Mubadalah.id – Sampah merupakan penyebab kerusakan lingkungan, tidak hanya sampah plastik atau jenis anorganik akan tetapi sampah organik pun menjadi permasalahan yang serius bagi lingkungan. Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat sepertiga dari total makanan yang diproduksi untuk konsumsi terbuang setiap tahunnya atau Food Loss and Waste (FLW). Sehingga penting bagaimana kita mampu mengelola mubazir pangan ini dengan efektif.
FLW sangat berbahaya bagi lingkungan. Karena selain mubazir pangan, juga ketika menjadi sampah, maka akan menimbulkan gas metana yang berdampak pada pemanasan global, serta air lindi yang mencemari lingkungan dan merusak ekosistem.
Berdasarkan data Economist Intelligence Unit tahun 2020, Indonesia adalah negara ke-2 dari 25 negara di dunia dengan FLW tertinggi setelah Arab Saudi. FLW Indonesia sekitar 300 kg per kapita setiap tahun. Dari data tersebut menunjukan bahwa tingkat sampah organik di Indonesia belum secara optimal dalam penanganan sampah, dengan jumlah sampah organik yang berasal dari makanan bisa menimbulkan pencemaran di lingkungan terutama pemanasan global.
Kemudian limbah yang berasal dari bahan pangan merupakan limbah yang memiliki presentase lebih banyak dihasilkan karena cepat mengalami pembusukan.
Mubazir Pangan Penyebab Kelaparan
Food Loss and wasted (sampah makanan), atau mubazir pangan ini ternyata bisa menyebabkan kelaparan. Global Hunger Index juga mengatakan, tingkat kelaparan di Indonesia berada di tingkat serius. Artinya banyak orang yang sedang kelaparan, sedangkan yang berkecukupan (banyak mengonsumsi makanan) kemungkinan berperilaku suka membuang dan tidak menghabiskan makanan.
Dari penjelasan tersebut membuktikan ketimpangan atas fenomena yang terjadi. Dalam Islam sendiri bisa dikatakan food loss and waste sebagai sebuah perilaku mubazir pangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti terbuang-buang karena berlebihan atau mubazir juga sama artinya dengan perilaku boros.
Dalam Alquran Surat Al Isra’ Ayat 26, Allah SWT berfirman:
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.”
Begitupun terdapat hadist dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan (Allah ridha) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya. Dan kalian saling menasihati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna, serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim).
Allah dan Rasul tidak Menyukai Perilaku Mubazir Pangan
Jelas sekali dalam kedua sumber hukum tersebut, bahwa perilaku mubazir pangan salah satunya food loss and waste, merupakan perbuatan yang tidak baik. Allah serta Rasul pun tidak menyukainya. Melansir dari kompas.com, berdasarkan pengamatan khusus terhadap perilaku konsumen oleh Ruwayari (2021), terdapat banyak penyebab dari perilaku pemborosan pangan antara lain:
Pertama, membeli dan menyiapkan makanan terlalu banyak dan kurang memperhitungkan kebutuhan sehingga berpeluang menyisakan bahkan membuang makanan;
Kedua, kesalahan dalam proses industri dan kepatuhan terhadap kebijakan keamanan makanan mengakibatkan kualitas keamanan pangan tidak terpenuhi, sehingga banyak terbuang;
Ketiga, kendala manajerial berupa teknis yang kurang tepat. Seperti keuangan yang tidak memadai dan kesulitan teknis dalam hal metode panen. Lalu penyimpanan, dan masalah pendinginan dalam kondisi cuaca buruk. pemrosesan, pengemasan, infrastruktur. Kemudian sistem pemasaran yang menyebabkan kerusakan dan pembuangan pangan;
Keempat, penyiapan makanan yang berlebihan di restoran, hotel, dan industri jasa makanan. Mereka lakukan sebagai bentuk antisipasi pelanggan yang tinggi dan pertimbangan economic of scale. Yakni skala produksi yang besar akan menghasilkan biaya produksi per satuan menjadi lebih rendah;
Kelima, over-merchandising dan over-ordering di toko makanan dan supermarket dalam rangka display yang tinggi dengan berbagai item untuk menarik pelanggan mengakibatkan makanan berpotensi besar kadaluarsa, sedangkan penyimpanan di toko atau supermarket dengan masa simpan terbatas sehingga beberapa di antaranya akan tetap tidak terjual.
Mubazir Pangan Mengancam Keberlanjutan Kehidupan Manusia
Selain itu, perilaku konsumen yang cenderung memilih-milih makanan yang berpenampilan dan kualitas baik mengakibatkan makanan yang kurang menarik dan nilainya kurang berkualitas akan terbuang.
Sedangkan dari fenomena yang sudah tersebutkan sebelumnya, ternyata food loss and waste juga menimbulkan dampak pada aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan yang sangat berbahaya bagi keberlanjutan kehidupan manusia dan sumber daya alam yang tersedia.
Apabila dalam aspek ekonomi menurut Global Commision on the Economy and Climate, salah satu organisasi internasional yang prihatin terhadap pemborosan pangan melakukan perhitungan ekonomi secara global menyebutkan makanan yang terbuang apabila kita uangkan mencapai US$ 400 miliar per tahun.
Nilaimubazir pangan ini terprediksi akan meningkat mencapai US$ 600 miliar. Apabila jumlah limbah makanan yang terbuang dapat ditekan 20 sampai 50% sehingga ada penghematan US$200 sampai US$300 miliar.
Kemudian menurut Suhartini dalam bukunya “Menuju pola konsumsi pangan di era pertanian modern berkelanjutan”, menjelaskan bahwa mubazir pangan juga berdampak pada pemborosan penggunaan sumber daya dan lingkungan. Hal tersebut terjadi karena proses produksi pangan dengan proses mengonsumsi sumber daya, sekaligus menekan lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca, penggunaan lahan, air, dan energi.
Berapa penggunaan sumber daya alam untuk proses produksi setiap komoditas berbeda. Sehingga jenis dan volume pangan yang terkonsumsi oleh masyarakat akan menentukan seberapa besar tingkat penggunaan sumber daya alam, dan sekaligus menimbulkan dampak negatif yang besar.
Mulai dari Diri Sendiri
Serius sekali bukan! Maka, dari hal yang mungkin kita anggap remeh namun dampaknya membesar apabila berkelanjutan dan banyak orang di dunia melakukannya. Sehingga perlu adanya penanggulangan sebagai pelaku utama, yang harus sadar dan menghentikan perilaku tersebut. Banyak cara yang bisa kita lakukan antara lain:
Pertama, menyadari akan perilaku konsumsi pangan serta nilai pangan dengan mengukur kebutuhan diri yang cukup tanpa berlebihan. Seperti tidak terlalu banyak memgambil porsi makan dan menghabiskan makanan tanpa bersisa. Kemudian tidak belanja berlebihan di luar kebutuhan primer maupun sekunder.
Kedua, apabila memiliki jumlah makanan berlebih maka bisa kita optimalkan pemanfaatanny. Seperti langsung kita donasikan kepada yang membutuhkan, kita olah menjadi makanan lain, kita buat pupuk organik dan lain-lain. []