• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif

Sukainah merupakan salah satu perempuan yang istimewa. Tidak hanya untuk ayah dan ibunya, tetapi juga di tengah masyarakat Islam masa itu

Rizka Umami Rizka Umami
02/12/2023
in Tak Berkategori
0
Cicit Nabi

Cicit Nabi

964
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Lihatlah, Sukainah

Namanya menjulang menebarkan harum di seluruh pojok bumi

Ia mengajarkan kata-kata Nabi

dan menafsirkan kitab suci (Muhammad, 85)

Mubadalah.id – Penggalan puisi di atas tidak lain adalah karya seorang penyair terkenal bernama Ahmad Syauqi, yang khusus tertuju untuk seorang perempuan bernama Sukainah. Kiai Husein Muhammad, dalam bukunya berjudul ‘Jilbab dan Aurat’ menuliskan ulang puisi karya Ahmad Syauqi tersebut, tepatnya pada sub bahasan ‘Tren Mode Rambut Sukainah’ (Muhammad, 83-87).

Lalu siapa sesungguhnya perempuan itu, sehingga namanya begitu masyhur dan menjadi pembahasan yang seolah tidak ada habisnya? Sukainah, yang ada dalam penggalan puisi tersebut ternyata merupakan cicit Nabi Muhammad Saw. Ia merupakan salah satu anak perempuan yang begitu disayangi oleh ayahnya, Imam Husein bin Ali dan sang ibu, Rubab binti Imru al-Qais.

Mengutip Wikishia, Sayyidah Sukainah memiliki nama lain Aminah binti Husain. Nama Sukainah sendiri adalah nama dari sang ibu, karena melihat karakter anaknya yang begitu damai, tenang, dan bermartabat. Semasa remaja, ia adalah sosok gadis yang cerdas dan berparas cantik.

Selain itu, banyak tulisan yang mengisahkan sosoknya memiliki rambut yang terurai indah. Caranya menyisir rambut bahkan sampai menjadi tren mode di zamannya.

Menyimak Tren Gaya Rambut ‘Mode Sukainah’

Aspek utama yang Kiai Husein Muhammad singgung dalam tulisannya tentang sosok anak perempuan Imam Husain as adalah tren mode rambut. Kiai Husein mengutip tulisan Abu al-Faraj al-Isfahani yang menceritakan bahwa ia adalah seorang perempuan dengan rambut paling indah. Abu al-Faraj mengisahkan adanya tren yang disebut ‘Mode Sukainah’ karena perempuan-perempuan pada zaman itu banyak meniru caranya menyisir dan merapikan rambut.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Islam adalah Agama Kasih: Refleksi dari Buku Toleransi dalam Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

Dari tulisan tersebut terang bahwa pada masa itu, cicit Nabi tersebut juga tidak melulu menutupi kepalanya dengan jilbab atau kerudung. Ia kerap membiarkan rambutnya terurai dan terbuka, sehingga memunculkan ‘Mode Sukainah’ (Muhammad, 83-84).

Menyimak kisah Sukainah dan tren mode rambutnya, lalu membaca persoalan jilbab dan aurat saat ini, menandai bahwa hal itu tidak terpisah dari konteks zaman dan perbedaan di ranah fiqh. Pemahaman yang sempit terkait aurat, membuat masyarakat kerap memberikan stigma pada perempuan muslim yang tidak menutup kepalanya. Padahal, busana seseorang tidak menjamin tingkat kesalehan yang bersangkutan (Muhammad, viii)

Sukainah, Sastra, dan Seorang Perawi yang Andal

Sukainah merupakan salah satu perempuan yang istimewa. Tidak hanya untuk ayah dan ibunya, tetapi juga di tengah masyarakat Islam masa itu. Ia begitu terkenal karena mendalami banyak disiplin ilmu, mulai dari tafsir hingga sastra.

Bahkan dikisahkan di kediamannya, ia kerap mengadakan diskusi mengenai sastra. Hadir dalam diskusi tersebut para sarjana muslim, baik laki-laki dan perempuan. Selain itu hadir pula begawan sastra terkenal, seperti Jarir bin Atiyyah bin Khathfy, Abu Firas bin Gholib, dan Jamil Butsainah (Muhammad, 86).

Tidak hanya itu, dalam beberapa tulisan lain mengisahkan bahwa Sayyidah Sukainah adalah seorang perempuan perawi yang andal dan terpercaya. Meskipun pada masa itu nama perempuan yang terlibat dalam periwayatan hadits sangat sedikit, akan tetapi ia membuktikan diri, bahwa kapasitasnya mumpuni untuk itu. Ia juga termasuk dalam perawi hadits dari ayahnya, Imam Husain as.

Aspek penting lain mengenai sosok Sayyidah Sukainah adalah keberadaannya ketika perang Karbala. Di mana saat itu Sayyidah Sukainah turut menyaksikan ayahnya wafat dalam tragedi tersebut. Sayyidah Sukainah juga mengalami masa-masa sulit selama menjadi tawanan bersama dengan beberapa perempuan lain, sebelum akhirnya bisa mendapatkan kebebasan dan kembali ke Madinah.

Sukainah dan Perjanjian Pra-nikah

Salah satu hasil rangkuman bacaan mengenai sosok Sayyidah Sukainah adalah keberaniannya yang progresif. Sesaat sebelum menikah, Sayyidah Sukainah meminta adanya perjanjian pra-nikah. Di mana ketika sang suami melanggar syarat-syarat dalam perjanjian tersebut, maka Sayyidah Sukainah memiliki hak untuk menentukan keberlanjutan pernikahannya.

Mengutip tulisan Tihawa, setidaknya ada tiga poin yang menjadi isi perjanjian pra-nikah tersebut, meliputi, 1) tidak boleh mengambil perempuan lain (poligami); 2) tidak ada rahasia dalam hal keuangan antara suami dan istri; 3) tidak boleh ada larangan untuk beraktivitas di luar rumah, kecuali Sukainah menghendaki demikian.

Sukainah adalah salah satu sosok teladan bagi perempuan sepanjang zaman. Adanya perjanjian pra-nikah tersebut menandai adanya perlindungan yang Sukainah berikan pada dirinya sendiri, yang sah di mata hukum. Terbukti ketika pada akhirnya sang suami mengambil perempuan lain untuk tidur bersama, Sayyidah Sukainah memiliki hak untuk mengakhiri pernikahannya.

Membaca kembali penggalan puisi Ahmad Syauqi untuk Sayyidah Sukainah, membuat saya yakin bahwa cicit Nabi tersebut adalah sosok perempuan yang benar-benar cerdas, masyhur, dan bermartabat.

Kecintaannya terhadap disiplin ilmu yang ia geluti, dan ketegasannya sebagai perempuan, bisa menjadi teladan untuk perempuan masa kini. Selain itu, dari sosok Sukainah saya semakin percaya bahwa Rasulullah tak pernah mencatut hak-hak perempuan beriman (Muhammad, 87). []

Tags: Ahlul BaytCicit NabiislamPerempuan Ulamasayyidah sukainahSayyidah Sukainah binti al-Huseinsejarahulama perempuan
Rizka Umami

Rizka Umami

Alumni Pascasarjana, Konsentrasi Islam dan Kajian Gender.

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID