• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Jiwa Lagu Anak yang Makin Tersingkir

Jiwa lagu anak perlu dimerdekakan dari proses penyingkiran oleh para pencari untung yang tidak memiliki visi masa depan

Listia Listia
10/09/2022
in Pernak-pernik
0
Lagu Anak

Lagu Anak

424
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apresiasi pada bakat dan perjuangan hidup anak Farel Prayoga hingga dapat manggung di depan Presiden dalam acara peringantan kemerdekaan adalah sangatlah menarik. Dengan berjalannya waktu, makin banyak pihak yang menyadari ada hal yang rasanya kurang pas ketika mencermati lirik lagu dan alunan nada yang mendayu-dayu.

Ini tentang bagaimana cara menghadirkan seorang anak berbakat dan telah berjuang menggapai cita, yang sayangnya tanpa mempertimbangkan sisi kakak-kanak yang penting kita perhatikan. Mungkin banyak yang lupa bahwa masa kanak-kanak ini sangat singkat namun sangat menentukan proses membentukan karakter pribadi yang pada akhirnya menentukan karakter masyarakat luas.

Bukan salah Farel menyanyikan lagu orang dewasa, karena sebagaimana anak yang lain umumnya meniru apa yang tersedia di sekitarnya.

Untuk para pihak yang terbiasa menjadi pengarah acara, rasa-rasanya catatan ini pertama-tama di tujukan pada mereka. Bagaimana pun acara yang menghadirkan penyanyi anak perlu mempertimbangkan  sudut pandangan kepentingan banyak anak yang lain;  kepentingan pada jiwa lagu anak.

Jiwa Lagu Anak Miliki Ritme yang Khas

Jiwa lagu anak memiliki ritme yang khas–sebagaimana tubuh mereka yang selalu membutuhkan banyak gerak—untuk pertumbuhan fisik dan psikis optimal. Kalimat-kalimat positif dalam syair yang membawa pada suasana hangat atau menawarkan rasa nyaman, terhadirkan sesuai kebutuhan usia anak yang rasa amannya mudah rapuh.

Baca Juga:

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

Dengan kalimat yang sederhana namun memberi visi tentang hidup, memberi inipirasi tentang nilai kasih sayang sesama dan lingkungan alam yang butuh kita kenali dengan baik, karena usia anak inilah usia memberi dasar nilai bagi semua pengetahuan yang yang menghasilkan perilaku.

Mungkin banyak yang lupa, nyanyian anak menjadi penjaga hati pada masa tumbuh kembang yang seringkali tidak ada kepastian apakah akan selalu berjalan lancar dan menyenangkan. Oleh karena itu usia anak membutuhkan tabungan kebahagiaan, yang dilakukan dengan memberi warna pada ingatan dan rasa yang positif secara mendalam.

Ini perlu kita buat melalui berbagai permainan, dongeng atau nyanyian. Sebagaimana permainan ‘ciluk ba’ untuk bayi yang memberi pemahaman bahwa ‘tidak terlihat bukan berarti tidak  ada’; baa (ternyata dia ada). Referensi makna kata pada anak masih sedikit. Namun dengan irama dan keindahan kata yang hangat membuat anak menangkap makna positif tentang hidupnya bersama hidup orang banyak.

Tabungan Kebahagiaan

Tabungan kebahagiaan menjadi penopang hati ketika rasa aman terkikis. Atau ada kesedihan, kecewa atau marah  yang sesekali datang. Kebahagiaan yang tertanam dalam hati dari berbagai suasana, termasuk jiwa energi dari sebuah nyanyian menjadi kebutuhan bagi anak.

Jiwa nyanyian anak sangat dibutuhkan anak. Namun apa yang beredar dalam kehidupan sehari-hari adalah apa yang anggapannya menguntungkan oleh pasar. Rupanya lagu anak dianggap tidak menguntungkan dari sisi pejualan.

Bukan tidak ada pencipta lagu anak, tapi ia tersingkir karena untuk proses produksi dan peredaran membutuhkan modal. Karena lagu-lagu anak tersingkir, pendengaran dan penglihatan umumnya anak terisi oleh suasana orang dewasa. Sesuatu yang sesungguhnya bukan menjadi kebutuhan anak.

Semoga ada pihak yang mengingatkan betapa rugi suatu masyarakat. Ketika masa kanak-kanak yang singkat dan penting ini tidak kita optimalkan tumbuh kembangnya. Lalu membiarkan pasar menyingkirkan kebutuhan penting mereka.

Harapan

Harapan besar para orang tua, para pendidik dan masyarakat lebih tanggap tentang hal ini. Yakni dengan bergotong royong karena setiap anak pada dasarnya adalah anak semua orang.

Semoga dalam usia anak ini, suatu saat Farel dibantu membuat rekaman lagu-lagu. Di mana itu yang anak-anak butuhkan untuk mewarnai masa kanak-kanak banyak anak Indonesia dengan keriangan, kehangatan dan visi yang luas tentang keindonesiaan dan kemanusiaan. Dan tentu saja dengan bahasa nasional kecintaan ya!

Jiwa lagu anak perlu kita merdekakan dari proses penyingkiran oleh para pencari untung yang tidak memiliki visi masa depan. Negara mestinya bisa hadir untuk ini. Oh ya, jiwa  lagu anak tetap bisa orang dewasa nikmati. Coba dengarkan kumpulan petikan gitar Mas  Jubing Kristianto yang berjudul “Becak Fantasi…” karya Ibu Soed dan lain-lain. Enak sekali buat teman menulis. []

Tags: Farel PrayogaHak anakJiwa AnakLagu AnakPelindungan Anak
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Kursi Lipat

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

8 Juni 2025
Anda Korban KDRT

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

7 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID