Mubadalah.id – Majelis Masyayikh adalah lembaga yang sangat strategis dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia, khususnya pesantren. Setelah Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kukuhkan, Majelis Masyayikh mulai menjalankan tugasnya pada awal tahun 2022. Yakni dengan tujuan besar untuk mengawal kualitas pendidikan pesantren serta memastikan pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Tim yang terdiri dari sembilan kiai dan bu nyai dari berbagai disiplin ilmu ini memiliki peran penting dalam membentuk arah kebijakan pendidikan pesantren di Indonesia. Pada periode 2021-2026, mereka bertugas untuk merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum pesantren, kualitas pendidik, serta penilaian terhadap lembaga pesantren.
Peran Strategis Majelis Masyayikh dalam Pendidikan Pesantren
Majelis Masyayikh memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kebijakan pendidikan pesantren yang mencakup berbagai aspek. Mulai dari struktur kurikulum, kualitas pendidikan, hingga profesionalisme tenaga pendidik.
Dalam rapat pertama yang berlangsung pada Januari 2022, sejumlah poin penting mereka bahas. Seperti kerangka dasar kurikulum pesantren, kriteria mutu lembaga, serta kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini bertujuan agar pesantren dapat terus berkembang, tetap relevan dengan perkembangan zaman, dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Penting untuk kita catat bahwa meskipun pesantren sering kali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang konservatif, mereka tetap perlu mengikuti perkembangan dalam dunia pendidikan.
Majelis Masyayikh kita harapkan dapat menjadi penghubung antara dunia pesantren dengan kebutuhan pendidikan nasional dan internasional. Memastikan bahwa pesantren dapat mencetak generasi yang tidak hanya paham agama tetapi juga memiliki keterampilan yang relevan di dunia modern.
Program-program yang dirumuskan dalam pertemuan ini mencakup penyusunan kurikulum yang tidak hanya berbasis pada ilmu agama. Tetapi juga mengakomodasi kebutuhan pendidikan vokasi dan keterampilan lainnya.
Sebagai contoh, anggota Majelis Masyayikh yang berasal dari Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Abdul Ghofarrozin (Gus Rozin), menekankan pentingnya menyusun strategic planning untuk menjalankan tugas-tugas yang diamanatkan dalam Undang-Undang. Salah satunya adalah membentuk kisi-kisi kurikulum yang sesuai dengan kompetensi rumpun keilmuan masing-masing pesantren.
Pendekatan ini memungkinkan setiap pesantren memiliki kebijakan pendidikan yang fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan kekhasan lokal maupun perkembangan dunia pendidikan secara umum.
Profil 8 Kiai dan Bu Nyai Pengasuh Majelis Masyayikh Periode 2021-2026
Pengukuhan sembilan anggota Majelis Masyayikh periode 2021-2026 telah berlangsung lama. Mereka terdiri dari delapan kiai dan bu nyai dengan latar belakang keilmuan yang beragam. Mereka adalah sosok-sosok yang sangat dihormati di kalangan pesantren dan berkomitmen untuk memperkuat pendidikan Islam di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa profil pengasuh Majelis Masyayikh yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pesantren dan pendidikan Islam:
KH. Azis Afandi
(Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat). Kiai Azis terkenal dengan pendekatannya yang moderat dan mampu mengembangkan pesantren sebagai pusat pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai keislaman yang inklusif.
KH. Abdul Ghoffarrozin (Gus Rozin)
(Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah). Sebagai Ketua Majelis Masyayikh, Gus Rozin memiliki visi besar dalam menyusun struktur organisasi dan tata kerja Majelis Masyayikh. Selain itu memastikan kurikulum pesantren dapat mencetak generasi yang unggul dalam agama dan keterampilan.
Dr. KH. Muhyiddin Khotib
(Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur). Seorang ulama besar yang berfokus pada pengembangan pemahaman fiqh dan tafsir yang lebih kontekstual. Selain itu mendorong pesantren untuk lebih aktif dalam dialog antar agama.
KH. Tgk. Faisal Ali
(Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Aceh Besar, Aceh). Kiai Faisal terkenal dengan keterlibatannya dalam kegiatan sosial dan kebangsaan, serta memperkenalkan konsep pesantren sebagai lembaga pendidikan yang turut andil dalam pembangunan sosial-ekonomi.
Nyai Hj. Badriyah Fayumi, MA
(Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Bekasi, Jawa Barat). Bu Nyai Badriyah memiliki komitmen tinggi dalam memberdayakan perempuan dan anak-anak di lingkungan pesantren. Selain itu memperkenalkan pendidikan berbasis tafsir dan hadis yang berorientasi pada pemberdayaan keluarga.
Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun
(Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah). Kiai Abdul Ghofur dikenal sebagai penggerak pendidikan Islam yang berbasis pada integrasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, serta sangat peduli dengan pengembangan ekonomi pesantren.
KH. Jam’an Nurchotib Mansur/Ust. Yusuf Mansur
(Pesantren Darul Qur’an, Tangerang, Banten). Ust. Yusuf Mansur memiliki pendekatan yang modern dan dinamis, khususnya dalam mengembangkan pendidikan karakter serta kewirausahaan di kalangan santri.
Prof. Dr. KH. Abd. A’la Basyir
(Pesantren Annuqoyah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur). Prof. A’la Basyir dikenal dengan keahliannya di bidang pendidikan tinggi Islam dan berperan aktif dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan latar belakang dan pengalaman yang beragam, delapan kiai dan bu nyai ini tidak hanya memiliki pengaruh di pesantren masing-masing. Tetapi juga berperan besar dalam menciptakan kebijakan pendidikan yang lebih modern dan relevan untuk masa depan pesantren di Indonesia.
Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Majelis Masyayikh
Masa depan Majelis Masyayikh di bawah kepemimpinan delapan kiai dan bu nyai ini menghadirkan sejumlah tantangan, terutama dalam mengelola keberagaman pesantren di Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan bahwa regulasi pendidikan pesantren tidak hanya sesuai dengan aturan yang pemerintah tetapkan. Tetapi juga mencerminkan karakter dan kekhasan pesantren itu sendiri.
Sebagaimana Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani sampaikan, penting bagi Majelis Masyayikh untuk memastikan bahwa seluruh anggota memiliki persepsi yang sama tentang arah dan tujuan program yang akan dilaksanakan. Hal ini penting agar kebijakan yang kita ambil dapat berjalan secara efektif dan menyeluruh. Tanpa mengorbankan identitas pesantren sebagai lembaga yang mengajarkan Islam dengan cara yang khas.
Harapan terbesar bagi Majelis Masyayikh adalah dapat terus menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan pesantren, sekaligus menjawab tantangan zaman yang terus berkembang.
Masa Depan Pendidikan Pesantren di Indonesia
Dalam mengawal dan merumuskan kebijakan pendidikan pesantren, Majelis Masyayikh kita harapkan mampu menciptakan keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Selain itu mencetak generasi santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga mampu berkompetisi di dunia modern dengan keterampilan yang mumpuni.
Masa depan Majelis Masyayikh di tangan para kiai dan bu nyai yang terpilih pada periode 2021-2026 menjanjikan perkembangan yang lebih baik bagi pendidikan pesantren di Indonesia.
Melalui kebijakan yang strategis dan inovatif, mereka akan memastikan bahwa pesantren tetap menjadi lembaga yang relevan dalam mencetak generasi penerus yang berkualitas, berakhlak mulia, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan Majelis Masyayikh, harapannya pendidikan pesantren dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Indonesia. []