Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon, KH. Husein Muhammad menjelaskan bahwa tanggal 1 Muharram dalam kalender kaum muslimin sedunia dicatat sebagai hari yang bersejarah.
Sekitar seribu empat ratus tahun lalu, kata Buya Husein, Amir al-Mukminin (pemimpin/pelayan orang-orang beriman), Umar bin Khattab, mencanangkan 1 Muharram sebagai awal tahun baru Islam kalender kaum muslimin.
Menurut Buya Husein, orang menyebut 1 Muharram sebagai Kalender Hijriyah. Khalifah cerdas dan kreatif ini melihat bahwa kaum muslimin saat itu tidak mempunyai kalender yang menandai kapan perhitungan tahun bagi mereka harus dimulai.
Inisiatif membuat kalender Islam ini, kata Buya Husein dikemukakan oleh seorang sahabat Nabi, Abu Musa al-Asy’ari. Suatu hari Abu Musa mengirim surat kepada Umar bin al-Khattab :
إنه يأتينا منك كتب ليس لها تاريخ، فجمع عمر الناس، فقال بعضهم: أرخ بالمبعث، وبعضهم أرخ بالهجرة، فقال عمر: الهجرة فرقت بين الحق والباطل، فأرخوا بها، وذلك سنة سبع عشرة، فلما اتفقوا قال بعضهم: ابدأووا برمضان فقال عمر: بل المحرم، فإنه منصرف الناس من حجهم فاتفقوا عليه.
Artinya : “Engkau mengirim surat kepada kami, tetapi di dalamnya tidak ada tanggal”. Lalu Umar mengumpulkan para sahabatnya, dan mengajak mereka berdiskusi soal ini.
Sebagian berpendapat; Awal tahun baru sebaiknya pada tanggal hari Nabi menjadi Rasul.
Sahabat lain mengusulkan; “Awal Hijrah Nabi”.
Umar mengatakan : “Hijrah adalah momen menentukan kebenaran dan kebatilan. Maka kita tetapkan Hijrah sebagai awal kalender Islam”.
Manakala sudah disepakati, seorang sahabat mengatakan: “apakah akan dimulai pada bulan Ramadan”.
Umar mengatakan : “tidak, tapi bulan Muharram, karena bulan itu, para jemaah Haji sudah kembali ke daerahnya masing-masing”. Para sahabat menyepakati keputusan Umar tersebut”.
1 Muharram Keputusan Umar bin Khattab
Keputusan Umar menjadikan 1 Muharram sebagai awal tahun hijriyah tersebut dilatar belakangi oleh sebuah pikiran besar.
Sahabat Nabi yang cerdas itu, Buya Husein memaparkan telah lama merenung dan mengingat dengan seluruh ketajaman nurani dan pikirannya yang jauh akan seluruh hari-hari yang pernah melaluinya bersama sahabat tercintanya, Muhammad Rasulullah saw dengan seluruh keceriaan dan kenestapaannya, seluruh kedukaan dan kegembiraannya.
Umar juga mengamati berbagai peristiwa penting yang mengesankan bersama Nabi Saw yang agung itu sejak awal kehidupannya sampai wafatnya.
Banyak peristiwa besar yang dalami Nabi Saw dalam perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan Islam. Umar mengikuti peristiwa-peristiwa itu bersama Nabi yang dicintainya dalam suka dan duka. (Rul)