• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Memahami Isu Disabilitas: Anugerah atau Musibah?

Teman-teman disabilitas juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam masyarakat, untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak.

Slamet Ginanjar Slamet Ginanjar
05/04/2025
in Pernak-pernik
0
Memahami Isu Disabilitas

Memahami Isu Disabilitas

804
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Disabilitas adalah kondisi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Lalu beberapa dari mereka merasa lemah,terdzalimi, dan bahkan terdiskriminasi. Sebenarnya sudah banyak terjadi perubahan paradigma dalam memahami isu disabilitas.

Dari yang awalnya dipandang sebagai musibah atau kutukan, kini disabilitas kita pandang sebagai bagian dari keberagaman manusia.  Pada akhirnya pun masih banyak masyarakat yang belum memahami dan menghargai hak-hak dan kebutuhan orang-orang dengan ragam disabilitas.

Stigma Disabilitas yang Salah Kaprah

Salah satu contoh perubahan paradigma ini adalah dalam bidang pendidikan. Pengalaman penulis pada saat MTs. sebut saja namanya Angga (Bukan Nama Sebenarnya). Salah satu siswa berkebutuhan khusus yang mengalami perundungan dari teman-temannya di sekolah. Karena menganggap temanya tidak normal, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, dan lambat dalam berpikir.

Begitulah bahayanya stigma jika tidak kita pahami dengan baik. Dan masih banyak orang-orang yang mengganggap bahwa disabilitas sering tidak mampu untuk belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan.

Tetapi harapan demi harapan kian tumbuh menuju perubahan. Kini telah terbukti bahwa orang-orang dengan disabilitas dapat belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan. Jika orang-orang disekitarnya memberikan kesempatan dan dukungan yang setara dan adil

Baca Juga:

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

Belajar dari Malaysia Soal Akses Difabel

Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

Meski banyak tantangan yang harus dihadapi oleh orang-orang dengan disabilitas. Salah satu tantangan terbesar adalah stigma dan diskriminasi. Banyak masyarakat yang masih memandang orang-orang dengan disabilitas sebagai “korban” atau “penderita” yang memerlukan belas kasihan dan bantuan. Namun, orang-orang dengan disabilitas tidak memerlukan belas kasihan, melainkan kesempatan dan dukungan yang sama untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Lalu sejauh ini aku, kamu, dan kalian bagaimana dalam memahami isu disabilitas? Apakah sebagai anugerah atau musibah?

Dua pertanyaan itu mungkin kerap kali berkelindan di pikiran kita selama ini, toh hal ini barangkali menjadi akar masalah kenapa fasilitas untuk teman-teman difabel belum merata, karena banyak yang beranggapan bahwa mereka tidak penting dan hanya bisa hidup dengan uluran tangan orang lain. Saking pentingnya isu disabilitas ini, Mubadalah di tahun  2025  ini menginisiasi untuk mengangkat isu  tentang disabilitas.

Perspektif yang Membawa Perubahan

Dalam perspektif tradisional, percaya atau tidak, bahkan yakin ataupun tidak yakin : disabilitas sering dipandang sebagai musibah atau kutukan. Bahkan parahnya lagi orang-orang menganggap bahwa disabilitas sebagai “korban” atau “penderita” yang memerlukan belas kasihan dan bantuan dari orang lain.

Salah kaprah, sempitnya pikiran, dan stigma ini tentu telah banyak menuai masalah karena akan memperkuat diskriminasi terhadap teman-teman penyandang disabilitas.

Di sisi lain,  perspektif keadilan hakiki memandang disabilitas sebagai anugerah. Dalam perspektif ini, seharusnya kita mengganggap disabilitas  sebagai bagian dari keberagaman manusia dan dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi. Orang-orang dengan disabilitas dianggap memiliki kemampuan dan potensi yang unik dan dapat membuat kontribusi yang signifikan dalam masyarakat.

Bagaimana kita dapat memahami disabilitas sebagai anugerah? Salah satu caranya adalah dengan mengakui bahwa disabilitas adalah bagian dari keberagaman manusia.

Kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan, dan disabilitas hanya salah satu dari banyak kekurangan yang dapat kita miliki. Dengan mengakui hal ini, kita dapat mulai memandang disabilitas sebagai bagian dari keberagaman manusia, bukan sebagai musibah atau kutukan.

Menjadi Anugerah Kehidupan

Seyogyanya kita perlu mengakui bahwa orang-orang dengan disabilitas memiliki hak yang sama dengan orang pada umumnya. Teman-teman disabilitas juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam masyarakat, untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak. Selain itu mereka pun berhak menikmati kehidupan yang sama dengan masyarakat secara umum.

Maka, dengan mengakui hak-hak ini, saya rasa kita dapat mulai memandang disabilitas sebagai anugerah, bukan sebagai musibah atau kutukan.

Perspektif disabilitas sebagai anugerah atau musibah adalah pertanyaan yang kompleks dan multifaset. Tetapi menurut hemat penulis dengan mengakui bahwa disabilitas adalah bagian dari keberagaman manusia. Selain itu, orang-orang dengan disabilitas memiliki hak-hak yang sama dengan manusia lainnya, di mana kita dapat mulai memandang disabilitas sebagai anugerah, bukan sebagai musibah atau kutukan.

Saya telah menyimak Bu Nyai Nur Rofi’ah pada saat mengisi acara Ngaji Ramadan Inklusi (RAIN) yang telah meneguhkan kepada kita semua bahwa prinsip dasar manusia adalah bisa memanusiakan sesama manusia. Tidak memandang latar belakang dan perbedaan apapun. Selama ini difabel merupakan label bagi manusia yang memiliki kekurangan fisik dan mental, tidak pernah menyasar pada moral dan etika.

Langkah yang bisa kita ambil salah satunya yaitu mengubah perspektif kita ke arah perbaikan terhadap disabilitas. Kita mengakui bahwa orang-orang dengan disabilitas memiliki kemampuan dan potensi yang unik. Selain itu dapat membuat kontribusi positif di dalam masyarakat.

Dengan demikian memberikan kesempatan dan dukungan kepada orang-orang dengan disabilitas menjadi penting, yakni untuk berpartisipasi aktif di dalam masyarakat dan menikmati kehidupan yang sama dengan orang-orang di sekitarnya. []

Tags: DifabelIsu DisabilitasNgaji RAINPerspektif Keadilan HakikiRamadan Inklusi
Slamet Ginanjar

Slamet Ginanjar

Terkait Posts

Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Kehidupan

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

27 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID