Mubadalah.id – Siapa yang tidak kenal Gus H Muhammad Iqdam Kholid. Pemuda asal Srengat Blitar yang sekitar 5 tahun ini menjadi sosok fenomenal karena dakwahnya nan luar biasa bersama Majelis Sabilu Taubah. Viralitas membuat nama beliau melambung dan digandrungi multi jamaah. Hingga kini jamaah yang hadir di majelisnya tidak kurang dari 5 ribu orang tiap malam Selasa dan malam Jum’at.
Ada yang unik dari perjalanan dakwah Gus Iqdam. Mungkin ini akan menjadi perjalanan dakwah Gus Iqdam yang menantang dan berkesan. Dibandingkan sebelumnya tentu berhadapan dengan ribuan jamaah menjadi hal biasa.
Gus Iqdam berjumpa dengan jamaah yang beragam salah satunya penyandang disabilitas. Gus Iqdam menjadi fenomenal yaitu pendakwah milenial yang membumi. Beliau menyentuh ke beragam kelompok dan komunitas lalu merangkulnya secara perlahan.
Dari kalangan muda-mudi hilang arah, orang dewasa putus asa, orang tua yang bingung, hingga disabilitas terpinggirkan semua dirangkulnya. Bagi Gus Iqdam semua orang sama. Yang membedakan dalam pandangan Allah hanyalah takwannya.
Bahkan ia menganggap dirinya tidaklah sempurna. Karena justru kesempurnaan seringnya melahirkan kesombongan. Salah satu pengajaran hidup tentang perbedaan tapi sempurna adalah saat Gus Iqdam bertemu dengan Perkumpulan Disabilitas Kabupaten Kediri (PDKK) Ngadiluwih.
Acara tersebut dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional. Sengaja mengundang Gus Iqdam karena beliau terkenal dengan mubaligh yang egaliter. Mubaligh muda yang ceramahnya mudah dipahami segala kalangan, termasuk disabilitas.
Ternyata hal itu pula di luar ekspektasi Gus Iqdam bahwa dalam komunitas ST Nyell Disabilitas memiliki anggota yang jumlahnya ternyata ratusan. Tentu hal itu membuat Gus Iqdam terharu dan terpanggil untuk hadir ke sana. Gus Iqdam merasa tertantang bagaimana bisa menyampaikan ceramah kepada teman-teman difabel agar mudah dipahami. Kata Gus Iqdam setiap orang itu unik dan memiliki potensinya sendiri.
Mengharu Biru Bersama yang Teristimewa
Salah satu yang membuat beliau terharu adalah bahwa di tengah keterbatasan mereka masih mau mengaji. Mereka juga aktif dalam berkarya. Misalnya ada yang mahir membuat bucket, pandai memainkan organ, menyulam, melukis, menjahit hingga hafal al Qur’an.
Bagi Gus Iqdam itu semua sengaja Allah hadirkan agar kita mau bersyukur dan berpikir. Bersyukur atas segala anugerah dan berpikir atas apa yang ditetapkan. Intinya semua orang bisa berdaya saing asal mau menaklukkan tantangan. Bagi orang non difabel pun jika malas maka takkan mendapat apa-apa.
Gus Iqdam dan penyandang disabilitas bukan kali ini saja kita saksikan, melainkan bisa kita lihat di akun Youtube-nya. Banyak interaksi dan komunikasi intens yang terjadi di antara mereka.
Walaupun mungkin hanya sebatas say hello tapi setidaknya ada pendakwah yang memberi panggung ke teman-teman difabel itu sudah bagus. Harusnya di kalangan pendakwah pun begitu bagaimana menciptakan iklim yang inklusif. Syukur-syukur mereka bisa menguasai panggung bahwa ada kelompok yang perlu perhatian secara khusus.
Gus Iqdam juga tidak segan mengundang penyandang disabilitas untuk hadir ke majelisnya. Yang sempat viral adalah ketika adik-adik dari salah satu SLB di Blitar tampil dalam rangka milad Majelis Sabilu Taubah. Walaupun suasana hujan dan tidak ada penonton tapi guru dan siswa SLB tersebut tetap menari. Kisah tersebut tentu meninggalkan decak kagum sekaligus hikmah untuk kita semua. Bahwa hidup menyelipkan makna dan hal tersebut selalu tidak disadari bagi mereka yang sempurna.
Pendakwah Visioner dan Inklusif
Gus Iqdam memandang mereka juga sama seperti kita yang secara fisik lebih sempurna. Justru kehadiran mereka adalah untuk saling memotivasi, melatih percaya diri dan menguatkan. Gus Iqdam sering mengatakan bahwa orang itu telah memiliki porsinya tersendiri dalam hal nikmat dan ujian.
Semoga dalam nikmat dan ujian tersebut menjadi wasilah naiknya derajat di sisi Allah. Gus Iqdam juga sering menukil hadits Nabi Muhammad SAW bahwa Allah tidak memandang bentuk tubuh atau fisik melainkan hati dan amal.
Tokoh publik atau pendakwah memang juga perlu bergandengan dengan kalangan disabilitas. Hal itu justru bertujuan untuk terus menguatkan bahwa posisi mereka terakui. Bahkan disabilitas pun memiliki peran dan fungsinya.
Mereka hadir sebagai entitas yang bukan untuk kita kasihani tapi terakui keberadaannya. Mereka juga sama yaitu dapat berkarya, berkreasi dan mencipta kebahagiaan. Selain sebagai hamba Allah keberadaan mereka merupakan pelajaran berharga bagi orang-orang yang berpikir. []