Mubadalah.id – Penonton setia serial drama Korea pasti setuju dan mafhum dengan alur cerita yang K-drama yang tidak melulu monoton menyajikan serial kisah cinta atau patah hati. Yaa meski memang ada, tapi alur cerita kisah cinta atau patah hati tidak mendominasi. Alur cerita cinta atau patah hati yang ada biasanya sebagai pengantar kepada pesan sesungguhnya dalam K-drama tersebut.
Kali ini serial drama yang layak menjadi perhatian dan berhasil menyajikan serial yang ciamik banget adalah serial drama Hometown Cha-Cha-Cha. Serial drama ini berhasil menyajikan bagaimana potret kehidupan warga urban Korea yang penuh persaingan, tekanan, dan tentunya gengsi.
Jika pemeran utama dalam serial drama tersebut berusia 34 tahun, maka serial drama ini memotret kehidupan generasi millennial di Korea, atau bisa jadi serial drama Hometown Cha-Cha-Cha adalah gambaran umum kehidupan generasi millennial di seluruh belahan dunia yang sarat akan persaingan, tekanan, dan sedang berapi-api membangun kehidupannya.
Dalam serial tersebut digambarkan bagaimana kondisi seorang dokter gigi yang juga merupakan anak millennial yang bekerja secara idealis dan setia pada sumpah dokternya tetapi malah mendapatkan tekanan dari senior yang menentukan bagaiamana seharusnya juniornya bekerja.
Adalah Yoon Hye Jin yang berperan sebagai seorang Dokter Gigi yang bekerja dengan totalitas dan idealis. Ia selalu mengupayakan dengan maksimal perawatan yang ia berikan kepada para pasiennya yang fokus pada penanganan akar masalahnya dan tidak berbelit-belit sehingga tidak memerlukan biaya tinggi.
Hal ini menyebabkan Hye Jin mendapat teguran dari atasannya karena dinilai perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien klinik tempat Hye Jin bekerja tidak mendatangkan untung banyak padahal meraup untung sebanyak-banyaknya adalah tujuan lain dari klinik gigi tersebut.
Hye Jin keberatan dengan teguran dari atasannya dan memutuskan untuk meninggalkan Seoul. Ia memilih Desa Gongjin, desa yang ia kunjungi sewaktu kecil dengan kedua orang tuanya dan juga desa tempat ia menepi dari sengkarut kehidupan di masa remajanya.
Sementara Hong Du-Sik pemuda yang memiliki banyak lisensi keahlian dan memilih bekerja secara paruh waktu berasal satu desa Gongjin, desa kecil di pesisir pantai yang akhirnya menjalin hubungan dengan Hye Jin yang menetap dan membuka klinik gigi di Desa Gongjin.
Penduduk Desa Gongjin menyimpan rasa penasarannya tentang apa yang dilakukan Kepala Hong sebelum ia memilih pulang. Hal ini menjadikan masa lalu Kepala Hong sebagai bagian dari misteri Desa Gongjin. Belakangan diketahui Kepala Hong mengalami mental issue dan digambarkan ia kerap kali bermimpi buruk berada di sebuah kegelapan dengan tangan yang berlumuran darah hendak menyentuh punggungnya.
Akhirnya pada episode mendekati akhir terjawab bagaimana dan apa yang dilakukan oleh Kepala Hong sebelum Kembali ke Desa Gongjin. Diketahui Kepala Hong bekerja di sebuah perusahaan investasi mengikuti jejak kakak tingkatnya yaitu Jeongju. Kepala Hong kemudian memilih menanggalkan posisinya setelah krisis melanda dan berdampak pada perusahaan tempatnya bekerja. Dampak yang lebih besar dari krisis tersebut adalah menyebabkan nasabah yang berinvestasi mengalami kerugian yang besar.
Diketahui juga salah satu petugas keamanan perusahaan tersebut adalah nasabah investasi yang terdampak hingga akhirnya depresi dan melakukan percobaan bunuh diri. Petugas keamanan tesebut tidak lain adalah ayah Doha asisten produser Ji, senior dari Hye Jin di kampus dan ternyata masih menyimpan perasaan pada Hye Jin.
Ada beberapa episode yang menggambarkan persaingan antara Kepala Hong dengan produser Ji untuk mengambil hati Hye Jin. Lantas, scene mana yang menjadikan serial drama Hometown Cha-Cha-Cha sebagai serial yang mubadalah banget?
Berikut hal-hal yang membuat serial Drama Hometown Cha-Cha-Cha layak disebut sebagai drama yang mubadalah banget meski tidak ramah jomlo
- Menjadi support system untuk pasangannya
Salah satu episode menggambarkan bagaimana Kepala Hong terjebak dalam trauma masa lalu yang begitu membekas. Pada awalnya trauma itu tidak sanggup Kepala Hong buka kepada siapapun termasuk kepada Hyejin. Memang Hyejin berusaha meyakinkan akan memahami dan mendengarkan mengenai apapun dan bagaimanapun masa lalunya.
Bahkan Hyejin bersedia menjadi sandaran Kepala Hong untuk semua keluhan dan rasa apapun yang dirasakan Kepala Hong. Menangis pun boleh karena air mata bukan tanda kelemahan seseorang, tapi air mata adalah proses yang dilalui untuk menjadi kuat kembali.
Tentu menjadi pendengar yang baik dan menjadi support system bagi pasangan adalah hal baik yang dapat membatu memulihkan perasaan yang campur aduk. Selain itu, menjadi support system bagi pasangan adalah salah satu kesempatan untuk belajar berempati. Kita bisa belajar memahami, memposisikan diri, dan merasakan efek dari trauma dan sakit yang dialami di masa lalu.
Hal ini penting bagi pasangan yang mendambakan hubungan yang saling menguatkan satu sama lain, hubungan yang setara, hubungan yang adil dan membahagiakan. Dan, menjadi menjadi tempat ternyaman bagi pasangan untuk kembali. Meski sempat digambarkan sama-sama “bucin” tetapi Hye Jin dan Kepala Hong adalah gambaran bagaimana mempercayai, saling melindungi, dan menerima masa lalu pasangannya.
- Mendiskusikan pembagian pekerjaan domestik
Sebelum memutuskan untuk menikah, Kepala Hong dan Hye Jin membuat kesepakatan soal pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan. Hye Jin menyadari kemampuannya memasak tidak lebih baik dari Kepala Hong. Meski pada umumnya perempuan dicitrakan memegang tanggung jawab di wilayah perdapuran, tetapi ternyata Kepala Hong tidak mempersoalkan hal itu.
Tetapi, Hye Jin menyadari bahwa kemampuannya ada pada pekerjaan lain yaitu mencuci. Meski alasannya adalah baju-bajunya yang branded membutuhkan perlakuan istimewa, maka dari itu Hye Jin ingin mencucinya sendiri. Selain itu Hye Jin juga menyadari bahwa menjaga kesehatan dan kebersihan gigi Kepala Hong adalah tanggungjawabnya sebagai seorang yang berprofesi dokter gigi.
Serunya lagi, dalam drama tersebut tidak ada rasa keberatan atas pembagian kerja dan juga tidak ada pertanyaan mengapa Hye Jin tidak dapat memasak yang merupakan pekerjaan yang sangat lekat dan biasa dilakukan perempuan.
Artinya keduanya memahami prinsip-prinsip kesalingan dalam mubadalah, bahwa berumah tangga adalah mampu bersikap adil, setara dan saling berbagi serta memahami.
- Menyepakati rencana jumlah anak yang ingin dimiliki
Membicarakan kesepakatan untuk memiliki anak atau tidak setelah pernikahan dan jumlah anak yang diinginkan adalah hal terpenting bagi pasangan yang merencanakan untuk menikah. Ya, sangat penting karena perencanaan memiliki anak harus atas persetujuan kedua pihak terutama pihak perempuan yang nantinya akan melalui proses panjang, lelah, dan bertaruh nyawa; proses kehamilan hingga, melahirkan dan meng-ASI-hi yang juga proses yang panjang dan penting.
Dalam serial Hometown Cha-Cha-Cha Kepala Hong menyampaikan keinginannya untuk memiliki dua anak. Menurutnya, “satu anak terlalu sepi, tiga anak terlalu lelah karena harus melewati fase mengandung untuk ketiga kalinya. So, dua anak dianggap ideal. Apapun jenis kelaminnya.
Obrolan semacam ini memang terlihat ringan tetapi terlalu gegabah jika sampai luput dari obrolan dan perencanaan. Pasalnya, fase mengandung, melahirkan, dan mengurus anak bukan fase yang mudah untuk dilalui. Terlebih jika tugas mengurus anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab ibu seperti selama ini banyak dipraktikkan di belahan dunia manapun.
Bayangkan, bagaimana lelahnya seorang perempuan setelah melewati fase mengandung, melahirkan, dan menyusui, ditambah tanggungjawab menurus anak sepenuhnya ada di pihak perempuan. Ditambah jika ada kesalahan, karena pengasuhan selama ini sepenuhnya ada pada ibu, kesalahan dan labelling negative seperti “tidak bisa mengurus anak” akan lekat pada ibu.
Memang perempuan memiliki naluri pengasuhan, namun tidak akan salah sama sekali jika laki-laki turut andil dan menjadikan tanggung jawab pengasuhan anak bagian dari tugasnya juga. Hal ini memang nampak keluar dari kebiasaan. Tapi, sudah saatnya kita semua, tanpa terkecuali merekonstruksi kebiasaan lama yang amat mengakar yang melulu memposisikan laki-laki sebagai decision maker, sementara perempuan lagi-lagi harus menerima apapun keputusan yang diambil oleh laki-laki.
Mengapa harus direkonstruksi? Apakah ada yang salah dengan kebiasaan selama ini? Jawabannya adalah “ya ada yang salah.” Bukankah akan lebih membahagiakan jika obrolan seputar kesepakatan memiliki anak dan berjenis kelamin apa serta bersepakat bahwa pengasuhan ada pada kedua pihak disepakati bersama?
Meski pemeran Kepala Hong sedang diterpa isu kekerasan seksual di kehidupan nyatanya, tetapi ada baiknya melihat dan merenungkan point-point positif yang diperankan dalam serial drama Hometown Cha-Cha-Cha sebagai pembelajaran dan gambaran mengenai relasi yang adil, setara, dan membahagiakan.
Sekali lagi, meski serial drama ini tidak ramah jomlo. Tapi para jomlo bisa belajar dan mempersiapkan diri agar tidak terjebak pada hubungan yang rumit. Terlebih jauh dari ceminan hubungan yang mubadalah. Jadilah decision maker, diskusikan ha-hal yang biasanya tabu di masyarakat dan jadilah pasangan-pasangan yang mubadalah. []