Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw dengan tegas melarang kepada para suami untuk memukul istri, walaupun sang istri memiliki lisan kasar dan menyakitkan.
Larangan memukul istri yang memiliki lisan kasar dan menyakitkan itu merujuk pada salah satu hadis dari Sunan Abi Dawud. Isi hadis tersebut sebagai berikut:
Laqith bin Shabrah Ra berkata, “Aku pernah datang sebagai utusan Bani Muntafiq berkunjung kepada Rasulullah Saw”.
Saat itu, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, istriku lidahnya sangat kasar dan menyakitkan.”
Rasulullah Saw menjawab, “Ya, ceraikan saja.”
Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, aku masih mencintainya, dan ia juga memberiku anak.”
Beliau menjawab, “Kalau begitu, nasihatilah ia. Kalau ia baik, pasti akan berubah. Tetapi, janganlah memukulnya sebagaimana kamu memukul hamba sahayamu” (Sunan Abi Dawud).
Teks hadis ini, menurut Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku 60 Hadis Shahih, merekam konsultasi seorang sahabat, Laqith bin Sabrah Ra mengenai perilaku istrinya yang Iisannya kasar dan menyakitkan.
Dalam kondisi seperti ini Nabi Muhammad Saw ternyata memberikan larangan memukul istri bagi sahabat tersebut. la Justru disarankan memberi nasihat dan mengajak istrinya pada kebaikan. Larangan memukul istri dari Nabi ini sangat jelas sekali.
Jika di hati perempuan itu ada kebaikan, ia pasti mendengar dan memenuhi nasihat serta ajakan suaminya tersebut. Tetapi, tentu saja ini perlu proses dan kesabaran. Yang jelas Nabi Muhammad Saw tidak memberi rekomendasi sama sekali sahabat tersebut untuk memukul istri. Berpisah lebih baik daripada melakukan tindakan yang bisa menjadi siklus kekerasan.
Nabi Saw Menolak Segala Bentuk Kekerasan
Di dalam hadis di atas juga menegaskan, bahwa Nabi Muhammad Saw menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan suami kepada istri, atas nama mendidik, mendisiplinkan, apalagi atas nama cinta dan kasih sayang. Larangan memukul istri ini sangat Nabi tekankan sekali.
Dalam deskripsi Nabi Muhammad Saw minimal seorang suami itu memerlukan seks dari istrinya. Seorang suami yang menggauli istri, tetapi masih memukulnya, adalah lucu dan memalukan.
Tindak kekerasan itu menyalahi prinsip kesalingan antara suami dan istri. Selain itu, ia juga mengingkari tujuan pernikahan yang digariskan al-Qur’an (sakinah, mawaddah, dan rahmah). Tindak kekerasan harus dihindari oleh siapa pun yang beriman pada al-Qur’an dan mengikuti teladan Nabi Muhammad Saw. []