Mubadalah.id – Dua tahun terakhir ini, khususnya Indonesia digemparkan dengan virus covid-19 yang merusak pelbagai sistem kehidupan mulai dari pendidikan hingga yang paling krusial yaitu ekonomi. Namun, sebenarnya ada yang lebih genting dari itu, yaitu lingkungan. Krisis lingkungan sudah menjadi isu global dari dulu. Hanya saja, dampaknya tidak dirasakan secara langsung sebagaimana covid-19.
Hutan-hutan digunduli, udara dicemari pelbagai polusi, airpun sudah banyak tercemari dari limbah berbahaya industri dan lembah pabrik. Mungkinkah covid-19 salah satu azab yang diturunkan Tuhan karena merusak lingkungan atau sekedar cobaan? kita tidak tahu. Namun ada banyak sejarah mengisahkan Tuhan pernah murka karena mahkluk merusak bumi.
Dengan banyaknya kejadian alam yang tak terduga, maka seharusnya kita merenungkan kembali nilai lingkungan ini. Tidak hanya sebagai kelanjutan dunia namun juga sebagai tauhid kita kepada pencipta. Bukankah seluruh agama samawi turun dengan tujuan yang sama yaitu tauhid? Dan salah satu alat untuk mencapai tauhid adalah lingkungan.
Bahkan lingkungan menjadi yang paling utama sebagai alat menuju tauhid [Al-Razi, Mafatihu Al-Ghaib, 461/9]. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke 164, Allah berfirman;
Artinya, “sesungguhnya pada pencipta langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air , lalu dengan itu ia dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam bintang dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal.” [Q.S. Al-Baqarah: 164]
Pada ayat ini Allah ingin memberikan jalan pada hambanya dalam menempuh tauhid. Agar menjadi sadar siapa dirinya dan bisa bertanggung jawab penuh terhadap amanah yang dititipkan oleh Tuhan semesta sebagai khalifah di dunia. Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Mirahul Labid [54/1] menafsiri ayat di atas bahwa ada delapan petunjuk alam yang dapat mengantarkan seseorang pada tauhid.
Pertama, langit dan bumi. Langit dapat menjadi tanda-tanda dengan terangkatnya tanpa atap dan gantungan apapun, serta sesuatu yang berada di atas langit seperti matahari, bulan dan bintang-bintang. Bumi menjadi tanda-tanda karena panjang dan bentangannya di permukaan air. Di bumi dapat dilihat seperti gunung-gunung, lautan, tambang, permata, sungai, pepohonan dan buah-buahan dan dinikmati manfaatnya. Semua ini akan menjadi dalil bagi manusia untuk bertauhid.
Kedua, malam dan siang. Malam dan siang dapat menjadi tanda-tanda ke Esaan Allah sebab datang dan perginya secara bergantian serta teratur. Perbedaan malam dan siang dalam masanya dimana terkadang siang lebih lama dan sebaliknya malam lebih lama dari siang sebagaimana di daerah-daerah tertentu. Cahayanya matahari, gelapnya malam dan sistem kehidupan manusia yang bisa istirahat di malam hari dan bekerja di siang hari. Semua ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah.
Ketiga, kapal dan kendaraan lainnya. Kapal (dan kendaraan lainnya) menjadi tanda kekuasaan Allah sebab berjalan di permukaan air, sementara kapal itu dibebani dengan barang-barang yang berat tanpa tenggelam. Perjalanannya kapal dengan angin yang terkadang bersebrangan dan ditundukkannya lautan untuk membawa kapal beserta kekuatan kekuasaan air dan gelombang lautan. Semuanya itu tidak ada yang dapat menjamin keselamatannya kecuali dari Allah SWT
Keempat, mengendarai kapal-kapal dan memuati dengan barang-barang yang berat. Seandainya Allah tidak memberi tekad yang kuat kepada orang-orang yang menunggangi kapal niscaya tidak akan jadi tujuan berlayar ini, dan perdagangan yang dilakukan akan gagal. Allah mengkhususkan suatu daerah dari berbagai daerah yang ada di alam ini dengan sesuatu yang tertentu sehingga menjadi sebab terdorongnya untuk bergabung dalam perjalanan yang penuh resiko dari pelayaran kapal dan dalamnya lautan.
Kelima, turunnya hujan dari langit yang menjadi tanda kekuasaan Allah. Sebab dengan air-air itu dapat menghidupkan hal-hal yang ada seperti hewan tetumbuhan khususnya manusia. Hujan itu diturunkan ketika dibutuhkan sesuai kebutuhan manusia dan diturunkan ketika sudah lama tidak turun hujan serta diturunkan di suatu tempat dan tidak turun di tempat lain.
Keenam, menyebarnya hewan-hewan di persada bumi sebagai tanda bahwa hewan-hewan yang bermacam-macam itu asalnya satu sebagaimana manusia yang diciptakan dengan satu asal yaitu Nabi Adam padahal manusia memiliki perbedaan dari segi bentuk rupa, warna kulit, bahasa, tradisi dan sifat-sifat lainnya. Hal ini menandakan tidak ada yang mampu menciptakan kecuali Dia yang memiliki kekuatan Maha Besar.
Tujuh, angin. Angin menjadi tanda kekuasaan Allah swt. karena zat angin sangat halus yang tidak bisa disentuh dan dilihat namun dapat dirasakan. Meskipun angin zat yang halus namun ia memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga mampu mencabut pepohonan, bebatuan dan dapat merobohkan bangunan-bangunan yang kuat. Tidak hanya itu, angin juga memiliki manfaat yang lebih. Seandainya tidak ada angin sebentar saja niscaya akan binasalah segala ruh yang ada dan menjadi busuk di permukaan bumi.
Delapan, awan. Awan menjadi tanda kekuasaan Allah karena di dalamnya mengandung air yang banyak yang dapat mengisi lembah-lembah yang tak terhitung di dunia ini ia menetap diantara bumi dan langit secara bergelantungan tanpa disanggah dengan tali dan tongkat yang dapat dipijakinya. Hal ini, tidak mungkin diciptakan kecuali hanya oleh Allah, Tuhan semesta alam. []