Mubadalah.id – Beberapa malam yang lalu, tepatnya pada 25 Agustus 2021, saya ikut acara (online) pelantikan rektor baru ISIF (Institute Studi Islam Fahmina) Cirebon Kiai Marzuki Wahid. Secara keseluruhan meriah dan bersemangat. Tetapi ada moment-moment yang terasa sakral; misalnya ketika Kiai Faqih membaca SK pelantikan (kebetulan saya berada di disampingya ketika dia membaca SK) itu.
Saya kira bersama rektor baru ini ISIF menginjakkan kaki pada era baru (yang bertumpu pada teknologi informasi), yang penuh tantangan; dan sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.
Tetapi dengan semangat dan dukungan dari berbagai pihak (keluarga dan stakeholder Fahmina) yang ditunjukkan atdi malam (saya kira ini bisa menjadi energi yang sangat besar, jika bisa dikelolan dengan baik), dan dengan kapasitas serta karakter yang dimilikinya (memenuhi segala syarat dan cukup kuat mengatasi tantangan zaman), saya kira Kiai Marzuki bisa melangkah lebih jauh membawa ISIF sebagaimana yang diharapkan banyak orang.
Apalagi Kiai Marzuki sudah mempunyai dasar pijakan yang cukup kuat, untuk melangkah lebih jauh, dengan pondasi mantap dengan bangunan di atasnya yang ditinggalkan oleh Rektor sebelumnya, yakni Ibu Nyai Dr. Afwah Mumtazah.
Menurut saya Nyai Afwah ini luar biasa. Nyaris sempurna (tentu tak ada yang sempurna). Dia telah membawa ISIF sampai kepada tingkat tertentu, berdiri kokoh, bergengsi dan dihormati (dalam dunia Perguruan Tinggi) pada masa-masa sulit, (terjebak diantara kebutuhan praktis dan kepentingan idealisme). Ini bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi Ibu Nyai Afwah, pada awalnya, seperti (di)datang(kan) diam-diam dari negeri antah berantah, dan ditempatkan di sebuah persimpangan jalan, sendirian, tanpa diberi bekal yang cukup memadai.
Tetapi secara pelan dan pasti dia menunjukkan kapasitasnya, dan berhasil membawa ISIF ke bentuk sekarang ini. Itu saya kira karena karakter kepemimpinannya. Dia jernih melihat persoalan, setia pada cita-cita, memegang komitmen, teguh pada pendirian; maka dia berani menghadapi tantangan, berani mengambil dan menerima resiko, penuh insiatif, dan tidak mudah goyah dengan berbagai macam provokasi yang berseliweran disekitarnya.
Dia ikhas dan tidak egios, sehingga bersedia berkorban untuk ISIF; tidak hanya pikiran, tenaga, waktu yang dicurahkan untuk ISIF, tetapi juga materi. Padahal dia sendiri juga menangani Pondok Pesantrennya yang cukup besar, secara langsung. Saya tidak bisa membayangkan seperti apa ISIF sekarang ini, jika tidak dinakhodai oleh Ibu Nyai Afwah. Dia memang memiliki karakter kepemimpinan yang dibutuhkan dalam membangun dan mempertahankan institusi yang berada dalam masa tidak stabil, dengan keseimbangan yang mencemaskan.
Sangat membanggakan mengenal dan berkawan dengan Nyai Afwah, dan apa yang telah dilakukannya selama ini. Saya mengenalnya dari dekat dalam waktu yang relatif cukup lama; mulai, ketika dia mengambil bagian dalam proses Pendidikan Ulama Perempuan Rahima yang memang bertujuan membangun karakter kepemimpinan ulama perempuan.
Saya kira, dengan apa yang telah dilakukan Nyai Afwah, Kiai Marzuki memperoleh dasar pijakan yang kuat untuk melangkah lebih jauh mengembangkan ISIF ke arah yang dicita-citakan para pendiri ISIF. Sebagai bagian dari keluarga besar Fahmina saya harus mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nyai Afwah atas apa yg telah diberikan ke ISIF. Dan selamat untuk Kiai Marzuki. Terima kasih telah bersedia menerima mandat ini. Semoga sukses. []