Mubadalah.id – Bagi pengguna media sosial tentu tidak asing dengan sosok yang satu ini. Habib Husein Ja’far Al-Haddar memang sering disebut sebagai habib milenial yang kerap muncul di berbagai platform seperti Instagram maupun Youtube. Dengan setelan celana jeans dan jaketnya, Beliau terasa begitu dekat dengan anak muda. Tentu tak hanya modal penampilan saja, Beliau memiliki wawasan yang luas untuk menyebarkan Islam mazhab cinta.
Perlu kita ketahui, meskipun saya menggunakan istilah mazhab namun bukan berarti sama seperti mazhab fikih lainnya. Jika dalam fikih kita mengenal adanya mazhab syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali maka di era di mana citra Islam yang mulai keruh oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, kita perlu mengenal adanya mazhab cinta.
Secara bahasa mazhab berasal dari fi’il madhi zahaba yang berarti pergi. Dengan demikian mazhab dapat kita artikan sebagai tempat pergi, jalan atau cara. Sebuah jalan atau cara untuk mencapai tujuan, baik konkrit ataupun abstrak. Tentu jalan atau cara ini dapat kita katakan sebagai mazhab jika mempunyai ciri khas tersendiri.
Habib Husein Ja’far Al-Haddar dan Islam Mazhab Cinta
Habib Husein Ja’far Al-Haddar menjadi salah satu pendakwah milenial yang gencar menyuarakan Islam mazhab cinta. Ini bukanlah mazhab fiqih dengan hukum taklifi maupun wadh’i-nya.
Akhir-akhir ini kerap kali Islam muncul sebagai agama yang penuh dengan kekerasan, intoleransi, paksaan, bahkan terorisme. Tak heran jika muncul fenomena islamophobia di kalangan dunia Barat. Padahal jauh sebelum itu, Nabi Muhammad adalah teladan sempurna yang telah mencontohkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, bahkan kepada masyarakat lintas iman.
Aktivitas dakwah Habib Husein Ja’far Al-Haddar di dunia maya menjadi counter narasi terhadap isu-isu yang mengantarkan kepada islamophobia. Kegiatan udar rasa bersama penganut lintas iman yang selama ini seolah-olah menjadi hal yang tabu kini mendapat tempat di kalangan milenial. Dialog yang dilandasi dengan keteduhan tanpa mengintimidasi pendapat lawan bicaranya menjadikan hubungan antarpenganut agama menjadi lebih harmonis.
Bahkan melalui dialog tersebut para milenial dapat mengetahui nilai-nilai kebaikan yang terdapat dalam ajaran setiap agama. Dengan demikian para milenial pun dapat menilai setiap agama secara lebih objektif, tidak hanya berdasar pada prasangka-prasangka yang tidak jelas asal-usulnya.
Cinta menjadi asas esensial yang terdapat dalam setiap agama. Bagaimana mungkin agama mengajarkan kebencian, jika pada dasarnya agama juga mengajarkan pentingnya memanusiakan manusia?
Habib Husein dalam bukunya: Apalagi Islam Kalau Bukan Cinta menjelaskan jika terdapat ayat atau hadits yang bertentangan dengan prinsip cinta, maka yakinlah jika Salingers salah memahaminya.
Kita perlu pergi ke tempat orang yang berilmu sehingga kita menemukan aspek cinta dalam tafsir atau makna yang terkandung di dalamnya.
Mazhab Cinta dalam Akidah
Syahadat sebagai rukun Islam yang pertama menjadi pertanda awal keimanan seseorang kepada Allah. Namun bukan berarti Allah membutuhkan manusia untuk kita sembah. Hubungan antara Allah dan makhluk berbeda dengan hubungan dokter dan pasien, di mana dokter tidak akan ada artinya jika tidak ada pasien, begitu pula sebaliknya.
Justru kesaksian akan keberadaan Allah adalah manifestasi dari kepedulian-Nya kepada kita. Sebab jika tidak, kita akan hidup dalam kebingungan, kehampaan, dan ketidakjelasan arah tujuan, Betapa banyak manusia modern sekarang ini yang merasakan kehampaan dalam hidup hanya karena jauh atau bahkan tidak mengenal Tuhannya.
Meskipun kebutuhan dunia mereka sudah di atas rata-rata. Bahkan Allah tidak hanya mengenalkan akan keberadaan-Nya, namun juga mengajarkan bagaimana cara menuju jalan-Nya melalui para rasul-Nya.
Mazhab Cinta dalam Ibadah
Tugas bagi setiap hamba adalah menghamba kepada tuannya. Dan ini adalah hal mutlak yang perlu manusia sadari sebagai hamba Allah. Namun dalam pelaksanaannya, ibadah ini jangan sampai menjadikan manusia merasa sombong.
Bukan berarti mereka yang terlihat jarang beribadah lebih buruk dari kita yang ibadahnya banyak. Meskipun ketakwaan yang menjadikan manusia itu berbeda di mata Tuhan. Apakah hanya ibadah yang menjadi ukuran ketakwaan seseorang, tidak bukan?
Masih ingat dengan kisah seorang fasik dan ahli ibadah yang sama-sama masuk masjid? Ketika keluar justru keadaan berbalik. Sang fasik merasa hatinya hancur ketika melihat sang ahli ibadah, sedangkan sang ahli ibadah menatap dengan sinis dan menganggap rendah si fasik tersebut.
Seharusnya ibadah dapat menjadikan seseorang menjadi lebih empati kepada orang lain. Ibadah seharusnya dapat menjadi pembersih hati. Sedangkan dari hati yang bersih tidak akan ada yang keluar kecuali cinta dan berbagai kebaikan lainnya.
Mazhab Cinta dalam Akhlak
Hati, jiwa, dan akal adalah anugerah yang Allah berikan kepada manusia. Ketiga hal ini menjadi sentral yang menentukan tindak tutur manusia. Jika ketiga hal ini baik, maka baiklah segala perbuatan manusia.
Begitu pula sebaliknya, jika hati, jiwa, atau akal terkena penyakit, terlebih penyakit batiniyah, maka rusaklah moral manusia. Oleh karena itu betapa pentingnya menjaga kewarasan ketiga hal tersebut dalam diri kita.
Laku kehidupan manusia secara ringkas ditentukan oleh keadaan hati, jiwa, dan akal. Dari ketiga hal yang bersih ini akan muncul benih-benih cinta dan kebaikan dalam setiap aktivitas manusia. Menjadi sebuah keniscayaan bahwa keharmonisan antarsesama manusia akan dapat tercipta.
Karena semua hal yang dilandasi dengan cinta, kasih sayang, dan welas asih akan menuju kepada kebahagiaan bersama. Tentu dalam hal ini cinta bukan hanya sebatas kisah asmara antara dua insan yang saling memadu kasih, namun lebih dari itu. Cinta yang universal. []