force berjilid-jilid. Padahal pada saat itu Gus Dur benar-benar dizalimi. Namun sebagai ulama ia sabar dan begitu meneduhkan suasana di saat kondisi umat sedang panas.

Meski Gus Dur dihina seseorang yang “mengaku habib” dengan perkataan tak sopan, dia tak meminta warga NU yang puluhan juta agar menangkap orang tersebut dan memaksanya meminta maaf. Toh akhirnya orang itu menuai perbuatannya sendiri saat ini.

Dalam diri Gus Dur terkumpul berbagai sifat mulia. Terkadang saya sendiri menangis mengenang tokoh agung sekaliber Gus Dur. Pribadi santai dan pemaaf. Mengajar umat dengan gurauan penuh makna. Piawai dalam politik dan matang dalam beragama.

Tak banyak lagi tersisa orang seperti Gus Dur. Dia pribadi agung yang dimiliki NU, Indonesia, Islam, dan dunia, sama seperti ayah dan kakeknya.[]

Tags: Agungajaranakhlakgus durislammoralmuliapribaditeladan
Allifio Dhipa Andika

Allifio Dhipa Andika

Aliffio Dipa Andika, panggilan akrab Kaka. Penulis merupakan aktivis Pemuda Ansor Sijunjung, Sumatera Barat. Pernah kuliah pada Jurusan Filsafat IAIN IB Padang. Sumbar.

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID