Sabtu, 15 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    silent revolution

    Prof. Alimatul Qibtiyah Sebut Silent Revolution sebagai Wajah Gerakan Perempuan Indonesia

    Alimat

    Alimat Teguhkan Arah Gerakan Perempuan Lewat Monev Sosialisasi Pandangan Keagamaan KUPI tentang P2GP

    mahasiswa dan diaspora Indonesia di Sydney

    Mahasiswa dan Diaspora Indonesia di Sydney Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

    Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    Pahlawan Soeharto

    Ketua PBNU hingga Sejarawan Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Dosanya Besar bagi NU dan Masyarakat

    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Tumbler

    Tumbler: Antara Komitmen Jaga Bumi atau Gaya Hidup Masa Kini

    Gus Dur yang

    Di Balik Cinta dan Kebencian kepada Gus Dur

    Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah

    Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

    Kontroversi Gus Elham

    Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik

    Rahmah el-Yunusiyah sudah

    Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?

    Memandang Disabilitas

    Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas

    Rahmah el-Yunusiyah

    Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

    Rahmah el-Yunusiyah

    Pentingnya Menjaga Warisan Rahmah El-Yunusiyah bagi Generasi Hari Ini

    Rahmah el-Yunusiyah

    Rahmah El-Yunusiyah: Perempuan Indonesia yang Mengubah Kebijakan Al-Azhar

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    silent revolution

    Prof. Alimatul Qibtiyah Sebut Silent Revolution sebagai Wajah Gerakan Perempuan Indonesia

    Alimat

    Alimat Teguhkan Arah Gerakan Perempuan Lewat Monev Sosialisasi Pandangan Keagamaan KUPI tentang P2GP

    mahasiswa dan diaspora Indonesia di Sydney

    Mahasiswa dan Diaspora Indonesia di Sydney Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

    Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    Pahlawan Soeharto

    Ketua PBNU hingga Sejarawan Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Dosanya Besar bagi NU dan Masyarakat

    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Tumbler

    Tumbler: Antara Komitmen Jaga Bumi atau Gaya Hidup Masa Kini

    Gus Dur yang

    Di Balik Cinta dan Kebencian kepada Gus Dur

    Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah

    Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

    Kontroversi Gus Elham

    Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik

    Rahmah el-Yunusiyah sudah

    Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?

    Memandang Disabilitas

    Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas

    Rahmah el-Yunusiyah

    Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

    Rahmah el-Yunusiyah

    Pentingnya Menjaga Warisan Rahmah El-Yunusiyah bagi Generasi Hari Ini

    Rahmah el-Yunusiyah

    Rahmah El-Yunusiyah: Perempuan Indonesia yang Mengubah Kebijakan Al-Azhar

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Kisah Hidup Khadijah – Ibu Orang-Orang Beriman (II)

Napol Napol
30 Juli 2020
in Sastra
0
Khadijah, Ibu, Sastra Mubadalah
21
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pada tahun-tahun sulit berikutnya di mana para pemimpin Quraisy melakukan segala daya mereka untuk menghentikan Nabi saw. berdakwah, Khadijah adalah sumber bantuan dan kenyamanan tetap bagi beliau dalam menghadapi kesulitan.

Tidak diketahui persis berapa lama mereka menikah. Namun berdasarkan informasi yang terkumpul, bahwa mereka menikah selama 15 tahun sebelum wahyu pertama, dan bahwa Tahun Kesedihan (tahun di mana Khadijah meninggal) terjadi pada abad ke delapan atau tahun kesembilan setelah wahyu pertama, dapat diperkirakan mereka menikah selama kurang lebih 23 hingga 25 tahun.

Terlepas mereka mengalami tragedi pribadi atas kematian putra-putra mereka, dan menghadapi penganiayaan kaum Quraisy, pernikahan mereka adalah pernikahan yang bahagia dan harmonis. Selama masa itu, semua kekayaan Khadijah dihabiskan di jalan Allah, membantu menyebarkan dakwah suaminya, membantu membebaskan budak yang memeluk Islam, dan membantu memberi makan dan melindungi komunitas Muslim yang perlahan tapi pasti mulai tumbuh dalam jumlah dan kekuatan.

Khadijah membebaskan Nabi saw. dari semua pekerjaan, sehingga beliau dapat menghabiskan waktunya mengajak orang-orang ke jalan Allah. Khadijah adalah ibu dalam rumah tangganya dan pengurus keluarganya.

Orang Quraisy tidak hanya marah dengan keberhasilan dakwah Nabi saw. dan mengerahkan segala daya untuk membuat beliau dan para pengikutnya menyerah, mereka juga sering melakukan penganiayaan mengerikan pada mereka.

Situasi menjadi sangat buruk hingga Nabi saw. menyuruh beberapa pengikutnya untuk pergi ke Abyssinia, di mana penguasa di sana, Negus, yang adalah seorang Kristen, dengan tulus memberi mereka perlindungan dan tempat bernaung.

Akhirnya datanglah suatu masa ketika, seperti yang diramalkan oleh Waraqah, Muhammad saw. dan para pengikutnya – bersama dengan semua anggota sukunya, Bani Hasyim diusir dari kota Mekah dan dipaksa untuk berkemah di jurang kecil di pegunungan sekitar.

Ini terjadi lama setelah Waraqah meninggal, dan sekitar enam atau tujuh tahun setelah kejadian malam yang luar biasa di mana Muhammad saw. menerima wahyu pertama. Di sana, sementara rumah-rumah mereka kosong di Mekkah, orang-orang Muslim terpapar malam-malam musim dingin yang sangat dingin, dan hari-hari musim panas yang sangat panas, dengan keterbatasan makanan dan tempat berlindung.

Tidak seorang pun mau melakukan jual-beli dengan kaum Muslim, atau membiarkan putra dan putri mereka menikahi orang Muslim. Untungnya, mereka yang diam-diam bersimpati dengan Muslim akan mengirimkan makanan apapun yang mereka bisa setiap kali ada kesempatan. Kadang-kadang, jatah makanan sangat habis sehingga kaum Muslim harus makan dedaunan dan kulit pohon.

Selama masa-masa sulit ini, Khadijah tetap menjadi teman dan istri yang setia dan sabar, sering memberi suaminya nasihat yang bijak dan penuh belas kasih, yang menguatkannya secara emosional. Dukungannya akan terus memperkuat Nabi saw. dalam misinya untuk menyebarkan wahyu.

Selama tiga tahun komunitas kecil kaum Muslim hidup di pengasingan, terputus hubungan dengan kawan-kawan dan kerabat mereka dan bertahan dalam kehidupan yang sulit dan kekurangan. Namun, meskipun mereka menderita kelaparan dan kehausan, dan terpapar cuaca ekstrim, ini adalah saat-saat di mana hati umat Muslim pertama dimurnikan dan juga diisi dengan cahaya pengetahuan dan kebijaksanaan.

Orang-orang Muslim tahu bahwa mereka berada di jalan yang benar, tidak ada yang lebih penting dari itu. Sayangnya, bulan-bulan yang panjang dan sulit ini membuat fisik Khadijah melemah.

Akhirnya boikot dicabut dan kaum Muslim diizinkan masuk kembali ke kota; tetapi kesulitan selama tiga tahun telah merugikan kesehatan Khadijah. Dia menghabiskan hari-hari terakhirnya dalam perawatan penuh kasih dari suami dan putri-putrinya. Inilah salah satu wanita terkaya di Semenanjung Arab, yang telah menghabiskan semua harta kekayaannya di jalan Allah sehingga dia bahkan tidak memiliki sepotong roti di rumahnya ketika dia meninggal.

Dalam beberapa narasi, dikatakan bahwa pada saat-saat terakhir hidupnya, malaikat Jibril turun, memberinya (melalui Rasulullah saw.) salam dari Allah Sendiri, dengan kabar gembira tentang istananya di surga.

Mengapa dia begitu mulia dan tinggi derajatnya di mata Allah?

Mari kita berhenti sejenak dan melihat kehidupan kita saat ini. Pasangan suami-istri pada umumnya selalu menghitung pengeluaran mereka dengan hati-hati, dan sangat sedikit perempuan yang rela menyerahkan kekayaan mereka untuk mendukung tujuan mulia suami mereka.

Berapa banyak perempuan yang mau mengorbankan kemewahan pribadinya untuk tujuan yang lebih tinggi? Khadijah melangkah lebih jauh tak hanya mengorbankan kenyamanan materialnya, dia bahkan memberikan semua yang dia miliki di jalan Allah.

Alih-alih mengeluh tentang kesulitan situasinya, ia mendukung suaminya tanpa argumen, penolakan atau keluhan. Dia tidak menuntut hadiah, liburan, atau bahkan perhatian, karena dia tahu bahwa dia memiliki tujuan yang lebih mulia dari sekadar menikmati kesenangan sepele di dunia.

Dia menempatkan kebutuhan suaminya di atas kebutuhan pribadinya demi Allah, dan sebagai hasilnya, cinta dan kekaguman Nabi saw. terhadapnya jauh melebihi cinta yang diberikan kepada istri-istri yang dinikahinya setelah kematian Khadijah.

Kita berharap atas kemuliaan bertemu Khadijah sebagai teman kita di surga, tetapi berapa banyak dari kita yang dengan tulus meniru perilaku teladannya dan mengorbankan sebagian kecil saja dari apa yang dia lakukan untuk Islam, secara finansial, fisik, dan emosional?

Khadijah adalah orang pertama yang secara terbuka menerima Muhammad saw. sebagai Utusan Allah, dan dia tidak pernah berhenti melakukan semua yang dia bisa untuk membantunya. Cinta dan kasih sayang telah tumbuh di antara mereka, meningkat kualitas dan kedalamannya seiring berlalunya tahun demi tahun, dan bahkan kematian pun tidak bisa menghilangkan cinta ini.

Nabi Muhammad saw. tidak pernah berhenti mencintai Khadijah, dan meskipun ia menikahi beberapa istri lagi di tahun-tahun kemudian dan mencintai mereka semua, jelas bahwa Khadijah selalu memiliki tempat khusus di hatinya. Kematiannya meninggalkan ruang hampa di hatinya yang tidak bisa diisi oleh orang lain.

Memang setiap kali Aisyah, istri ketiganya, mendengar Nabi saw. berbicara tentang Khadijah, atau melihatnya mengirim makanan kepada teman dan kerabat lama Khadijah, dia tidak dapat menahan perasaan cemburu padanya, karena cinta yang masih dimiliki Nabi saw. untuknya.

Suatu ketika Aisyah bertanya kepadanya apakah Khadijah adalah satu-satunya perempuan yang pantas dicintainya. Nabi saw. menjawab: “Dia percaya padaku ketika orang lain tidak; dia menerima Islam ketika orang-orang menolakku; dan dia membantu dan menghiburku ketika tidak ada seorang pun yang bersedia menolongku.”

Telah dikisahkan oleh Abu Hurairah bahwa pada suatu kesempatan, ketika Khadijah masih hidup, Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah akan datang dengan semangkuk sup (atau makanan atau minuman) untuk kamu. Ketika dia datang kepadamu, sampaikan salam kedamaian dari Tuhannya dan dariku, dan berikan dia kabar baik tentang istana permata di Taman Surga, di mana tidak akan ada kebisingan atau kelelahan.” Beberapa menafsirkan ini sebagai refleksi dan balasan atas ketenangan dan ketentraman yang ia pancarkan sendiri untuk suaminya.

Khadijah diperkirakan berusia sekitar enam puluh lima tahun pada saat kematiannya, tiga tahun sebelum Hijrah Nabi saw. ke Madinah. Paman Nabi saw., Abu Thalib meninggal beberapa bulan sebelumnya di tahun yang sama. Kematian mereka menjadi tragedi besar bagi kehidupan Nabi Muhammad saw. karena mereka adalah dua orang yang memberinya sumber penghiburan dan kekuatan besar ketika menghadapi persekusi.

Namun, Muhammad saw. berusaha untuk memastikan bahwa Khadijah dikenang dalam cahaya terbaik, dan menghormatinya bahkan setelah kematiannya. Jika sebuah hadiah dikirim kepada Muhammad saw., beliau tidak akan ragu untuk mengirim hadiah itu kepada seorang perempuan yang adalah teman Khadijah, menunjukkan kebaikan dan kasih sayang yang diperlihatkan Khadijah selama hidupnya.

Sungguh suatu kehormatan menjadi perempuan yang terpilih menjadi orang pertama yang percaya pada wahyu terakhir di bumi. Sungguh suatu kehormatan menjadi istri pertama dan paling dicintai oleh Nabi terakhir dan Utusan agama Allah.

Betapa suatu kehormatan mengabdikan hidupmu, cintamu, kekayaanmu, hanya untuk menyenangkan Allah dan untuk mendukung Nabi-Nya dan wahyu Allah. Sungguh suatu kehormatan dikirimi salam, bukan oleh manusia, tetapi oleh Tuhanmu sendiri, dan disampaikan oleh salah satu malaikat tertinggi dari yang tertinggi, Jibril, untuk menyampaikan salam itu.

Sungguh suatu kehormatan mengetahui siapa dirimu, ke mana kamu pergi, dan statusmu di akhirat. Sungguh suatu kehormatan menerima kabar tentang istanamu akan terlihat seperti apa di surga. Sungguh suatu kehormatan untuk seorang perempuan, kehidupan, kematian dan warisan!

Diterjemahkan dari: https://www.thesciencefaith.com/khadijah-ra-the-mother-of-believers/amp/

[Ibn Kathir: Wives of the Prophet Muhammad SAW

“Great Women of Islam” by Mahmood Ahmad Ghadanfar

“Women Around the Messenger” by Muhammad Qutb]

Napol

Napol

Terkait Posts

Tumbler
Publik

Tumbler: Antara Komitmen Jaga Bumi atau Gaya Hidup Masa Kini

15 November 2025
Gus Dur yang
Publik

Di Balik Cinta dan Kebencian kepada Gus Dur

15 November 2025
Film Coda (2021)
Film

Film CODA (2021): Potret Keluarga Ala Perspektif Mubadalah

15 November 2025
Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah
Publik

Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

15 November 2025
Kontroversi Gus Elham
Publik

Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik

15 November 2025
Rahmah el-Yunusiyah sudah
Publik

Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?

15 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah

    Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film CODA (2021): Potret Keluarga Ala Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tumbler: Antara Komitmen Jaga Bumi atau Gaya Hidup Masa Kini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Cinta dan Kebencian kepada Gus Dur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tumbler: Antara Komitmen Jaga Bumi atau Gaya Hidup Masa Kini
  • Di Balik Cinta dan Kebencian kepada Gus Dur
  • Film CODA (2021): Potret Keluarga Ala Perspektif Mubadalah
  • Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan
  • Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID