Mubadalah.id – Rasa takut yang berlebihan, berpikir apa yang dapat kita lakukan. Namun rasanya sudah tidak mempunyai harapan lagi. Perasaan cemas yang berlebihan melihat lingkungan hidup, semakin hari bencana alam sering terjadi. Depresi karena berpikiran makhluk hidup di ambang kepunahan. Hingga berpikir mengapa bumi kian hari semakin panas. Hal yang dipaparkan diatas merupakan bentuk dari perasaan takut, cemas dan tertekan yang berkaitan dengan perubahan iklim atau yang kita kenal dengan climate anxiety.
Climate Anxiety ataukah Anomali?
Setiap orang berisiko mengalami keadaan ini. Risiko seseorang untuk terdampak isu kesehatan mental yang karena perubahan iklim akan terus meningkat. Hal ini akan berdampak pada seseorang yang merespon perkembangan perubahan iklim dengan emosi negatif seperti ketakutan kecemasan, kemarahan, perasaan tak berdaya atau merasa lelah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.
Padahal emosi negatif tersebut tidak selamanya buruk. Emosi tersebut tentunya harus dihadapi dengan cara yang sehat. Maka dari itu yang perlu kita lakukan untuk mengelola emosi dan mengatasinya di antaranya dengan menerima emosi yang kita rasakan (tidak disangkal). Ketika menghadapi sebuah krisis kemudian merasakan ketakutan, kecemasan, tertekan atau merasa tidak mempunyai harapan maka percayalah bahwa semua perasaan itu normal dalam merespon sebuah krisis. Sehingga yang perlu kita lakukan adalah kemampuan untuk mengelola emosi tersebut.
Menemukan teman yang satu frekuensi untuk dapat saling bercerita. Berbagi dengan seseorang atau komunitas dapat menjadi cara ampuh untuk membangun solidaritas dan memikirkan ide-ide kreatif untuk mengatasi krisis iklim. Kita berdamai dengan emosi, kemudian mempelajari isu krisis iklim sehingga bisa lebih mengerti dan mulai melakukan perubahan mulai dengan diri sendiri. Berbagi insight melalui media sosial media untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian lebih banyak orang akan isu krisis iklim ini.
Kerentanan Anak dan Perempuan Terdampak Bencana
Saat terjadi bencana, 60-70% yang terdampak bencana adalah anak dan perempuan. Adanya bencana berdampak pada 4 area tumbuh kembang anak yaitu fisik, sosial, kognitif, psikologi (emosional). Ancaman bencana hidrometeorologi yang tinggi terkait dampak krisis iklim yang semakin parah dan ancaman bencana seperti gempa bumi akibat kondisi geografis Indonesia yang berada di Ring of Fire dan pertemuan beberapa lempeng mengharuskan kita memiliki sistem mitigasi yang kuat untuk meminimalisir dampak dari potensi bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Faktor yang menyebabkan anak dan perempuan menjadi lebih terdampak di antaranya karena secara sosial dan ekonomi, anak masih bergantung pada orang dewasa. Sistem kekebalan tubuh yang kurang berkembang menyebabkan anak lebih rentan terserang penyakit. Beban perubahan iklim lebih lama ditanggung anak daripada orang dewasa. Anak dan perempuan beresiko menghadapi bahaya yang lebih besar dari kekurangan gizi dan penyakit diare. Anak-anak dan perempuan dari keluarga miskin sangat rentan dan beresiko tinggi. Tidak hanya korban, anak maupun perempuan seringkali menjadi agen perubahan di komunitasnya.
Anak maupun perempuan akibat korban bencana beresiko terpisah dari keluarganya, mengalami kekerasan emosional maupun fisik, bahaya dan cedera, mengalami masalah kesehatan mental maupun psikososial, kekerasan berbasis gender, eksploitasi anak dan perempuan, anak terlibat kelompok bersenjata, perdagangan manusai (human trafficking) hingga menjadi pekerja anak.
Strategi yang bisa kita lakukan untuk mencegah masalah kesehatan mental pada anak maupun perempuan pasca bencana yakni dengan melakukan berbagai macam metode konseling. Misalnya dengan menemani anak maupun perempuan agar mereka merasa nyaman. Mengajak berkomunikasi oleh orang terdekat mengenai apa yang ia rasakan. Sehingga dapat melepaskan rasa trauma. Memberikan kegiatan yang mendukung kepercayaan dan kekuatan diri. Selain itu, melibatkannya dalam kegiatan penanggulangan bencana agar menimbulkan ketangguhan dan ketahanan diri (resilience).
Kita Berhak Atas Lingkungan Hidup yang Sehat
Anak muda harus menyuarakan isu-isu yang penting bagi generasi mereka dan menyerukan kepada dunia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik mulai dari isu perubahan iklim, pendidikan dan kesehatan mental, hingga mengakhiri rasisme dan diskriminasi. Setiap orang berhak atas lingkungan yang aman, nyaman dan sehat untuk tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu, sudah semestinya kita semua harus mendukung untuk menciptakan pendidikan lingkungan yang inklusif.
Kondisi lingkungan hidup saat ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Pemanfaatan yang baik dari lingkungan kita perbolehkan, namun eksploitasi yang berlebihan akan merusak dan terus mengikis masa depan umat manusia. Kita semua berharap dengan beberapa fenomena lingkungan yang ada, anak muda dari berbagai latar belakang apapun bisa saling menyelipkan kepentingan lingkungan dalam segala kegiatan atau keputusan yang nantinya akan kita ambil.
Terdapat orang-orang di berbagai penjuru dunia yang bersedia mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran mereka tanpa imbalan apapun. Mereka berani mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingannya sendiri. Tanpa kenal lelah dengan semangat yang tinggi memberikan apa yang mereka punya untuk kebermanfaatan lebih luas.
Terkadang, mereka tidak banyak tersorot dan bahkan tidak terkenal, tetapi perannya sangat signifikan. Inovasi dan semangat mereka yang tidak putus membuat kegiatan menjadi semakin menyenangkan. Anak muda mendominasi jumlah penduduk Indonesia. Anak muda dengan segala potensinya bisa bersatu untuk menjadi agen perubahan yang nyata untuk Indonesia. [] (bebarengan)