Mubadalah.id – Teman-teman calon Mufassir tentunya sering mendengar kalimat “Ma’na Cum Maghza” yang selalu bersliweran pada mata kuliah prodi IAT. Ma’na Cum Maghza merupakan sebuah teori hermeneutika al-Qur’an karangan Prof. Sahiron Syamsuddin. Terdiri dari makna (ma’na) suatu teks al-Quran yang dipahami oleh pendengar pertama dan dikembangkan menjadi signifikansi (maghza) untuk situasi kontemporer.
Beliau juga mempunyai karya-karya dalam bidang Ulumul Qur’an lainnya. Salah satunya adalah buku “Hermeneutika Al-Qur’an Madzhab Yogya”. Memaparkan bagaimana ketika Al- Qur’an, sebuah kitab suci berbahasa Arab yang turun 14 abad silam di Jazirah Arab. “Berdialog” dengan kaum intelektual muslim kontemporer di Yogyakarta, sebuah “dialog” yang seru dan eksotis.
Selain itu, kenapa buku tersebut Bernama “Madzhab Yogya”, karena para penulis dan sasaran penelitiannya merupakan orang-orang asal Yogyakarta. Sesuai dengan perkataan Prof. Sahiron dalam buku “Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an”. Sesuatu bisa dikatakan aliran/madzhab ketika pemikiran seseorang mendapatkan perhatian dan penerimaan dari pihak lain.
Biografi Singkat Prof Sahiron Syamsuddin
Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin M.A. lahir di Cirebon, 5 Juni 1968. Beliau merupakan Plt. Rektor UIN Sunan Kalijaga tahun 2020. Beliau menempuh pendidikan S1 di UIN Sunan Kalijaga, S2 di McGill Kanada, dan S3 di Otto-Friedrigh University of Bamberg Germany.
Atas ketekunan dan perjalanan pendidikannya, beliau berhasil menguasai 4 bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Jerman. Hasil dari kefasihan dalam berbagai bahasa ini, Prof. Sahiron sering menjadi narasumber pada seminar-seminar internasional.
Saat ini beliau menjadi pimpinan dan pendiri pondok pesantren Baitul Hikmah. Tidak hanya itu saja, beliau banyak menjabat dalam posisi-posisi penting. Sebagai wakil rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ketua Asosiasi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (AIAT) se-Indonesia, pernah menjadi Steering Committee di Netherlands-Indonesian Consortium.
Kiprah Beliau dalam Mengembangkan Keilmuan Tafsir Al-Qur’an
Prof. Sahiron merupakan intelektual muslim yang produktif dalam mengolah pemikirannya dalam tulisan sebagai bentuk kekhawatirannya pada akademik dan respon terhadap fenomena yang berkembang saat ini.
Beberapa karyanya yang terkait dengan ilmu heurmeneutika dan ulumul qur’an. Antara lain, Pengembangan Ulumul Qur’an, Upaya integerasi heurmenetika dalam kajian Al-Quran dan Hadist:Teori dan aplikasi, Intergrasi Hermeneutika Hans George Gadaarmer ke dalam Ilmu Tafsir.
Sebuah pengembangan Metode pembacaan Al-Quran pada masa kontemporer, Hermeneutika Al-Quran dan Hadis, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya pada artikel ini.
Langkah Penafsiran dengan Pendekatan Ma’na Cum Maghza
Prof. Sahiron memberikan kemudahan untuk para penafsir dengan adanya langkah-langkah dalam menggunakan teori pendekatan Ma’na Cum Maghza. Point dasar pada langkah-langkah ini, pertama seorang penafsir menganalisa bahasa teks al-Quran. Seorang penafsir harus jeli bahwa bahasa dalam teks al-Quran adalah bahasa Arab abad ke-7 M, yang mempunyai karakter tersendiri baik dari segi kosa kata maupun struktur tata bahasanya.
Kedua, penafsir memperhatikan konteks historis pewahyuan ayat-ayat al-Quran baik yang bersifat mikro ataupun yang bersifat makro. Konteks historis makro adalah konteks yang mencakup situasi dan kondisi bangsa Arab pada masa pewahyuan al-Quran.
Sedangkan konteks mikro adalah konteks yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat dengan nama lain asbaab al-nuzul. Ketiga, penafsir mencoba menggali maqshad atau maghza ayat yang mereka tafsirkan.
Hal ini dapat kita ketahui bahwa dengan memperhatikan konteks historis dan ekspresi bahasa al-Quran. Simbol-simbol yang ada di keduanya harus dipahami secara baik. Selanjutnya, penafsir mencoba mengkontekstualisasikan maghza al-ayat untuk konteks kekinian. []