• Login
  • Register
Jumat, 30 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengenal Sosok Rabiah Adawiyah (2)

Manakala Rabiah Adawiyah menjadi balita dan sudah bisa makan dengan tangannya sendiri, ia sering merenung seorang diri. Pikiran dan hatinya seperti menyimpan gelisah

Redaksi Redaksi
26/07/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
rabiah adawiyah

rabiah adawiyah

259
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon, KH. Husein Muhammad mengisahkan bahwa Rabiah Adawiyah bermakna perempuan yang ke empat. Nama ini diberikan ayahnya, karena ia adalah anak perempuannya yang ke empat.

Farid al-Din al-‘Atthar, sufi dan sastrawan besar, penulis buku yang sangat terkenal “Manthiq al-Thair” (Percakapan Burung), menulis kisahnya panjang lebar.

Katanya : Rabiah Adawiyah lahir dari keluarga yang sangat miskin yang taat mengabdi kepada Tuhan.

Kemiskinan keluarga itu sedemikian rupa, hingga manakala Rabiah Adawiyah lahir pada malam hari, rumahnya gelap gulita, tanpa lampu. Minyak lampu itu sudah habis. Untuk membeli minyak tanah bagi lampu juga tak punya uang.

Bahkan konon, kata Buya Husein, ia tak juga punya kain/popok untuk membungkus jabang bayi yang masih merah itu.

Baca Juga:

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

Ismail, ayah Rabiah Adawiyah, kemudian terpaksa harus mengetuk pintu demi pintu rumah tetangganya seraya berharap memeroleh bantuan sedikit minyak tanah. Tetapi ia pulang dengan tangan kosong. Ia tak memeroleh apa yang sangat dibutuhkan bagi bayinya itu.

Meski demikian, menurut Buya Husein, ia tak mengeluh. Ia hanya bisa pasrah atas keberadaannya, sambil terus berdo’a kepada Tuhan siang dan malam.

Manakala Rabiah Adawiyah menjadi balita dan sudah bisa makan dengan tangannya sendiri, ia sering merenung seorang diri. Pikiran dan hatinya seperti menyimpan gelisah.

Suatu hari dalam kesempatan makan bersama dengan ayah-ibu dan ketiga kakaknya, Rabiah Adawiyah diam saja. Tangannya tak mau mengambil makanan di hadapannya.

Ketika sang ayah bertanya : ” mengapa kamu tak mau makan, anakku”?.

Rabiah balik bertanya : “apakah makanan ini diperoleh dari cara yang halal?.

Sang ayah, ibu dan kakak-kakaknya terperangah, kaget bukan kepalang.

Pertanyaan itu menakjubkan, justru diucapkan oleh seorang perempuan amat belia. Begitu sang ayah menjawab : “betul anakku, ini ayah dapatkan dari dan dengan cara yang halal”, ia kemudian mau makan.

Ia senang dan bersyukur kepada Allah. Bismillahirrahmanirrahim. (Rul)

Tags: perempuanrabiah adawiyahsosokSufisufi perempuanulamaWaliyullah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Surah Al-Ankabut Ayat 60

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

28 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Kehidupan

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

27 Mei 2025
Sharing Properti

Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

27 Mei 2025
Meneladani Noble Silence

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

24 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Live TikTok

    Kasus Talak di Live TikTok: Memahami Batas Sah Talak di Mata Hukum

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Membangun Kesadaran Inklusivitas di Tengah Masyarakat yang Beragam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merariq Kodek: Ketika Pernikahan Anak Jadi Viral dan Dinormalisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Kasus Argo UGM dan Sampai Kapan Nunggu Viral Dulu Baru Diusut?
  • Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur
  • Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?
  • Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID