Selain menjaga lisan dan menjauhkan diri dari segala keburukan, dalam lagu Aguna terdapat tiga petuah masyarakat Jawa yakni mamayu hayuning pribadi, mamayu hayuning sesama, dan mamayu hayuning bawono.
Mubadalah.id – Mendengarkan musik yang disukai tentu merupakan hal yang menyenangkan. Selain dapat menghilangkan stres terkadang juga musik dijadikan sebagai cara berdialog dengan diri sendiri dan alam semesta.
Setiap orang memiliki ketertarikan pada musik yang tentu saja berbeda. Ada yang suka mendengarkan musik yang terkesan santai seperti Reggae, Folk, Jazz dan sebagainya. Adapula orang yang lebih menyukai musik yang lebih keras dan brutal seperti BlackMetal, Hardcore, Skinhead dan sebagainya.
Musik yang kita sukai memang enak untuk di dengar, namun setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menikmatinya. Ada yang menikmati instrumentalnya, ada yang menikmati vocalnya, dan adapula orang yang menikmati makna dalam musiknya.
Berbicara tentang makna yang terkandung dalam sebuah musik, komposer atau orang yang menulis lirik serta aransemen memiliki cara yang berbeda dalam hal menuangkan makna yang dimaksudnya dalam sebuah lagu.
Salah satu lagu yang memiliki susunan kalimat indah dan berhasil menarik perhatian lebih dari 864 ribu pendengar adalah lagu berjudul “Aguna” yang dibawakan oleh Soegi Bornean.
Lagu Aguna yang dibawakan oleh Soegi Bornean ini mendapat respon positif dari berbagai pendengar. Hal ini dapat kita lihat pada kolom komentar YouTube channel Soegi Bornean.
Saling Menjaga Lisan
Kata Aguna sendiri mungkin masing asing kita dengar. Padahal “Aguna” merupakan bahasa Sansekerta yang berarti memiliki daya guna dan manfaat.
Menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat tentu akan membuat kita dapat terus memberikan kebaikan. Baik kepada diri sendiri, sesama, maupun kepada alam semesta. Lantas bagaimana cara menjadi manusia yang Aguna?
Penulis lagu ini yakni, Fanny Soegi dan Eky memberi tahu kepada kita tentang bagaimana menjadi orang yang “Aguna”. Pesan tentang ajakan untuk menjadi manusa yang berguna serta selalu menebarkan kebaikan dapat kita lihat dari setiap bait dalam lagu ini.
Setiap lisannya mengandung tresna
Bagai mantra berwujud asih
Lirik tersebut dapat diartikan, bahwa setiap ucapan yang kita lontarkan harus mengandung tresna dan asih atau bisa diartikan sebagai cinta kasih.
Berbicara yang baik dengan tidak melukai orang lain serta saling mendoakan hal yang baik. Secara tidak langsung nilai yang ada dalam lirik ini mengajarkan kepada kita juga untuk menjaga lisan dari perkataan yang buruk, agar kita dapat menjadi manusia yang Aguna.
Saling menghargai serta menjaga lisan dari perkataan buruk merupakan hal yang sudah sepatutnya kita lakukan.
Menjauhkan Dari Hal Buruk
Mendayung menjauh angkara renta
Berlabuh tresnaku pada legawa
Selanjutnya, untuk menjad Aguna kita perlu menjauhkan diri dari segala hal jahat yang akan membawa dampak buruk bagi diri sendiri,sesama, dan lingkungan. Dengan menjauhkan diri dari segala hal yang buruk, maka akan mengantarkan diri kita kepada sifat legawa yang berarti lapang dada atau ikhlas.
Agar segala hal buruk dapat kita hindari, maka diperlukan sebuah kerjasama atau kesalingan untuk mewujudkan hal tersebut.
Saling mengingatkan, menegur jika salah, dan saling menghargai perbedaan adalah cara yang dapat kita lakukan agar terhindar dari segala angkara atau keburukan.
Tiga Petuah Masyarakat Jawa
Selain menjaga lisan dan menjauhkan diri dari segala keburukan, dalam lagu ini juga terdapat tiga petuah masyarakat Jawa yakni mamayu hayuning pribadi, mamayu hayuning sesama, dan mamayu hayuning bawono.
Tiga petuah tersebut masing-masing memiliki arti berbuat baik bagi diri sendiri, berbuat baik bagi sesama, serta memperindah dunia.
Berbuat baik bagi diri sendiri dapat kita lakukan dengan cara bersyukur terhadap segala apa yang ada dalam diri kita. Tidak mengutuk diri karena sebuah kekurangan, kelemahan, atau bahkan menyakiti diri sendiri.
Kemudian berbuat baik bagi sesama dapat diartikan sebagai menjadi manusia yang memiliki sikap memanusiakan maunusia, bentuknya dapat berupa saling tolong menolong, saling menghargai, menyayangi, dan lain sebagainya.
Kemudian, yang terakhir adalah memperindah dunia, yang dapat kita artikan sebagai tindakan menjaga serta merawat alam semesta. Caranya adalah dengan kita menjaga lingkungan, tidak melakukan kerusakan, dan beberapa hal lainya.
Lewat lagu ini, Soegi Bornean membawa kita pada pesan-pesan tentang bagaimana kita sebagai manusia menjadi “Aguna”.
Pesan tentang kebaikan yang ia kemas dalam lantunan lirik yang indah, yaitu saling menjaga lisan, menjauhkan diri dari keburukan. Bahkan berguna bagi pribadi, sesama, dan alam semesta akan dapat menjadikan kita sebagai manusa yang Aguna. []