Mubadalah.id – Tidak banyak dari kita yang memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup tentang negara-negara di Afrika. Karena image yang sering muncul saat mendengar Afrika adalah apa yang tergambarkan sebagai negara dengan peperangan, kelaparan dan kemiskinan. Melalui tulisan ini, mari kita mengenal lebih dekat kawan Afrika kita.
Tentu, sebagian ada benarnya, karena di Afrika mereka punya wilayah yang sangat kering, tak bisa kita tanami apapun hingga menyebabkan kelaparan. Bencana kelaparan pun pernah melanda. Tak jarang orang berperang untuk memperebutkan sumber makanan.
Tetapi, sebenarnya ada banyak sisi lain dari negara-negara kawan Afrika yang menarik untuk saya ceritakan.
Dalam sesi dialog kelompok kemarin yang diikuti oleh empat negara: Etopia, Uganda, Kenya dan Indonesia ada banyak cerita yang menarik dari kawan Afrika, khususnya tentang upaya-upaya membangun kerukunan beragama. Sesi diskusi grup ini bertujuan untuk berbagi pengalaman sekaligus pembelajaran yang bisa kita dapat dari program di negara lain tentang hubungan lintas iman.
Sejarah Islam dan Kristen
Di antaranya, cerita menarik dari kawan Afrika kami di Kenya. Kami mendapatkan insight menarik soal sejarah Islam dan Kristen yang kemudian membentuk relasi keagamaan di Kenya. Islam sebenarnya datang lebih awal di Kenya, tetapi tidak ada misi keagamaan khusus selain berdagang.
Sedangkan Kristen dibawa oleh kolonialis sebagai misi keagamaan (missionary), tersebar dan diajarkan secara resmi melalui sekolah-sekolah yang pemerintah kolonial bentuk. Singkatnya, jadilah Kristen sebagai mayoritas. Relasi mayoritas-minoritas hampir punya karakteristik yang mirip di banyak tempat, suara minoritas seringkali terbungkam dan kurang mendapatkan ruang, termasuk stigma terorisme yang juga identik dengan Islam.
Melalui program JISRA teman-teman di Kenya mencoba membangun ruang bersama, agar minoritas punya suara yang sama. Beberapa contoh aksi yang menarik adalah bagaimana kaum Kristen menyediakan dan mengundang teman-teman Muslim untuk berbuka puasa di rumah mereka, orang Kristen yang kaya membiayai/mensponsori teman-teman Muslim untuk pergi haji, pelaksanaan vaksin covid di mesjid untuk semua agama dan lain-lain.
Gerakan Perdamaian di Etopia
Catatan tentang Etopia juga sangat menarik, bagaimana teman-teman di sana membangun gerakan perdamaian lintas iman dalam situasi konflik etnis yang kompleks. Sebelumnya, pemimpin berbeda agama kadang saling membenci. Tapi kemudian melalui dialog-dialog yang teman-teman fasilitasi, mereka kini berangkulan, saling memahami. Sungguh mengharukan!
Cerita lain yang menarik tentang Etopia adalah sejarahnya. Seorang teman kami, Rashid dan Abdul Hakim berasal dari sebuah kota Suci Islam bernama Harar. Sebuah kota tua yang memiliki sejarah panjang, dan UNESCO mencatatnya sebagai world heritage site. Kota itu dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua dan rumah-rumah tradisional.
Di dalamnya terdapat 83 mesjid, yang 3 di antaranya berasal dari abad 10. Mereka percaya Harar sebagai kota tempat Islam bermula, hingga disebut sebagai kota suci keempat bagi umat Islam. Kota ini memiliki julukan madinatul auliya (kota para wali). Tertarik mengunjungi Harar?
Cerita tentang Etopia mengingatkan kita tentang bagaimana Nabi SAW meminta perlindungan Raja Habasyah yang beragama nasrani namun sangat baik, untuk para sahabatnya dari kekejaman kaum Quraisy di Mekah. Kepergian para sahabat ke Habasyah (sekarang Etopia) tercatat sebagai peristiwa hijrah pertama dalam Islam.
Di antara sahabat yang berhijrah itu adalah Usman bin Affan dan istrinya, yang juga putri Nabi. Singkatnya, Habasyah/Etopia mendapat julukan sebagai negara penyelamat para sahabat, karena perlindungan yang negara itu berikan.
Kisah masa awal-awal Islam itu membuat Etopia memiliki ikatan sejarah yang sangat kuat dengan Islam, dan tentunya sejarah toleransi beragama yang menarik. Sekian dulu. Nantikan kisah selanjutnya kalau sudah ada waktu buat menulis. []