Mubadalah.id – Sehingga secara tidak langsung hari sumpah pemuda telah terpatri di dadanya. Sosok Riyanto patut untuk dikenang atas sejarah yang telah ia buat. Dan ia patut dihormati atas jasa yang telah ia lakukan.
Berawal dari kunjungan saya ke rumah seorang kenalan. Awalnya beliau membahas tentang wali songo. Kemudian merambah ke pembahasan tentang seorang Riyanto. Ketika saya menanyakan apakah yang beliau maksud adalah kisah semacam Soleh di Film Tanda Tanya. Beliau tidak tahu menahu perihal itu.
Akhirnya sepulang dari sana saya menanyakan kepada orang lain. Kebetulan sekali ternyata kakak dari teman saya ini adalah kawan akrab Riyanto. Ia menyampaikan bahwa Riyanto pernah nyeletuk ke kakak teman saya bahwa ia ingin meninggal dihormmati banyak orang. Kakak teman saya pun mengatakan, “Hush, ngomong apa sih!” karena usia mereka masih cukup muda waktu itu.
Rasa penasaran saya semakin memuncak tentang sosok fenomenal ini ketika Gusdurian Mojokerto mengadakan Open Mic dan Nonton Bareng Film Riyanto tanggal 20 Oktober 2023 lalu. Setelah menonton dan refleksi bersama tentang film Riyanto (ada di tulisan sebelumnya). Saya masih belum puas dengan penjelasan yang ada.
Sehingga setelah acara ditutup, saya memberanikan untuk maju dan wawancara langsung dengan pihak bersangkutan. Yakni Kukun Triyoga, seorang penulis naskah, sutradara, serta orang yang telah riset selama tiga bulan untuk mendapatkan berbagai pandangan terkait kisah sosok Riyanto pada malam yang menggenaskan itu.
Riyanto Malam Itu
“Riyanto sebenarnya tidak waktunya berjaga malam itu.” Kata Kukun.
Hal ini kemudian mendapatkan pengakuan dari teman saya bahwa saat itu Riyanto sudah berjaga, dan waktunya ganti shift. Namun akhirnya seorang pimpinan menyuruhnya untuk kontrol di malam misa karena kekurangan orang. Ada narasumber lain yang mengatakan bahwa ia sendiri yang menawarkan diri.
Kebetulan pada malam tersebut yang berjaga di gereja hanya ada dua orang banser dan satu orang polisi. Akhirnya Riyanto pun mendapatkan tugas untuk berkeliling gereja.
Pada suatu waktu ada seorang ibu-ibu yang sedang hamil keluar dari gereja dan menuju ke tempat parkir kendaraan. Ia pun mendekati motornya. Dan mendapati sebuah bingkisan yang seseorang gantungkan di motornya.
Karena merasa tidak memiliki bingkisan itu, ia pun memberikannya pada seorang banser. Dan banser tersebut kemudian memberikannya pada Riyanto. Riyanto pun menaruh curiga pada bingkisan tersebut. Ia akhirnya melihat bingkisan itu, dan melihat banyak kabel di dalamnya.
Akhirnya Riyanto memberikannya pada polisi. Dan polisi tersebut mengatakan bahwa isi bingkisan itu adalah bom. Dan menyuruh Riyanto untuk membuangnya. Sedangkan polisi tersebut pergi ke kerumunan masyarakat untuk memberi peringatan adanya bom. Riyanto lalu berlari, membuang bom tersebut, dan menjauh darinya.
Ledakan Bom Beruntun
Namun kisah belum selesai sampai sini. Sosok Riyanto barangkali merasa belum puas untuk sekedar membuang bom tersebut. Sehingga kemudian terbesit di pikirannya untuk mengambil kembali barang berbahaya itu.
Lantas Riyanto (menurut penafsiran pihak-pihak yang berada di sana) berpikir bahwa jika bom tersebut ia masukkan ke dalam selokan, dan tenggelam dalam air. Maka bomnya akan mati. Lantas ia pun mencoba memasukkannya ke dalam selokan. Sayang nasib tak berpihak padanya. Apa yang ia pikirkan tidak selaras dengan kenyataan. Bom yang ia kira akan mati malah mengalami konslet.
Ledakan besar pun terjadi. Orang berbondong-bondong keluar gereja dan menjauhi tempat ibadah tersebut. Apalagi setelah ledakan itu, tiba-tiba terdapat asap yang berasal dari dalam gereja. Acarapun akhirnya dibubarkan, para masyarakat mencoba menyelamatkan diri dan pulang ke rumah masing-masing. Termasuk halnya para Banser dan polisi di sana.
Sesampainya di rumah, Ketua Satuan Koordinator Cabang (Kasat Korcab) Banser Mojokerto tidak menemukan anak buahnya (red. Riyanto) di rumah. Ia panik, dan kembali ke gereja untuk mencari anak buahnya itu. Sedari malam, hingga jam setengah enam pagi, Ketua tersebut tidak menemukan Riyanto di mana-mana.
Hingga akhirnya ada seorang penjaga gereja yang menemukan seseorang tergeletak di belakang gereja. Ketika ia menengok lebih dekat. Ternyata yang ia temukan hanyalah bagian perut hingga kakinya saja.
Orang-orang, baik pendeta, kasat korcab, dan polisi, menduga bahwa tubuh Riyanto telah hancur dan terpental jauh dari tempat meledaknya. Dan mereka pun menyimpulkan sebuah penafsiran bahwa harusnya bom yang lebih dulu meledak adalah bagian dalam gereja.
Bom tersebut berupa asap. Sehingga akhirnya mendorong seluruh umat di dalamnya keluar. Dan ketika sudah keluar lewat jalan depan, mereka akan kaget dengan ledakan bom yang lebih besar, sehingga dapat memakan lebih banyak nyawa pada malam itu.
Namun keadaan telah menjadi bubur. Kematian sosok Riyanto yang menjadi satu-satunya korban di malam misa tahun 2000 telah menuai banyak perhatian publik. Bahkan setelah itu masyarakat daerah Juritan Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto mengenang dengan menamai sebuah jalan dengan nama Riyanto.
Belajar dari Riyanto
Ada beberapa hal yang menurut saya perlu kita pelajari bersama dari sosok Riyanto ini. Pertama, dari perkataannya kepada kawannya bahwa ia ingin meninggal dengan dihormati oleh banyak orang. Dengan kata lain, ia ingin berusaha menjadi orang yang lebih baik. Bisa bermanfaat bagi orang banyak. Sehingga orang lain akan menghormati sosoknya, bahkan setelah meninggal sekalipun.
Kedua, ia memiliki perangai yang baik. Hal ini terlihat dari bagaimana cara Riyanto untuk kembali mengambil bom dan berusaha untuk membuatnya mati. Sehingga hal tersebut tidak akan membahayakan nyawa orang lain. Meskipun akhirnya ia sendiri yang harus menjadi korban dari ledakan bom tersebut.
Lantas kembali ke Hari Sumpah Pemuda. Barangkali kita tahu isi sumpah pemuda sendiri adalah menekankan bahwa kita memiliki tumpah darah dan bangsa satu. Yakni Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Dengan inilah kita juga memiliki beban moral untuk turut mengakui, berbaik sikap, dan tidak menaruh curiga pada sesama masyarakat Indonesia yang berbeda ras, budaya, serta agama.
Hal inilah yang kemudian perlu kita kagumi dari sosok Riyanto. Di tengah banyaknya bom berseliweran dan menakut-nakuti masyarakat Indonesia kala itu, ia tanpa pandang bulu berusaha semaksimal mungkin melindungi sesama saudara setanah airnya.
Ia telah menjadi pahlawan banyak orang. Mengorbankan dirinya tanpa berpikir apa yang akan terjadi padanya. Sehingga secara tidak langsung sumpah pemuda telah terpatri di dadanya. Sosok Riyanto patut untuk dikenang atas sejarah yang telah ia buat. Dan ia patut dihormati atas jasa yang telah ia lakukan. []