• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kaum Santri; Ashabul Kahfi Masa Kini

Sebagaimana ashabul kahfi yang mempertahankan akidah dengan mengasingkan diri dan bersembunyi di gua, santri juga mengasingkan diri di dalam pesantren untuk menguatkan iman, dan mempersiapkan diri untuk menyebarkan pengetahuan keislaman

Muhammad Hendrawan Muhammad Hendrawan
07/02/2023
in Hikmah
0
Kaum Santri

Kaum Santri

491
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perjuangan kaum santri yang sedang menuntut ilmu tak ubahnya Ashabul Kahfi. Pembaca pasti sudah tidak asing lagi terdengar kisah tentang tujuh orang pemuda beserta seekor anjingnya yang mengasingkan diri di gua. Mereka melakukan itu, karena ingin menjaga akidah yang mereka anut. Dan sebab tempat persembunyian mereka berada di dalam gua ini. Hingga akhirnya mereka mendapat julukan sebagai ashabul kahfi (penghuni gua).

Pengasingan ini berlangsung dalam tidur panjang mereka selama sekitar 309 tahun. Namun karena kuasa Allah SWT mereka hanya merasa tidur selama sehari atau setengah hari saja. Tatkala mereka keluar dari gua, mereka malah mendapati banyak perubahan yang terjadi, dan itu membuktikan betapa lamanya mereka berada di dalam gua.

Kisah fenomenal ini telah terjadi berabad-abad yang lalu dan terabadikan di dalam alquran tepatnya di dalam QS. Al-Kahfi [18]: 22-26. Kisah ini adalah sebuah kisah yang terceritakan di dalam Al-Quran sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad SAW. Di dalam kisah ini kita akan melihat bagaimana para pemuda tersebut memilih untuk mengasingkan diri dan bersembunyi di dalam gua untuk mempertahankan keimanan mereka.

Jika kita perhatikan lebih dekat, di zaman dengan kemajuan teknologi ini pun bisa jadi masih ada orang-orang yang pantas diberi julukan ashabul kahfi. Mereka adalah kaum sarungan bergelar santri. Gelar ini tidak akan lekang oleh waktu, tidak akan pupus ditelan zaman, ia akan tertaut selamanya di jiwa pemiliknya.

Ini adalah gelar seumur hidup yang diberikan untuk para penuntut ilmu yang tinggal di pesantren untuk mengaji dan mengabdi. Santri memang sangat relevan dengan ashabul kahfi karena santri adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan dengan dunia luar. Tidak mengenal dunia maya, tidak mengenal hiruk pikik dunia, semua hening dalam pengembaraan untuk mengaji dan mengabdi.

Baca Juga:

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Praktik Mubadalah dalam Kegiatan Mahasantri di Tashfiyatul Qulub

Dunia dan Akhirat

Mencari bekal untuk menguatkan akidah dan iman. menguatkan jiwa dan hati untuk bekal menghadapi dunia yang semakin berkembang. Perbedaannya kaum santri hari ini, bukan orang-orang yang hanya memejamkan mata di pesantren. Lalu keluar dan mendapati dunia yang sudah berkembang. Santri tidak boleh hanya tidur di pesantren untuk mempertahankan akidah mereka. Justru para santri harus lebih giat untuk belajar agar bisa menyongsong kehidupan dan menjadi generasi yang bisa memajukan islam.

Sebagaimana pepatah arab mengatakan:

شُبّاَنُ الْيَوْمِ رِجَالُ الغَدِّ

Pemuda masa kini adalah pemimpin di masa depan

Meski kaum santri adalah ashabul kahfi yang memiliki akses sangat terbatas dengan dunia luar. Bukan berarti santri adalah komunitas kudet yang hanya mengetahui dunia pesantren saja. Karena sejatinya pesantren adalah miniatur kehidupan masyarakat.

Di pesantren santri belajar bagaimana cara bersosialisasi melalui komunikasi mereka dengan teman-teman mereka yang berasal dari berbagai daerah. Santri belajar tentang kesabaran melalui budaya mengantri, santri belajar menghargai, tolong menolong, gotong royong dan sebagainya. Sehingga menjadi santri adalah bentuk pematangan emosi diri agar bisa hidup bermasyarakat dengan baik. Yakni menjadi yang berpengaruh bukan terpengaruh. Bisa memberikan tuntunan bukan hanya sekedar tontonan. Dan, yang bisa selalu bermanfaat bukan hanya sesaat.

Sebagaimana ashabul kahfi yang mempertahankan akidah dengan mengasingkan diri dan bersembunyi di gua, santri juga mengasingkan diri di dalam pesantren untuk menguatkan iman dan mempersiapkan diri untuk menyebarkan pengetahuan keislaman.

Dengan demikian sah-sah saja mengatakan bahwa kaum santri adalah para ashabul kahfi masa kini yang mengasingkan diri di dalam pesantren untuk bisa menjadi ashabul kahfi di luar pesantren.

ما زلتُ طالبًا

“Selamanya engkau tetap santri.” Sekian, semoga bermanfaat. []

Tags: Ashhabul KahfiHari Santri NasionalKaum SantrikiaiPondok Pesantren
Muhammad Hendrawan

Muhammad Hendrawan

Mahasantri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur

Terkait Posts

Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
relasi laki-laki dan perempuan yang

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

8 Juli 2025
IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?
  • Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang
  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID