Mubadalah.id – Di dalam Islam, persyaratan dari perintah orang tua yang harus ditaati anak adalah jika perintah itu tidak untuk menyengsarakan atau mencederai hak-hak kemanusiaan anak. Jika si anak merasa disengsarakan dengan perintah tersebut, maka ia berhak untuk menolak.
Misalnya, dalam kasus pernikahan yang menyebabkan perselisihan antara anak dan orang tua. Anak menyatakan bahwa laki-laki itulah yang terbaik buat hidupnya. Sementara orang tua menyatakan sebaliknya. Orang tua berusaha membatalkan pernikahan anaknya sekalipun yang bersangkutan sudah merasa cocok dengan laki-laki pilihannya itu.
Dengan memperhatikan kasus ini, menarik memperhatikan hadits yang meriwayatkan:
“Aisyah, menyatakan bahwa jika orang tua dan anak berselisih pendapat mengenai pernikahan, maka wali hakim yang harus melerai dan memutuskan. Ini berarti orang tua pada dasarnya tidak memiliki hak untuk memaksa. Sekalipun orang tua terus memaksa, anak tidak wajib untuk mengikuti kemauan orang tua.”
Dalam hadist lain yang diriwayatkan Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Abu Dawud, dan Imam an-Nasa’i disebutkan bahwa ketika seorang perempuan yang bernama Khansa binti Khidam dipaksa kawin oleh orang tuanya, Nabi SAW mengembalikan keputusan itu kepada si anak mau diteruskan atau dibatalkan.
Hak Anak
Nabi SAW tidak mengembalikan keputusan akhir kepada orang tua. Tetapi kepada anak Hadits ini menegaskan bahwa anak memiliki hak untuk memilih dan menolak calon pendamping hidupnya. Artinya, anak memiliki otonomi untuk menentukan siapa calon pendamping hidup yang terbaik buatnya.
Jika benar orang tua mencurahkan kasih sayangnya, maka ia tidak mungkin memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu. Apalagi hal itu bertentangan dengan kemaslahatannya.
Begitu juga sebaliknya, si anak tidak akan mudah menentang orang tua, jika ia benar-benar ingin memberikan penghormatan kepada kedua orang tuanya. Kasih sayang dan penghormatan harus mereka lakukan secara timbal balik. Mungkin, anak durhaka tidak akan pernah ada, jika anak sejak kecil selalu hidup dalam kasih sayang.
Orang tua durhaka juga tidak akan pernah ada, jika sejak masa kecilnya selalu memperoleh kasih sayang, dan selalu memperoleh penghormatan dan kemuliaan dari anak-anaknya. Keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan penghormatan satu sama lain adalah keluarga bahagia yang digambarkan al-Qur’an dalam Surat ar-Rum, yakni keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. []