• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mari Menghormati Perempuan yang Memutuskan Membuka Jilbab

Di masyarakat kita saat ini, euforia berhijab sudah mulai terasa  berlebihan dan tidak substansial

Firda Imah Suryani Firda Imah Suryani
12/04/2024
in Personal
0
Membuka Jilbab

Membuka Jilbab

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagian masyarakat masih terbiasa menganggap kerudung atau jilbab sebagai simbol kesalehan perempuan muslim. Tentu saja tidak bisa kita jadikan ukuran kesalihan seorang perempuan. Karena semestinya parameter kesalehan tidaklah kita tentukan dari tebal,tipis dan panjang, dan pendeknya helai kerudung di atas kepala.

Masalah yang datang dan pergi dalam kehidupan, dalam hal ini, solusi dari permasalahan terkait spiritualitas, tidak ada relevansinya terkait jilbab.

Mengapa demikian? Kalis Mardiasih dalam bukunya muslimah yang diperdebatkan, menegaskan bahwa dalam konteks ini pelajaran kebaikan seperti tawakal, keikhlasan,dan mengasihi lebih cenderung melibatkan pergulatan batin yang lebih rumit dari sekedar mendebatkan kain kerudung.

Dalam hal ini menurut Prof. KH. Quraish Shihab mengatakan bahwa memakai jilbab bagi seorang muslimah bukanlah termasuk yang diperintahkan agama. Oleh karenanya tidak boleh kita katakan syari’at sebab tidak ada nash yang jelas. Beliau tidak mewajibkan perempuan muslimah di Indonesia memakai jilbab.

Demikian juga Buya Husein menjelaskan bahwa ada hal yang menarik sekali dari pandangan Dr. Muhammad al-Habasy, direktur Pusat Kajian Islam Damaskus, Siria ini. Ia mengatakan:

Baca Juga:

Aurat dalam Islam

Body Positivity? Boleh! Tapi Jangan Lupa Haya’ dan Aurat

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Fikih Disabilitas dan Narasi Inklusif

“Seorang perempuan dapat memilih pakaiannya sendiri untuk berbagai keperluan dan keadaan. Akan tetapi ia bertanggung jawab atas pilihannya itu di hadapan masyarakatnya dan di hadapan Allah. Ia punya hak sosial dengan tetap menjaga kesopanan dan kehormatan dirinya. Akan tetapi mewajibkannya untuk semua perempuan dalam segala situasi atas nama agama, sebagaimana yang berkembang di sejumlah Negara Islam dewasa ini adalah tidak realistis dan menyalahi petunjuk Nabi dan keluwesan dan keluasan fikih Islam.”

Jilbab dan Perempuan

Tidak hanya itu pembahasan jilbab yang menurutku cukup progesif dan  ramah perempuan dalam buku “Jilbab & Aurat” karya Buya Husein menjadi bahan rujukan untuk belajar dalam berproses mendekat kepada Tuhan. Selangkah seiring dengan kondisi dan aktivitas yang kita cintai saat ini, tanpa harus meninggalkannya.

Di tengah para perempuan memperjuangkan hak dan melawan sistem negara yang kerap kali lupa pada hak perempuan yang harus terlindungi. Seperti memperjuangkan hak cuti hamil, memperjuangkan regulasi segala bentuk kekerasan dan hal manfaat lainnya.

Justru beberapa orang juga masih gemar memberikan nasihat atau sekadar mengingatkan kepada orang- orang yang dianggap melakukan hal-hal menyimpang menurut pandangan pendeknya. Memang tidak sedikit kesalahpahaman tetang hal ini. Manakala masih ada semakin buruk ketika proses pemahaman keagamaan terkait kehidupan perempuan.

Tentu menyampaikan ilmu apapun kepada sesama sangat mulia. Meskipun kewajiban menyampaikan walau satu ayat memang tidak salah, namun bukan berarti satu ayat dalam kitab suci kemudian dengan narasi yang terbungkus sekadar mengingatkan yang berujung mencaci bahkan menyakiti sesama.

Ketika Zara Memutuskan Membuka Jilbab

Beberapa hari lalu, Camillia Laetitia Azzahra, atau biasa kita sapa Zara, putri kedua mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Atalia Praratya baru – baru ini mengumumkan melalui akun Instangramnya keputusannya untuk melepas hijab.

Di tengah masyarakat Indonesia yang beragam, bahkan banyak komentar positif yang menghormati keputusannya. Bahkan ada beberapa warganet menghujat bahkan menyematkan stigma dan lebih parah lagi bernada memberikan sekadar nasihat yang melukai hati.

Bahkan media sosial sering dicitrakan tokoh sinetron berjilbab adalah mereka yang saleh tetapi lemah dan tidak bisa mengambil keputusan. Senang rasanya jika melihat jilbab dalam bentuknya yang paling fungsional sebagai pakaian sederhana. Di masyarakat kita saat ini, euforia berhijab sudah mulai terasa  berlebihan dan tidak substansial.

Memang, di satu sisi perempuan yang mulai berhijab akan mendatangkan banyak pujian dan dukungan. Tapi ketika perempuan tersebut memutuskan untuk membuka jilbab akan mendatangkan banyak hujatan dan menjadikan banyak orang merasa pantas untuk menghina orang lain.

Tentu seorang muslim tidak akan melakukan perbuatan ataupun perkataan hinaan orang yang membuka jilbab. Hal ini sudah mencerminkan bahwa kita tidak lebih melakukan perbuatan zalaim kepada orang tersebut.

Terbukti dengan mudahnya memberikan komentar berlabel sekadar mengingatkan dan terbungkus narasi dosa dan neraka, tentu menyakiti sesama, karena alasan yang bukan urusan manusia. Lagi pula hanya Tuhan yang tahu segala hal tentang kita.

Respon terhadap Perempuan yang Melepas Jilbab

Hakikatnya berhijab atas dasar perintah agama dan hidup di negara yang mempraktikkan ajaran agama, maka seharusnya kita juga bebas untuk menjalankan atau tidak menjalaninya.

Fenomena ramainya respon negatif dari perempuan yang memutuskan melepas jilbab menjadi refleksi bahwa kebebasan mempraktikkan ajaran agama di Indonesia masih sebatas bayangan. Tentu menghormati seseorang perempuan berjilbab dan tidak berjilbab sama-sama harus kita apresiasi.

Kepada semua perempuan yang mengambil keputusan, berani bersuara, terima kasih sudah berani berbagi cerita dan saling menguatkan. Mari stop merasa diri sendiri yang paling suci dan lebih baik daripada orang lain. Apalagi sampai melabeli orang tersebut sebagai pendosa yang paling hina.

Tentu sesama manusia saling menghormati, bukan justru menghakimi amal seorang perempuan lebih banyak atau sedikit dari kerudung atau tidak berkerudung. Tidak perlu melontarkan kalimat menyakitkan dengan dalih “sekadar mengingatkan.” Apalagi jika kita lakukan di ruang publik secara beramai-ramai. Mari contoh Islam yang ramah bukan Islam yang marah. []

Tags: auratCamillia Laetitia AzzahraHijabJilbabkerudungKH Husein MuhammadRidwan Kamil
Firda Imah Suryani

Firda Imah Suryani

Saya perempuan bukan aib masyarakat, bukan juga orang kriminal.  Pengemar musik indie dan pemakan sayuran.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version