• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Humble Bragging : Merendah untuk Meroket

Alasan orang melakukan humble bragging adalah ingin mendapatkan simpati, dan berharap orang lain menyanjungnya.

Halimatus Sa'dyah Halimatus Sa'dyah
22/08/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Humble Bragging

Humble Bragging

906
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Media sosial baru-baru ini ramai oleh status seorang pemilik brand fashion. Persoalan terkait dirinya yang melakukan meeting di Cafe Starbuck Bandung, sedang heran melihat remaja ngopi di tempat tersebut.

Menurutnya harga kopi di tempat itu bukan jangkauan remaja yang masih bersekolah danbelum memiliki penghasilan sendiri. Mengeluhkan terkait banyaknya anak remaja sedang menikmati kopi di cafe tersebut, kemudian membandingkan dengan putrinya yang memiliki uang saku ekonomis.

Statement ibu tersebut menjudge pada anak remaja bahwa mereka tidak merasakan lelahnya cari uang. Memberikan nasehat, seharusnya mereka memiliki gaya hidup sederhana sekalipun memiliki gaji besar, seperti dia.

Bahkan narasinya menyarankan dengan kalimat sebaiknya uang mereka pakai untuk jajan seblak di Mekkah. Kalimat humble bragging, merendah untuk meroket. mengatakan kopi tersebut mahal, dan mengatakan murah untuk jajan seblak tapi lokasinya di Makkah.

Seseungguhnya kalimat serupa seringkali kita dengar, misalnya:

Baca Juga:

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia

“Ibu-ibu bagaimana sih caranya mengajarkan anak Matematika, anaku dapat 90 padahal biasanya nilainya 100”

“Sedih deh, kerjaan suami lagi sepi, Cuma dapat 10 juta, mesti ngirit ini”

“Wah anakku ranking 1, padahal di rumah jarang belajar.”

Dan seterusnya..

Definisi Humble Bragging

Humble bragging pertama kali terlontarkan oleh Harris Wittle, penulis komedi berjudul Parks and Recreation. Dia mendefinisikan bahwa humble bragging adalah suatu cara memamerkan dengan menyamarkan kalimat yang kita sampaikan melalui kalimat kerendahan hati.

Mari kita kupas, apa itu Humble Bragging, yaitu suatu sikap menyombongkan diri secara terselubung. Biasanya kalimat yang tersampaikan bertolak belakang dengan niat aslinya. Tujuannya untuk mendapatkan pujian dan penyematan diri sebagai orang yang rendah hati atau sederhana.

Seseorang yang hobi melakukan humble bragging, terlihat dari ucapannya yang berulang, semisal ”Kok bisa nilaiku 100 ya, padahal aku cuma belajar semalam saja.”

Jika respons sekitarnya kurang menyenangkan maka dia akan mencari orang baru untuk mendengarkan ceritanya. Intinya, gayanya merendah tapi sebenarnya dia sedang pamer, dia ingin ada apresiasi dari sekeililingnya. Semacam kalimat penghargaan dari orang sekitarnya, atau bahasa tegasnya adalah haus akan pujian.

Perilaku merendah ini sesungguhnya adalah suatu sikap pamer secara halus. Seseorang terkadang merendahkan diri di hadapan orang lain, supaya terlihat orang lain rendah hati, sederhana, low profile.

Humble bragging ini memiliki pengertian, merendahkan diri untuk menyombongkan diri, merendahkan diri untuk mencari simpati, pamer pencapaian, ingin dapat pujian dari seseorang. Seperti kalimat dari penulis di sebuah status Facebook tersebut, “Daripada beli kopi mahal di Starbuck, mending beli seblak di Makkah.”

Alasan orang melakukan humble bragging

Ikhsan Bella Persada, pakar psikologi mengatakan bahwa hal ini terjadi ketika seseorang membuat pernyataan yang kelihatannya sederhana, kasual, atau mengkritik diri sendiri, namun pernyataan tersebut untuk menarik perhatian akan kausalitas atas pencapaian dirinya.  Bertujuan untuk membuat orang lain yang melihatnya menjadi terkesan, melalui balutan ucapan rendah hati darinya.

Alasan orang melakukan humble bragging adalah ingin mendapatkan simpati dan berharap orang lain menyanjungnya. Misalnya respons seperti,

“Wah Anda luar biasa, memiliki wawasan yang luas, tetapi mengatakan diri sebagai orang yang bodoh, Anda rendah hati sekali.”

“Wah, sederhana sekali hidupnya, padahal gajinya gede.”

Jenis-jenis Humble Bragging
  1. Naive Humble Brag yaitu suatu kondisi di mana sesorang akan berkata polos atau gamblang dan membuat seolah pamer dengan cara yang halus. Contohnya, “Heran deh anak remaja jaman sekarang ngopinya mahal, secangkir puluhan ribu, aku sih sayang, padahal gajiku gede”, sementara angka 600 ribu bagi sebagian orang juga adalah nominal besar, yang bisa jadi biaya hidupnya sebulan.
  2. Self deprating humble brag, yaitu ketika seseorang melontarkan kalimat sarkas untuk menjelekkan dirinya sendiri, contohnya, “banyak banget yang bilan wajahku kayak anak SMA, padahal aku sudah kepala tiga, punya anak tiga pula.”
Tips supaya tidak terjebak sikap Humble Bragging

Hal pertama adalah pahami konsep self appreciated dan bedakan dengan pamer. Kita harus bisa membedakan apakah yang akan kita ucap atau lakukan adalah sebuah bentuk apresiasi atau malah cenderung pamer. Apresiasi diri terbaik adalah melakukan hal yang berdampak langsung pada diri sendiri, tanpa harus ditunjukkan ke orang lain.

Kedua adalah melihat situasi ketika kita ingin membagikan pengalaman diri, ingin berbagi hal yang menyenangkan ternyata hal itu bisa menyakiti orang sekitar kita. Akan lebih bijak jika membaca situasi sekitar terlebih dahulu, apakah bisa membuat sedih orang atau tidak.

Supaya hal yang menyenangkan bagi diri kita, tidak membuat sakit hati pada orang lain. Misalnya, kita sedang sangat euforia pada cerita pesta pernikahan, sementara orang di depan kita baru saja berkabung kehilangan pasangannya.

Seperti barusan yang viral di media sosial, ”Aku tuh belum pernah ke mana-mana, ke Monas saja belum pernah, sementara foto di media Instagramnya terlihat dia jalan-jalan ke negeri Sakura,” rasanya sebagai netizen yang menonton podcast Deddi Corbuzer, jadi kepingin gigit sendal mendengarnya. []

 

Tags: Flexinggaya hidupHumble BraggingLife Stylemanusiamedia sosialpergaulanPsikologis
Halimatus Sa'dyah

Halimatus Sa'dyah

Penulis adalah  konsultan hukum dan pengurus LPBHNU 2123038506

Terkait Posts

Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID