• Login
  • Register
Selasa, 24 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Nabi Nuh AS; (Tafsir Jalalain QS. Hud: 25-49)

Hilyatul Aulia Hilyatul Aulia
05/05/2020
in Hikmah
0
3.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Nabi Nuh as diutus di tengah-tengah kaum kafir di mana di antara mereka adalah anak dan istrinya sendiri. Beliau menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah dengan berkata, “Jangan menyembah Tuhan selain Allah. Sungguh aku khawatir jika kalian terus melakukan itu, azab Allah ansangat pedih akan menimpa kalian baik di dunia maupun di akhirat,” (لا تعبدوا إلا الله إني أخاف عليكم عذاب يوم اليم) 

Namun para pembesar kaum tersebut tidak percaya akan kenabian Nabi Nuh as. Mereka berkata, “kamu hanya manusia biasa seperti kami, tidak memiliki kelebihan apapun. Pengikutmu bahkan orang-orang kecil yang memilih untuk mengikuti ajaranmu tanpa berpikir panjang dahulu. Mereka tidak memiliki keunggulan apapun.” (ما نراك إلا بشرا مثلنا و ما) نراك اتبعك إلا اللذين هم أراذلنا بادئ الرأي) 

Kaum tersebut tidak percaya akan kenabian Nuh as karena Nabi Nuh tidak memiliki keunggulan apapun begitu pun para pengikutnya yang berasal dari orang-orang kecil. Selama 950 tahun Nabi Nuh berdakwah di tengah-tengah mereka, namun yang memilih untuk beriman hanya sedikit sekali, bahkan kurang dari seratus orang.

Menanggapi dakwahnya, kaum nabi Nuh malah menantangnya untuk mendatangkan azab yang sering disebut-sebut oleh Nabi Nuh kepada mereka.

Atas perlakuan kamunya ini, nabi Nuh kemudian berdoa kepada Allah, “Ya Allah, janganlah Engkau sisakan orang-orang kafir di atas muka bumi ini.” (رب لا تذر على الأرض…الخ) Allah kemudian mengabulkan doa Nabi Nuh dan memerintahkannya untuk membuat sebuah kapal.

Baca Juga:

Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

Mengkaji Ulang Fitnah Perempuan dalam Pandangan Agama

Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

Nabi Nuh pun melaksanakan perintah tersebut. Ia membuat sebuah kapal di tengah-tengah hamparan daratan yang sangat luas. Perilakunya ini mengundang penghinaan dari kaumnya. Mereka beranggapan bahwa Nabi Nuh gila karena membuat sebuah kapal yang tidak jelas akan berlayar di mana karena tidak ada lautan di sekitar mereka. Setiap kali mereka melewati kapal yang sedang dalam tahap pembuatan, mereka mengolok-olok nabi Nuh.

Namun Allah telah mengabulkan doa Nabi Nuh yang meminta agar orang-orang kafir dimusnahkan dari muka bumi. Pada suatu hari, sebuah aliran air keluar dari sebuah pabrik roti. Ini fenomena yang aneh, pabrik roti lazimnya adalah tempat yang penuh dengan pemanggang yang dipanaskan dengan api.

Aliran air itu kemudian semakin deras dan semakin besar hingga menyebabkan banjir. Menyaksikan fenomena tersebut, Nabi Nuh memerintah pengikutnya untuk masuk ke dalam kapal dengan berseru اركبوا فيها بسم الله مجراها ومرساها (naiklah kalian ke atas kapal, dengan menyebut nama Allah kapal ini berjalan dan kapan ini akan berhenti). 

Allah menjamin Nabi Nuh, keluarga beserta umatnya selamat dari banjir yang maha dahsyat itu. Tidak hanya para pengikutnya saja, bahkan binatang-binatang pun ikut masuk ke dalam kapal. Anak-anak Nabi Nuh yg bernama Sam, Ham dan Yafits ikut serta masuk ke dalam kapal bersama istri-istri mereka. Namun sayang sekali, Allah tidak mengizinkan istri dan anak Nabi Nuh yang bernama Kan’an untuk ikut serta bersama mereka.

Nabi Nuh sempat mengajak Kan’an dengan berkata; “Wahai anakku, naiklah (ke dalam kapal) bersamaku (يا بني اركب معنا). Namun Kan’an menolak dan berkata;”Aku akan berlindung dari banjir ini dengan naik ke atas gunung (قال سأوي إلى جبل يعصمني من الماء)”. Akan tetapi sayang sekali, pada hari itu tidak ada yang selamat kecuali orang-orang yang dilindungi oleh Allah. Kan’an pun tenggelam disapu ombak di depan mata sang ayah.

Sebuah riwayat mengatakan bahwa pengikut Nabi Nuh saat itu terdiri dari 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Namun riwayat lain mengatakan bahwa di dalam kapal Nabi Nuh terdapat 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan.

Umat Nabi Nuh yang tidak beriman pun ditenggelamkan oleh banjir besar yang konon katanya saat itu terjadi di seluruh dunia.

Setelah seluruh kaum Nabi Nuh tenggelam, banjir itu pun surut lalu menyisakan sungai-sungai dan samudera. Nabi Nuh dan seluruh penumpang kapalnya selamat. Kapal tersebut kemudian berhenti di gunung Judiy (sekitar kota Irak).

Sebagai seorang ayah, Nabi Nuh terus teringat kepada putranya, Kan’an. Ia pun berdoa; “Ya Allah, sesungguhnya anakku adalah bagian dari keluargaku. Sedangkan Engkau telah berjanji akan menyelamatkan seluruh keluargaku, dan Engkau adalah Dzat yang Maha menepati janji.” (رب إن ابني من أهلي وإن وعدك الحق وأنت احكم الحاكمين) 

Namun Allah menjawab, “Wahai Nuh, sesungguhnya Kan’an bukanlah keluargamu karena ia tidak percaya kepada agamamu. Sesungguhnya permintaanmu itu bukanlah hal yang benar. Janganlah meminta sesuatu yang tidak engkau ketahui.” (يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم) 

Ayat tersebut merupakan sebuah teguran dari Allah kepada Nabi Nuh atas permintaannya untuk menyelamatkan Kan’an. Meskipun Kan’an adalah anak biologis Nabi Nuh, namun ia memiliki ideologi yang berbeda dengan sang ayah. Kan’an tidak percaya terhadap keyakinan yang dibawa oleh ayahnya sehingga ia termasuk golongan orang-orang kafir. 

Ayat ini berkata bahwa memohonkan keselamatan bagi orang kafir bukanlah hal yang benar (ٍعَمَلٌ غَيْرُ صَالِح) sekalipun orang kafir tersebut adalah putra Nabi Nuh sendiri. 

Namun dalam qiraat riwayat yang lain, kalimat tersebut dibaca  ٍعَمِلَ غَيْرَ صَالِح  yang artinya dia (Kan’an) telah melakukan perbuatan yang salah, yakni tidak mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi Nuh as sehingga tidak layak untuk diselamatkan.

Karena kekeliruan tersebut, Nabi Nuh pun bertaubat dan meminta ampunan kepada Allah:
رب إني أعوذ بك أن أسلك ما ليس لي به علم وإلا تغفرلي وارحمني أكن منالخاسرين.
“Duhai Allah, aku berlindung kepadaMu dari meminta sesuatu yang aku tidak ketahui. Jika Engkau tidak mengampuniku dan tidak menyayangiku maka aku termasuk orang-orang yang rugi.”

Demikianlah cara Allah dahulu kala, membinasakan orang-orang yang tidak ta’at, dan melindungi orang-orang yang beriman. Wallahu A’lam. []

Hilyatul Aulia

Hilyatul Aulia

Mahasantri Ma'had Aly Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon

Terkait Posts

Khitan perempuan

Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

24 Juni 2025
Fitnah Perempuan

Mengkaji Ulang Fitnah Perempuan dalam Pandangan Agama

24 Juni 2025
Tubuh Perempuan Sumber Fitnah

Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah

23 Juni 2025
fikih perempuan

Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih

23 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

23 Juni 2025
Kekerasan

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

22 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hakikat Berkeluarga

    Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Salim dan Debat Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah
  • Mengkaji Ulang Fitnah Perempuan dalam Pandangan Agama
  • Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?
  • Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID