• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengapa Perempuan sering Dibebankan dengan Kerja-kerja Domestik?

Dalam Islam relasi suami dan istri sebaiknya harus mereka bangung dengan kesalingan (mubadalah) dan kerjasama.

Ratu Mawaddah Ratu Mawaddah
06/01/2024
in Personal
0
Kerja Domestik

Kerja Domestik

655
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam realitas kehidupan dalam keluarga kita, terutama dalam kerja-kerja domestik, masih banyak, orang-orang yang menempatkan perempuan atau ibu sebagai tanggung jawab utama untuk mengerjakan semua pekerjaan tersebut.

Misalnya, hal ini yang masih dialami oleh teman saya yang telah berkeluarga. Ya dia adalah Munah dan Nono (nama samaran). Saat aku berkunjung ke rumahnya, aku perhatikan dari semua praktik kerja domestik justru banyak dikerjakan oleh istrinya.

Mulai dari ngurus bayinya, memasak, hingga beres-beres rumah (nyapu, ngepel, dan nyuci baju) semua dilakukan oleh Munah. Sedangkan yang dilakukan oleh Nono, dia hanya duduk nyantai sambil ngopi dan merokok.

Bagi saya, realitas demikian sebetulnya tidak terjadi di keluarga Munah dan Nono. Melainkan masih banyak keluarga lainnya yang selalu menempatkan perempuan setelah menikah, tugas mereka ya sumur, dapur dan kasur. Karena itu, menurut saya apa yang menimpa Munah adalah salah satu bentuk ketidak adilan gender.

Seperti dalam mata kuliah gender, Ibu Nurul Bahrul Ulum pernah menjelaskan bahwa semua pekerjaan domestik itu menjadi tugas bersama, laki-laki dan perempuan. Tidak boleh ada yang saling menguasai dan mendominasi. Karena ruang domestik, ya ruang bersama, laki-laki dan perempuan.

Baca Juga:

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Bahkan saya ingat betul jika perempuan mengerjakan semua perkerjaan rumah tangga bahkan sampai ia juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka hal tersebut masuk sebagai salah bentuk ketidak adilan gender, yaitu beban ganda.

Oleh sebab itu, jika kita hanya membiarkan ini semua terjadi. Maka jangan salahkan apabila ketimpangan dalam kerja domestik hingga saat ini masih terus perempuan rasakan.

Para perempuan kerap tidak menyadari bahwa saat ia melakukan kerja domestik dan juga melakukan kerja publik, itu sesungguhnya para perempuan sedang mengalami relasi yang timpang, atau tidak adil.

Pandangan Islam

Padahal, di dalam Islam relasi suami dan istri sebaiknya harus mereka bangung dengan kesalingan (mubadalah) dan kerjasama.

Bahkan, dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw pernah menyampaikan bahwa seluruh pekerjaan domestik adalah tanggung jawab bersama, suami dan istri.

Tugas pekerjaan domestik yang menjadi tanggung jawab bersama, suami dan istri itu merujuk pada teks hadis yang Aswad bin Yazid riwayatkan. Isi hadis tersebut sebagai berikut:

Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah Ra. mengenai apa yang Nabi Muhammad Saw perbuat di rumah. Aisyah menjawab, “Beliau selalu membantu keluarganya. Ketika datang waktu shalat, beliau bergegas pergi untuk melaksanakan shalat.” (Shahih al-Bukhari).

Teks ini, menurut Kiai Faqihuddin Abdul Kodir seperti di dalam buku 60 Hadis Shahih, bercerita tentang sisi kehidupan Nabi Muhammad Saw yang tidak segan-segan untuk ikut melakukan kerja-kerja rumah tangga.

Oleh sebab itu, bagi Munah dan Nono, yang perlu kalian ingat bahwa laki-laki muslim yang mulia adalah yang ikut melakukan kerja-kerja layanan di dalam rumah. Ini adalah pekerjaan dan sunnah Nabi Muhammad Saw.

Alangkah bahagianya, jika prinsip kesalingan antara suami istri praktikkan untuk melayani, baik di dalam maupun luar rumah. Tentu saja, hal yang paling prinsip adalah komunikasi dan saling pengertian, bukan tentang teknis pekerjaan apa yang keduanya bagikan. []

Tags: BebandomestikKerja-kerjaMengapaperempuan
Ratu Mawaddah

Ratu Mawaddah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID