• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme

Nilai kebaikan kita tampilkan dengan cara mengajak anak-anak mengunjungi keluarga, para alim ulama, dan mengambil pelajaran dari para orang besar dalam sejarah Islam dan Indonesia

Hilyatul Auliya Hilyatul Auliya
17/08/2022
in Publik
0
Melawan Radikalisme

Melawan Radikalisme

729
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Melawan radikalisme dengan nasionalisme dari keluarga, mengapa tidak?. Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam sebuah system sosial, yang di dalamnya terdiri dari ibu, bapak, anak, dan seisi rumah karena keluarga merupakan satuan kekrabatan yang sangat medasar dalam masyarakat.

Hasil riset berbagai lembaga penelitian, seperti dari SETARA Institute tentang tren penyeragaman di masyarakat yang semakin memperkuat intoleransi. Selain itu, fakta sosial di masyarakat muncul fenomena yang menegaskan hasil riset tersebut, di mana perbedaan interpretasi dan pemahaman dipandang sesat, menodai agama, dan dilekatkan dengan stigma negatif.

Semua pola tersebut membuat “dalil” pembenaran atas perilaku intoleransi dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Ini seperti bongkahan gunung yang menampilkan sedikit wajah buram toleransi di masyarakat. Sehingga menjadi pekerjaan semua lapisan masyarakat termasuk keluarga.

Masyarakat kuat jika keluarga kuat. Mengingat di dalamnya terjadi proses internalisasi nilai, norma dan pola perilaku. Sehingga peran fungsi setiap penghuninya akan memiliki pengaruh bagi yang lainnya. Keluarga paling tidak memiliki fungsi diantaranya adalah fungsi keagamaan, pendidikan dan sosialisasi, sosial budaya, reproduksi, ekonomi, perlindungan, cinta kasih sayang, dan pembinaan lingkungan.

Semua fungsi tersebut memiliki tujuan kepada pembentukan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Sesuai dengan al Qur’an surat Luqman 13-14 tentang ketauhidan, berbuat baik kepada orang tua, terutama ibunya. Pesan menjaga keluarga juga tertuang dalam al Qur’an surat at Tahrim ayat 6.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Merawat Nasionalisme

Nasionalisme tumbuh karena sudah memiliki pandangan tentang wawasan kebangsaan. Sebuah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah,  tanah (darat), air (laut), dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan.

Ia menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan juga sudah sadar betul bahwa semua itu terbangun dengan landasan keberagaman, dengan multikulturalisme di atasnya.

Semua getar-getar cinta tanah air/nasionalisme akan menjadi penangkal dari pengaruh negatif akibat globalisasi dan dijadikan senjata bagi keluarga agar tidak terpapar radikalisme. Tentunya peran-fungsi keluarga tersebut hendaknya secara ideal berfungsi dengan baik. Sehingga penanaman nilai keindonesian dan keislaman bertumbuh subur dalam keluarga Islam Indonesia.

Hal ini nampak jelas penanaman Islam Indonesia melalui proses internalisasi yang luar biasa dalam keluarga. Agama sebagai basis dakwah dan pendidikan harus dibuat sekokoh dan sekuat komitmen kesalingan, keselarasan dan keadilan.

Kedua orang tua menjadi tiang penyangga, saling bertanggungjawab kepada pasangannnya dan keduanya bersama menjaga anak-anak dan seluruh anggota keluarga. Bapak atau ibu harus bisa menciptakan keluarga yang penuh kompleksitas nilai-nilai keislaman serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.

Menangkal Radikalisme

Peran keluarga dalam merawat nasionalisme dan melawan radikalisme dengan perspektif mubadalah di antaranya adalah pertama, harus bekerjasama, Kedua, pola sosialisasi pendidikan dikemas dengan proses memanusiakan manusia, Ketiga, menanamkan nilai-nilai toleran (tasamuh) terhadap manusia yang berbeda, Keempat, membangun semangat nasionalisme, Kelima, mewaspadai provokasi, hasutan dan hoax, keenam, berteman atau membangun relasi dengan yang gemar menyuarakan kebaikan akan Islam Indonesia.

Nilai kebaikan kita tampilkan dengan cara mengajak anak-anak mengunjungi keluarga, para alim ulama, dan mengambil pelajaran dari para orang besar dalam sejarah Islam dan Indonesia. Para tokoh yang mengajarkan cinta tanah air sehingga ada gambaran akan panutan atau idola dengan tujuan memperkaya figur yang berdedikasi bagi mereka.

Para belia tidak gampang tertarik dengan idola, terutama para dai, baru yang tidak jelas sanad keilmuan apalagi orang yang sekedar viral atau orang dari komunitas yang gemar menebar benih radikalisme.

Pola kasih sayang juga kita ajarkan untuk saling belajar, saling berbagi dan melindungi. Yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati yang tua. Menjalani Proses ini tidaklah mudah. Karena berat maka ini akan menjadi perjuangan yang hebat. Inilah jihad kita sebagai bagian dari keluarga Islam Indonesia untuk mencegah dan melindungi anak-anak dan anggota keluarga, dari eksploitasi dan perekrutan kelompok teroris sebagai bagian dari aksi gerakan radikalisme.

Penangkal radikalisme juga bisa kita lakukan secara online dan offline, mengingat sekarang zaman sedang berada di ketiak perdagangan “apapun” sehingga pengawasan mutlak kita lakukan juga dalam dua dunia tersebut. Untuk itu sebagai orang tua harus paham betul akan berbagai banyak literasi, dan beragamnya narasi.

Proses panjang yang keluarga tempuh untuk merawat nasionalisme dan melawan radikalisme semoga memiliki hasil. Yakni keluarga terlindungi dan terjauhkan dari mara bahaya. Keluarga rukun, Islam damai dan Indonesia adil makmur. Sehingga Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur terwujud.

Cita-cita tersebut menjadi impian karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bermartabat. Sebuah negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya, yang subur dan makmur. Menjaga keseimbangan antara kebaikan jasmani dan rohani. Aman dari musuh, baik dari dalam maupun dari luar.

Maju dalam berbagai keilmuan, yang di dalamnya terjalin hubungan harmonis antara pemimpin dan masyarakatnya. Di mana penguasa berlaku adil dan shalih, juga kesalingan, keselarasan serta keadilan menjelma dalam nilai, norma dan perilaku masyarakatnya. Sehingga cinta bersemi pada setiap sudut negeri. Yuk, cinta diri, cinta keluarga, cinta Islam dan cinta Indonesia. Bukankah itu merupakan bagian dari akhlak mulia seperti pengajaran Baginda mulia? []

 

Tags: Dirgahayu IndonesiaKebangsaanKeberagamaankeluargakemerdekaanNasionalismePerdamaiantoleransi
Hilyatul Auliya

Hilyatul Auliya

Hilyatul Auliya Dosen, ibun dari 3 putri, penikmat teh tubruk dan kopi 🤠

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version