• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Melihat Gus Dur sebagai Sosok Penggemar Film

Bagi Gus Dur, film bukan hanya hiburan semata, tetapi juga medium yang dapat membawa pesan moral, sosial, dan kemanusiaan

Muhammad Farid Najah Muhammad Farid Najah
31/01/2024
in Publik
0
Gus Dur Gemar Film

Gus Dur Gemar Film

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid, atau yang lebih akrab disapa Gus Dur, adalah tokoh yang dikenal bukan hanya karena kebijakan politik dan peranannya sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai seorang pecinta seni, termasuk kecintaannya pada dunia perfilman.

Melansir dari Historia.id, kegemaran Gus Dur dalam nonton film dimulai sejak Gus Dur remaja. Saat itu, tepat pada 1950-an Gus Dur sedang menetap di Yogyakarta. Di kota pelajar ini, Gus Dur sudah gemar menonton film-film serius.

Bahkan Greg Barton dalam Biografi Gus Dur menuliskan bahwa hampir sebagian besar waktunya selama tinggal di kota ini ia habiskan dengan menonton film.

Tidak berhenti di Yogyakarta, kegemaran Gus Dur pada film masih berlanjut ketika dia belajar di Kairo, Mesir, pada 1960-an. Di sini waktunya lebih banyak habis untuk menonton film daripada belajar di kampus.

Adapun film favoritnya adalah film-film terbaik dari Prancis. Tapi dia juga senang menonton film negara Eropa lainnya dan Amerika.

Baca Juga:

Humor Kritis di Layar Televisi: Menjaga Ruang Demokrasi

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

Hifdh An-Nafs, Al-‘Aql dan An-Nasl dalam Interpretasi Gus Dur

Konsep Al-Ushul Al-Khamsah dalam Tafsir Gus Dur

Bagi Gus Dur, film bukan hanya hiburan semata, tetapi juga medium yang dapat membawa pesan moral, sosial, dan kemanusiaan. Melalui kisah-kisah yang ditampilkan dalam film, Gus Dur percaya bahwa nilai-nilai kehidupan dapat lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh penonton.

Gus Dur menganggap film menjadi sebagai media yang dapat memberikan kontribusi besar dalam memahami sejarah dan budaya. Ia percaya bahwa melalui film, generasi muda dapat lebih mudah mengakses dan memahami warisan budaya serta sejarah bangsanya. Dengan demikian, film menjadi instrumen penting dalam merawat identitas dan kearifan lokal.

Juri Film Lokal

Dengan kegemarannya tersebut, Gus Dur menjadi sosok yang aktif dalam upaya mempromosikan dan mengapresiasi film-film lokal Indonesia. Beliau menyadari pentingnya mendukung industri perfilman nasional untuk mengembangkan bakat-bakat lokal dan memperkaya ekspresi seni. Melalui dukungannya terhadap film lokal, Gus Dur berupaya untuk memberikan apresiasi atas kekayaan budaya Indonesia.

Bahkan melansir dari VOI.id menyebutkan bahwa Gus Dur pernah jadi ketua dewan juri ajang penghargaan tertinggi perfilman Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI) pada 1985. Dalam ajang penghargaan itu Gus Dur berkapasitas sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

Oleh sebab itu, dari sini kita dapat melihat bahwa sosok Gus Dur, menjadi sosok yang terkenal aktif pula dalam pengkajian sastra, film, dan budaya.

Bahkan, Gus Dur menilai bahwa film adalah karya seni yang mampu menyajikan cerita dengan makna mendalam dan refleksi atas kehidupan. Termasuk dalam beberapa film-film juga menampilkan keberagaman budaya, agama, dan etnis.

Oleh sebab itu, Gus Dur melihat film sebagai alat yang efektif untuk merayakan keberagaman masyarakat Indonesia dan mempromosikan toleransi antarberbagai kelompok. Gus Dur menyadari bahwa film dapat menjadi sarana untuk memahami dan menghargai perbedaan.

Maka dengan begitu, Gus Dur menjadi sosok yang telah menyumbangkan pandangannya pada dunia seni, khususnya perfilman. Kecintaannya pada film mencerminkan pemahaman mendalam akan kekuatan seni sebagai sarana edukasi, toleransi, dan pemahaman antarbudaya.

Bahkan, melalui dukungannya pada film lokal, Gus Dur memberikan kontribusi uniknya dalam membangun kesadaran akan keindahan dan kearifan yang terkandung dalam seni perfilman Indonesia. []

Tags: Filmgus durmelihatPenggemar
Muhammad Farid Najah

Muhammad Farid Najah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?
  • Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version