• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Gus Dur Suka Musik Tarling Khas Cirebon-Indramayu

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
17/10/2022
in Kolom
0
Gus Dur Suka Musik Tarling Khas Cirebon-Indramayu

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ilustrasi: matranews[dot]com

286
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Barangkali semua orang sudah tahu, Gus Dur bukan hanya kiai tapi juga budayawan. Tak hanya gandrung menonton film, membaca novel ataupun menyaksikan pagelaran wayang, Gus Dur dikenal mempunyai pamikiran mendalam tentang budaya. Hal itu terlihat dengan Gus Dur suka musik Tarling khas Cirebon-Indramayu

Bagi Gus Dur, budaya bukan hanya produk tapi lebih luas dari itu. Dalam bahasa Bisri Effendy, menurut Gus Dur, budaya adalah seni hidup (the art of living) atau kehidupan sosial manusiawi (human social life).

Sekitar tahun 80-an, mendiang Gus Dur pernah menjadi ketua IKJ (Institut Kesenian Jakarta) dan menjadi ketua dewan juri Festival Film Nasional. Orang-orang NU dan pesantren pada waktu itu menyindir Gus Dur sebagai ‘Kiai Ludruk’ atau ‘Kiai Ketoprak’.

Mungkin di mata mereka seorang kiai tidak seharusnya menjadi pelaku seni, karena dua hal itu sangat berlawanan, mungkin seperti hitam dan putih.

Inayah Wahid, anak Gus Dur yang berkecimpung di dunia seni, menceritakan hal yang mengejutkan ketika berdiskusi dengan bapaknya tentang kebudayaan. Waktu itu Gus Dur berpesan agar anaknya mendengarkan lagu-lagu dangdut.

Baca Juga:

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Kisah Sopyah dan Pentingnya Pendidikan bagi Masa Depan Perempuan

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Humor Kritis di Layar Televisi: Menjaga Ruang Demokrasi

Kenapa lagu dangdut? “Karena sungguh lagu-lagu itulah yang menjelaskan mengenai apa terjadi di tengah masyarakat kita,” kata Inayah menirukan pesan dari Gus Dur.

Musik sebagai seni adalah produk dari kebudayaan. Seni yang tumbuh di tengah masyarakat akan menampilkan gambaran-gambaran kehidupan masyarakatnya. Dengan mendengarkan musik dangdut, kita akan mengetahui kehidupan, interaksi dan masalah-masalah masyarakat tempat dangdut tumbuh. Kurang lebih begitu.

Saya begitu yakin nasihat Gus Dur kepada anaknya itu sepenuhnya benar. Bukan karena Gus Dur kiai atau wali melainkan karena saya pernah membaca sebuah tulisan bahwa Gus Dur ternyata sangat menggemari musik tarling.

Ya tarling, musik dangdut yang tumbuh di daerah pantura Cirebon-Indramayu. Meskipun berirama dangdut, tarling tidak menghilangkan irama lokal daerahnya yang begitu khas.

Salah satu lagu tarling kesukaan Gus Dur berjudul ‘Remang-remang’ yang dinyanyikan Diana Sastra. Bahkan begitu cintanya Gus Dur dengan lagu ini, dia pernah meminta Diana menyanyikan lagu tersebut secara langsung di hadapannya.

Dua kali Diana bertemu dan menyanyikan lagu itu untuk Gus Dur. Gak nyangka, tarling dangdut modern yang dikenal seronok dan vulgar itu ternyata disukai seorang kiai besar seperti Gus Dur.

Saya sebut Seronok karena inilah kesan dominan saat menonton pagelaran musik tarling di pelosok desa di Cirebon, Indramayu dan sekitarnya. Kesan seronok itu pula yang muncul dalam laporan yang ditulis Heru Triyono dalam majalah Tempo edisi 9-15 Juli 2012, Goyang Maut Pantai Utara.

Bahwa seni ini mengumbar kegenitan dan memanfaatkan tubuh penyanyi perempuannya. Persis dangdut koplo yang bertebaran di Jawa.

Kesan orang terhadap tarling boleh saja begitu rupa, tapi nyatanya pelaku kesenian ini tak menampilkan wajah homogen. Banyak di antara mereka benar-benar berkualitas bahkan sebagian lagu-lagu tarling mempunyai pesan dan makna mendalam tentang kehidupan.

Ambil satu saja contoh, lagu-lagu Dariyah ternyata banyak mengandung nilai-nilai kemanusiaan seperti Gambaran Urip, Manuk Dara Sejodo, Gawat, dan masih banyak lagi. Lagu Gawat bahkan mengandung ajaran moral untuk tetap menjaga nilai-nilai lokal di tengah gempuran globalisasi yang menawarkan kebebasan.

Demikian penjelasan Gus Dur suka musik Tarling khas Cirebon-Indramayu. Ia merupakan ulama yang mencintai kesenian dan kebudayaan. []

Tags: BudayaCirebondangdutDiana Sastragus durIndramayuInulremang-remangseniTarling
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version