• Login
  • Register
Rabu, 16 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pentingnya Support System bagi Seorang Ibu

Dalam prinsip mubadalah, aspek utama yang ingin dituju adalah kesadaran akan “kesalingan”. “Saling” di sini bukan ingin menuntut, melainkan kesadaran untuk saling memberi. Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan support system bagi perempuan, khususnya untuk para ibu

Lenni Lestari Lenni Lestari
13/10/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Istri tidak Masak untuk Suami

Pekerja Rumah Tangga

322
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mengomentari dan mengukur produktivitas seseorang, kini kerap menjadi obrolan sehari-hari, baik di ranah media sosial maupun pertemuan secara langsung. Tak ketinggalan buat para ibu, pembicaraan mengenai produktivitas sepertinya telah menjadi tolak ukur keberdayaan seorang ibu.

“Anak baru satu, kok gak produktif?”, atau “Beliau anaknya sepuluh orang, tapi karirnya bisa melejit lho!”, dan komentar-komentar lainnya untuk perempuan yang sebenarnya sedang belajar membuat dirinya nyaman dengan jalan hidupnya. Kalimat ini sebenarnya juga membingungkan, antara memotivasi atau merendahkan seorang ibu.

Jika ada seorang ibu memilih untuk di rumah saja, tidak aktif dalam kegiatan apapun, atau tidak punya penghasilan sendiri, maka ia akan dilabeli sebagai “perempuan tak berdaya”. Sebaliknya, ketika ada perempuan yang banjir karir, sering muncul di media sosial, atau kantong tebal hasil bisnis sendiri, maka ia akan dianggap sebagai “perempuan produktif”.

Dinamika sosial masa kini memang telah banyak melahirkan perempuan yang beraktivitas di dunia domestik sekaligus dunia publik. Kesan “double burden” atau beban ganda pun kerap dirasakan dan dialami oleh banyak perempuan.

Namun, di antara mereka ada yang beruntung karena memiliki support system yang baik. Sehingga peran ganda dapat dijalani dengan lancar. Sementara mayoritas perempuan lainnya harus menelan pahit beban double burden itu tanpa adanya support system.

Baca Juga:

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Support system dikenal sebagai istilah yang merujuk pada lingkaran sosial atau orang-orang terdekat yang mendukung peran seseorang. Mereka bisa berasal dari anggota keluarga terdekat, seperti pasangan, orang tua, saudara kandung, atau bisa juga dengan menggunakan jasa berbayar dari orang lain.

Makna support system, sebenarnya bisa juga diperluas dengan dukungan non-manusia, atau saya sebut dengan bantuan mesin canggih. Kini, sudah banyak alat rumah tangga canggih yang sangat membantu pekerjaan ibu rumah tangga, seperti mesin dishwasher (mesin cuci piring), robot penyapu, dan pengepel, mesin cuci, alat masak serbaguna, atau voice command assistant (sistem yang digunakan untuk sinkronisasi semua peralatan canggih rumah tangga). Agar anak nyenyak tidurnya, kini juga tersedia mesin ayunan bayi otomatis, sehingga ibu bisa lebih banyak waktu untuk istirahat atau menyelesaikan pekerjaan lain.

Lagi-lagi, kemampuan ekonomi seorang ibu terkadang bisa membeli alat-alat canggih itu. Tetapi banyak juga yang masih serba manual karena keterbatasan ekonomi.

TELISIK SEBELUM TERUSIK

Edukasi mengenai support system menjadi informasi wajib bagi seorang ibu. Ketika ia memahami bagaimana mencari support system yang tepat untuknya, maka keberdayaannya sebagai perempuan akan semakin meningkat.

Secara otomatis, ketika menyimak cerita seorang ibu yang produktif, ia akan mempelajari kira-kira support system apa yang dimiliki ibu tersebut. Kemudian ia akan memilih support system apa yang kira-kira bisa ia adopsi dan terapkan, sesuai ketersediaan SDM keluarga dan kondisi ekonominya.

Mengapa harus cari tahu? Karena setiap ibu selalu punya support system yang berbeda.

Ada yang bisa ikut banyak kegiatan, mungkin karena suaminya pengertian dan punya kesadaran penuh untuk saling bekerja sama dalam hal apapun dengan istrinya. Ada yang aktif di mana-mana, bisa jadi di rumahnya ada “staf” bidang perdapuran, kebersihan, atau pengasuhan anak.

Ada yang sering berkarya di media sosial, mungkin karena siapapun dalam keluarganya pengertian dan berkenan meng-handle tugasnya sesaat. Atau anaknya kooperatif yang tidak perlu diasuh oleh GADGET. Bisa juga karena ia tinggal di lingkungan pesantren, yang sebagian tugasnya sudah dilakukan oleh santri.

Dari sekian banyak kemungkinan, pasti ada yang dikorbankan, diperjuangkan, atau diinvestasikan seorang ibu untuk mendapatkan sebuah support system. Intinya, kondisi seorang ibu dengan ibu lainnya, tidak pernah bisa disamakan. Sekedar mencari ilmu tentang manajemen waktu, ilmu-ilmu parenting, atau informasi alat canggih yang bisa diupayakan, boleh-boleh saja.

Tapi, kalau sampai membanding-bandingkan kondisi diri sendiri dengan ibu lainnya, justru akan membuat jiwa ibu semakin terusik. Akhirnya, pembawaannya menjadi panik, kesehatan mental terganggu dan menyalahkan takdir diri, merasa tak seberuntung ibu-ibu lain.

Support System ; Ujung Tombak dalam Mubadalah

Dalam prinsip mubadalah, aspek utama yang ingin dituju adalah kesadaran akan “kesalingan”. “Saling” di sini bukan ingin menuntut, melainkan kesadaran untuk saling memberi. Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan support system bagi perempuan, khususnya untuk para ibu. Support system bisa berupa jasa atau alat yang dapat meringankan tugas ibu.

Dalam relasi pernikahan, suami bisa mengambil peran utama support system ini. Tanpa harus “kode-kodean”, suami harus sepenuhnya sadar bahwa istri atau ibu sangat membutuhkan support system. Suami bisa mendiskusikan kepada istri, kira-kira support system apa yang bisa ia upayakan untuk menciptakan kebahagiaan bersama dalam aktivitas rumah tangga.

Jika seorang ibu sudah menemukan support system yang tepat, maka ia akan mudah bertumbuh menjadi perempuan yang bahagia. Ia sudah merasa nyaman dengan jalan hidupnya, sehingga tak mudah terdistraksi oleh komentar orang lain. Wallahu a’lam bi al-shawab. []

Tags: IbukeluargaSupport System
Lenni Lestari

Lenni Lestari

Pencinta buku yang suka belajar tentang isu-isu perempuan dan keluarga

Terkait Posts

Menikah

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

15 Juli 2025
Krisis Ekologi

Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

14 Juli 2025
Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Berbasis Gender Online

    Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO); Pentingnya Keberpihakan Pada Korban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Kasus Perkosaan Terhadap Perempuan Masih Sering Terjadi?
  • Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID