Mubadalah.Id– Berikut ini adalah kisah persahabatan Gus Dur dan Kiai Afandi. Siapa yang tak kenal KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur? Presiden Indonesia ke-4 ini meninggalkan banyak kisah yang menjadi inspirasi bagi setiap orang yang mengenalnya. Bahkan bagi orang-orang terdekat Gus Dur, seperti keluarga dan sahabat. Bicara tentang Gus Dur adalah kenangan yang tak pernah lekang oleh waktu.
Di antara sahabat dekat Gus Dur, tersebutlah KH Afandi atau akrab dipanggil Abah Afandi, yang merupakan pengasuh PP Assyafi’iyyah Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu. Sebagaimana dituturkan putranya KH Nasrullah Afandi yang dihubungi penulis melalui pesan singkat.
Meski dikenal luas sebagai tokoh nasional yang berpengaruh besar, terutama di kalangan Nahdliyin dan lingkungan pesantren, namun Gus Dur tak pernah sekalipun melupakan teman-temannya saat muda atau mondok bersama. Dalam berapa kesempatan Gus Dur sering mengundang Kiai Afandi ke kediamannya di Jakarta, sebaliknya Gus Dur pun berapa kali berkunjung ke Indramayu.
Meski mengaku hanya berasal dari kampung, menurut KH Nasrullah, Almarhum Abah Afandi tetap merasa di-orang-kan oleh Gus Dur.
Pernah suatu ketika Gus Dur mengundang Abah Afandi ke Istana Negara, dan Gus Dur secara spontan memperkenalkan Abah Afandi di hadapan banyak tamu penting, sebagai teman mesantren di Tambakberas Jombang.
Bahkan pernah pula, Gus Dur mendaulat Abah Afandi menjadi imam salat Maghrib berjamaah bersama para menteri di Istana Negara Jakarta.
Kini keduanya telah tiada. Dari hubungan Gus Dur dan Abah Affandi kita mengambil makna penting tentang persahabatan, sikap rendah hati dan saling menghormati. Karena dengan prinsip kesalingan seperti itu, hidup Gus Dur dipenuhi dengan banyak cinta dan respek positif dari orang lain.
Nama besar yang Gus Dur sandang, tak membuatnya berjarak dengan siapapun. Tetapi Gus Dur malah merangkul, bahkan dari kelompok minoritas yang selama ini dipinggirkan. Dengan prinsip kemanusiaan yang selalu dipegang teguh, Gus Dur konsisten memberi pembelaan terhadap mereka yang selama ini ditindas.
Menurut penulis, generasi milenial wajib mengenal sosok Gus Dur. Meski tidak mengenalnya secara fisik, namun minimal dengan banyak membaca tulisan Gus Dur atau catatan yang menceritakan tentang Gus Dur, kita seolah telah berkomunikasi dengan beliau. Bahwa warisannya untuk Indonesia takkan pernah mati, tapi akan terus mengabadi hingga nanti di kemudian hari.
Karena beliau selain tokoh panutan di berbagai lini kehidupan, baik dalam beragama, berdemokrasi, berkebudayaan, dan memanusiakan manusia. Gus Dur juga telah mempaktikkan langsung dalam kehidupan nyata sehari-hari, apa yang menjadi prinsip hidupnya itu.
Gus Dur adalah teladan nyata dari sikap integritas, yakni keselarasan antara perbuatan dan perkataan. Ketika banyak quote kata-kata bijak tersebar atas nama Gus Dur, terlebih dahulu Gus Dur sudah menjalankannya, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Jadi tidak hanya sekedar kata-kata usang dalam selembar kertas.
Maka ketika bangsa ini kehilangan figur teladan, dan mengalami krisis moralitas atas sekian hal perbedaan yang justru semakin diperlebar, selalu ingat bahwa kita masih mempunyai sosok panutan seperti Gus Dur.
Bagaimana Gus Dur memperlakukan keluarga, istri serta anak-anaknya dengan saling cinta kasih. Dan bagaimana pula Gus Dur menyayangi teman-temannya dengan saling menghormati dan memuliakan. Sehingga pantas rasanya jika Gus Dur mendapat predikat sebagai ‘tokoh kesalingan’.
Demikian penjelasan terkait kisah persahabatan Gus Dur dan Kiai Afandi. Semoga kisah ini kisah persahabatan Gus Dur dan Kiai Afandi bermanfaat. [Baca juga: Haul Gus Dur dan Pesan Nyai Sinta Nuriyah untuk Perempuan]