Mubadalah.id – Aplikasi kencan daring (online) seperti Tinder jelas telah jamak masyhur. Statistik bahkan mencatat bila Tinder punya pengguna aktif (MAU) hingga 75 juta orang per 2025 ini.
Tinder dan pelbagai aplikasi kencan daring lainnya memang kian beroleh panggung. Terlebih, kebutuhan untuk mengatasi kesepian dan beroleh partner kini hampir-hampir menjelma menjadi semacam obligasi.
Dalil yang umum berlaku berbunyi, “Tak berpasangan alias menjomblo merupakan sebuah derita.” Karenanya, opsi aplikasi kencan daring kerap menjadi pelarian.
Selain mudah dan murah, aplikasi kencan semacam Tinder juga memungkinkan orang untuk berjodoh dengan bule (Kompas, 16/12/2024). Sementara, di Jakarta, hal tersebut kini telah menjadi tren tersendiri (Antara, 23/9/2025).
Namun, apakah aplikasi kencan daring selalu menghasilkan cerita-cerita manis? Bagaimana jika lewat aplikasi tersebut kita justru beroleh ancaman dan teror berbahaya?
Nadia Tragis, Harkins Bengis
Pengalaman tragis nan memilukan menimpa Nadia. Salah seorang pengguna Tinder ini beroleh teror selepas berjumpa dengan “match“-nya di rajanya aplikasi online dating itu.
Kisah Nadia sebagaimana diwartakan BBC bermula kala ia bertemu seorang pria bernama Christopher Harkins di Tinder. Kejadian itu berlangsung pada tahun 2018 silam.
Selepas mengobrol selama beberapa pekan dan merasa klop, keduanya lantas membuat kesepakatan untuk dating di Glasgow. Berkat Tinder, angan-angan indah dan semerbak wangi asmara kini menisiki seluruh saraf kepala Nadia.
Tibalah hari yang mereka sepakati itu. Harkins menjemput Nadia dan mengajaknya dinner di apartemennya. Nadia lekas curiga, “Hah, kok di apartemen sih?” Begitu mungkin kesangsiannya.
Kecurigaan Nadia perlahan berubah menjadi rasa takut kala ia menolak tawaran vodka dari Harkins. Wajah Harkins memerah padam. Ia seakan tersinggung dengan sikap Nadia yang lebih memilih diet coke (minuman bersoda).
“Kamu pikir kamu siapa? Kenapa kamu menuangkan minuman untuk diri sendiri?” nada suara Harkins meninggi. Sifat bengisnya tak lagi bisa bersembunyi. Praktis, Nadia gugup dan ketakutan. Minumannya tumpah.
Kencan Gagal, Teror Begundal
Malam itu, kencan Nadia dan Harkins gagal total. Bagi Nadia, alih-alih beroleh kesan manis romantis, ia justru merasa ketakutan mendalam. Ia buru-buru meninggalkan Harkins dan berharap semuanya usai.
Namun, Harkins ternyata bukan sembarang pria. Ia seorang begundal Tinder. Sehabis batal berkencan malam itu, ia meneror Nadia. Ia mengirimkan terornya lewat chat dan telepon. Ketenteraman Nadia lekas terusik.
Isi ancaman Harkins menyasar diri Nadia pribadi maupun orang terdekatnya. Ia menghina penampilan Nadia, mengancam bakal memukul, membunuh, membom rumahnya, hingga menyakiti sang ayah.
Nadia lantas memblokir nomor Harkins dan melaporkannya ke pihak berwajib. Ironisnya, meski telah membawa bukti berupa rekaman bernada ancaman, polisi bilang mereka tak bisa menindak Harkins.
Sementara, teror Harkins ke Nadia terus berlanjut. Teror yang juga berisi penghinaan itu disampaikan ke teman-teman Nadia via media sosial. Harkins seakan tak kenal kata gentar terhadap “mangsanya”.
Selepas serangkaian investigasi, kebegundalan Harkins terbukti. Ia kedapatan telah menjerat banyak korban di Tinder sejak tahun 2012. Tak hanya meneror, Harkins bahkan memerkosa dan menipu para korbannya.
Gelora Asmara, Tetap Wajib Waspada
Pengalaman buruk yang mendera Nadia dan para korban Harkins lainnya mengisyaratkan perlunya kewaspadaan. Kebutuhan untuk merayakan gekora asmara tak boleh membuat seseorang lalai.
Aplikasi serupa Tinder barangkali memang menjanjikan “jalan tikus” bertemu calon sigaraning nyawa. Hanya saja, orang-orang bermodel begundal seperti Harkins senantiasa berkeliaran dan “menebar jala”.
Ademilade Shodipe Dosunmu (2025) memberikan 15 tips aman saat menggunakan aplikasi kencan daring. Tiga di antaranya dapat pembaca simak pada bagian berikut:
Pertama, perhatian segala hal yang dibagikan melalui platform daring. Artinya, jangan gampang membagikan hal-hal personal, baik berupa foto, data diri, maupun kontak.
Kedua, jangan tautkan akun aplikasi kencan ke akun media sosial. Pengguna bahkan lebih baik membuat akun Google khusus yang minim potensi terlacak.
Ketiga, gunakan aplikasi penanda lokasi palsu. Langkah ini bertujuan agar alamat pribadi tidak terdeteksi. Alhasil, belajar dari kasus Nadia, begundal seperti Harkins tak bakal bisa mengancam bakal membom rumah.
Ketiga, tips di atas perlu menjadi atensi setiap pengguna aplikasi kencan daring, baik Tinder, Zoosk, Muslima.com maupun lainnya. Hanya dengan waspada, misi untuk berjumpa belahan jiwa itu tak malah berujung jadi ancaman terhadap keselamatan jiwa dan raga. []










































