Selasa, 23 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

    Feminisme

    Julia Suryakusuma: Feminisme Masih Dibutuhkan di Tengah Krisis Multidimensi Indonesia

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Sawit

    Dampak Ekspansi Tambang dan Sawit terhadap Lingkungan

    Bahasa Masih Membatasi Disabilitas

    Ketika Bahasa Masih Membatasi Disabilitas

    Perempuan Mollo

    Perempuan Adat Mollo Pimpin Perlawanan terhadap Tambang Marmer

    Mitokondria

    Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan

    Masyarakat Mollo

    Kosmologi Masyarakat Adat Mollo dalam Melawan Tambang

    Akal Sehat

    Seni Merawat Alam Dengan Akal Sehat

    Masyarakat Adat Mollo

    Perjuangan Masyarakat Adat Mollo Menjaga Gunung Batu dari Tambang Marmer

    Mother Wound

    Dear Perempuan, Belajar Tidak Mewariskan Luka Mother Wound, Yuk!

    Stigma Penyandang Disabilitas

    Mengapa Stigma Negatif terhadap Penyandang Disabilitas Masih Banyak Terjadi?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

    Feminisme

    Julia Suryakusuma: Feminisme Masih Dibutuhkan di Tengah Krisis Multidimensi Indonesia

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Sawit

    Dampak Ekspansi Tambang dan Sawit terhadap Lingkungan

    Bahasa Masih Membatasi Disabilitas

    Ketika Bahasa Masih Membatasi Disabilitas

    Perempuan Mollo

    Perempuan Adat Mollo Pimpin Perlawanan terhadap Tambang Marmer

    Mitokondria

    Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan

    Masyarakat Mollo

    Kosmologi Masyarakat Adat Mollo dalam Melawan Tambang

    Akal Sehat

    Seni Merawat Alam Dengan Akal Sehat

    Masyarakat Adat Mollo

    Perjuangan Masyarakat Adat Mollo Menjaga Gunung Batu dari Tambang Marmer

    Mother Wound

    Dear Perempuan, Belajar Tidak Mewariskan Luka Mother Wound, Yuk!

    Stigma Penyandang Disabilitas

    Mengapa Stigma Negatif terhadap Penyandang Disabilitas Masih Banyak Terjadi?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rujukan Ayat Quran

Mubadalah sebagai Jalan Kemenyatuan dengan Allah Swt

Tafsir ayat 21-29 Surat al-Baqarah

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
9 Agustus 2020
in Ayat Quran
0
Mubadalah sebagai Jalan Kemenyatuan dengan Allah Swt

Ilustrasi alam (sumber: yufidia.com)

552
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pembicaraan sebelumnya, sejak awal Surat al-Fatihah, mengenai panduan hidup (hidayah), yang berakar pada kehambaan kita pada Allah Swt dan berdampak pada relasi kemanusiaan kita antar sesama, adalah untuk membangkitkan kesadaran kita akan tujuan hidup. Hidup ini, jika tanpa tujuan yang jelas, ia tidak akan bermakna. Kenikmatan yang datang hanya akan dirasakan sekadar kesenangan lahiriyah belaka yang sesaat. Apalagi kesengsaraan, yang pasti selalu ada dalam hidup, tanpa tujuan hidup, akan mudah melumpuhkan jiwa dan menghancurkan perasaan.

Al-Qur’an berkal-kali, dalam berbagai ayat, selalu mengingatkan kita pada tujuan-tujuan hidup yang harus kita capai. Baik yang pendek, menengah, maupun yang panjang dan jauh ke depan. Yang utama adalah kemenyatuan jiwa kita dengan Allah Swt. Kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya (QS. Al-Baqarah, 2: 156). Berkali-kali hal ini diingatkan al-Qur’an. Kemenyatuaan ini adalah kisah asal muasal kita, sebagai manusia. Ini juga sekaligus tujuan hidup di sini, sekarang, dan di sana, kelak di hari akhir nanti. Jiwa kita ini, jika sering diajak mengingat-Nya (dzikrullaah), ia akan mudah tenang, nyaman dan bahagia (QS. Ar-Ra’d, 13: 28). Dan hanya dalam kejiwaan yang tenang inilah, kita akan mudah menyatu dan pulang kembali kepada Allah Swt (QS. Al-Fajr, 89: 28).

Salah satu tujuan hidup, yang merupakan bagian dari tujuan kemenyatuan ini, yang sering disebut al-Qur’an adalah meraih ketakwaan. Takwa, seperti yang telah dijelaskan, adalah kesadaran kita akan kehadiran Allah Swt, sehingga kita merasa terlindungi dari segala keburukan dan terberi dengan segala kebaikan. Tentu saja, setiap orang tidak bisa terlepas dari kondisi buruk dan baik, cemas dan bahagia, atau negatif dan positif, tetapi takwa akan menjadi filter agar dampak dari keduanya tidak menghancurkan jiwa kita, melainkan justru memperkuat ketahanan dan ketangguhan kepribadian kita (QS. Al-Hadid, 57: 23). Takwa, karena itu dalam kata lain, adalah ketahanan dan ketangguhan jiwa.

La’allakum tattaquun. Agar kalian semua bertakwa. Agar kalian semua sadar dengan kehadiran-Nya. Agar kalian semua terlindungi dari segala keburukan. Agar kalian semua tahan dan tangguh jiwanya. Kata “la’alla” mengingatkan kita pada tujuan. Diartikan dalam bahasa Indonesia “agar supaya”. Kata ini disebut al-Qur’an sebanyak 129 kali, mengenai tujuan berbagai hal terkait kehidupan ini. Yang persis dengan ungkapan “la’allakum tattaquun” ada di 6 ayat di berbagai surat al-Qur’an.

Yaitu, ada tentang kehambaan kita pada-Nya yang bertujuan ketakwaan (QS. Al-Baqarah, 2: 21), belajar dari pelajaran kaum terdahulu (QS. Al-Baqarah, 2: 63 dan al-A’raf, 7: 171), hukuman setimpal (QS. Al-Baqarah, 2: 179), puasa kita dan orang-orang terdahulu (QS. Al-Baqarah, 2: 183), dan ada tentang memelihara harta anak yatim (QS. Al-An’am, 6: 153).

Al-Baqarah (2: 21) adalah ayat pertama secara tertib penempatan Mushaf dengan frase “la’allakum tattaquun”. Ia mengingatkan pada tujuan hidup kita, untuk terus merasakan kehadiran Allah Swt dalam kehidupan ini, agar terlindungi dari segala keburukan, dan terlahir jiwa-jiwa yang tangguh menghadapi segala percobaan hidup, tahan banting, dan tenang.

Ayat ini mengingatkan manusia akan kehambaan mereka semua di hadapan Allah Swt, melalui kenyataan bahwa kita dan semua orang-orang terdahulu kita adalah ciptaan-Nya (2: 21), yang sama-sama menikmati bumi yang indah ini, yang juga merupakan ciptaan-Nya (2: 22).

Bisa saja, seseorang masih ragu dengan kisah hidup asal muasal manusia ini, dengan panduan dan tujuanya, lalu juga menyangsikan rujukannya, yaitu al-Qur’an, maka Allah Swt menantangnya untuk mendatangkan rujukan yang sepadan, dengan kisah lain, yang juga sepadan (2: 23). Tentu saja tidak bisa, dan kalaupun ada, maka rujukan dan kisah hidup yang didatangkannya justru akan menjerumuskannya pada kehidupan sengsara, dan berakibat masuk di dalam neraka (2: 24).

Orang-orang yang beriman pada kisah hidup ini, tentu saja dibarengi dengan perilaku dan tindakan nyata berupa perbuatan-perbuatan baik (‘amal shalih), maka tiada balasan yang setimpal bagi mereka kecuali surga (2: 25). Ayat ini menyebutnya “jannaat”, kebun-kebun yang rindang, kanan dan kirinya ada sungai-sungai mengalir, penuh pohon-pohon buah, dan para penghuninya hidup bersama dengan pasangan yang tulus dan setia (azwaajan muthahharah).

Orang-orang yang beriman pada kisah hidup ini, menerima panduan (hidayah) dan mengejar tujuanya (taqwa), bisa belajar, bahkan dari lalat sekalipun. Sementara orang-orang yang ingkar, tidak akan bisa belajar dari apapun, sehingga mereka akan terus melawan dan berbuat onar (2: 26).

Karena tidak beriman, tidak memiliki panduan dan tujuan hidup, mereka akan mudah mengkhianati komitmen, menghancurkan kesepakatan yang kuat sekalipun, memutus tali persaudaraan, dan melakukan kerusakan-kerusakan di muka bumi. Mereka juga, sesungguhnya, merugikan diri mereka sendiri (2: 27).

Mereka yang ingkar dan berbuat onar ini, tidak sadar bahwa sesungguhnya dulu tidak ada. Mereka diciptakan Allah Swt, lalu hidup. Sehebat dan sekuat apapun, usia mereka akan habis, lalu meninggal dunia. Mereka juga akan dihidupkan kembali, dihadapkan kepada-Nya, untuk mempertanggung-jawabkan apa yang mereka perbuat di muka bumi ini. (2: 28).

Iman atau ingkar, kita semua akan kembali kepada-Nya. Karena kita, hakikatnya, berasal dari-Nya. Dia lah yang menciptakan dan menyediakan segala sesuatu di muka bumi ini, untuk kita semua, terlepas kita beriman ataupun ingkar (2: 29).

Yang beriman akan sadar dengan kisah hidup ini, lalu memiliki panduan (hidayah) dan tujuan hidup yang jelas (taqwa). Yang ingkar, mungkin akan mencari-cari sendiri, dan jika yang ditemukannya adalah selain kisah, panduan, dan tujuan hidup ini, maka mereka pasti akan berbuat onar, membikin kerusakan, dan sesungguhnya mereka merugikan diri mereka sendiri.

Kisah asal muasal hidup manusia ini penting selalu dihadirkan agar kita memiliki panduan (hidayah) dan tujuan (taqwa) dalam menjalani kehidupan ini. Takwa adalah kemenyatuan kita dengan Allah Swt. Kemenyatuan ini, seperti digambarkan dalam Surat al-Fatihah, hanya mungkin dimulai dengan kesadaran kehambaan kita, semua umat manusia, di hadapan-Nya. Karena hanya dengan cara inilah, kita mengakui-Nya sebagai Tuhan, dan kita merasa penting untuk kembali pada-Nya. Orang yang tidak sadar kehambaan dirinya di hadapan-Nya tidak akan merasa perlu kembali pada-Nya, dia akan menjauh, dan tersesat dari jalan-Nya. Dia tidak sadar. Dia ingkar. Dia lalu tidak mau menyatu.

Ini sisi vertikal dari kesadaran kemenyatuan kita pada Allah Swt (taqwa). Sisi lain, yang horizontal, karena hanya Allah Swt yang Tuhan, maka semua manusia diperlakukan sebagai sesama hamba-hamba-Nya, yang setara, bermartabat, dan mulia. Relasi antar hamba, yang terlahir dari kesadaran kemenyatuan dengan-Nya, adalah relasi kesalingan dan kerjasama (mubadalah).

Ada banyak orang yang mungkin mengklaim menyatu dengan Allah Swt, atau menjadi juru bicara-Nya. Tetapi jika tidak dibarengi dengan relasi kesalingan dan persaudaran antar sesama, maka klaimnya adalah bohong dan palsu.

Misalnya, al-Qur’an menegaskan bahwa Allah dan Rasul-Nya mengajak pada kehidupan (QS. QS. Al-Anfal, 8: 24), maka jika ada pendakwah yang mengajak pada kematian, pasti dia pembohong. Al-Qur’an menegaskan misinya adalah kasih sayang (QS. Al-Anbiya, 21: 107), maka penceramah Islam yang menebar kebencian dan permusuhan adalah pasti pembohong.

Al-Qur’an menegaskan bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan adalah kemitraan dan kesalingan (QS. At-Taubah, 9: 71), baik dalam hal ritual, familial, maupun sosial, maka ustadz atau ustadzah yang sehari-hari merendahkan perempuan di hadapan laki-laki, menganggapnya harus selalu taat dan patuh kepadanya, bukan sama-sama patuh kepada Allah Swt, memintanya tunduk dan melayani laki-laki, bukan saling melayani satu sama lain untuk tunduk pada Allah Swt, maka dipastikan mereka adalah pembohong.

Jikapun bukan pembohong, mereka adalah salah jalan dan salah tujuan. Bisa jadi, mereka orang-orang baik, beriman dengan kisah hidup manusia yang diceritkan al-Qur’an, yakin dengan panduan (hidayah) dan tujuan hidup (taqwa), menerima dan berkomitmen dengan kehambaan pada-Nya, mereka ingin menuju alamat yang sama, menyatu dengan-Nya, tetapi alamat dan tujuannya salah. Kemenyatuan dengan Allah Swt hanya bisa diawali dengan penghambaan kepada-Nya (‘ubudiyah) dan diartikulasikan dengan relasi kesalingan antar sesama (mubadalah).

Demikianlah panduan (hidayah) dan jalan yang lurus itu (ash-shiroot al-mustaqiim). Demikianlah jalan yang akan membawa kita sampai pada alamat tujuan kita, kembali kepada Allah Swt, menyatu dengan-Nya. Semoga kita semua terus diberi petunjuk dan panduan, untuk merambah jalan ini, agar sampai, kembali, dan menyatu dengan Allah Swt sebagai jiwa-jiwa yang tenang dan tentram (an-nafs al-muthma’innah). Amiin.

Yaa ayyatuhan nafsul muthma’innah, Iriji’ii ilaa rabbiki roodhiyatan mardhiyyah, fadkhulii fii ‘ibaadii wadkhulii jannatii.

Tags: jalan AllahtafsirTafsir al-Baqarahtafsir al-qurantafsir mubadalahTasawuf al-Qur'anTasawuf Mubadalah
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Bencana Alam
Publik

Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

13 Desember 2025
Perempuan KUPI yang
Keluarga

KUPI Menolak Tafsir yang Menafikan Martabat Perempuan

2 November 2025
Perempuan Kurang Akal
Keluarga

Perempuan Kurang Akal, atau Tafsir Kita yang Kurang Kontekstual?

1 November 2025
Kenikmatan Surga
Hikmah

Bidadari dan Bidadara: Tafsir Mubadalah atas Kenikmatan Surga bagi Laki-laki dan Perempuan

9 Oktober 2025
Surga yang Maskulin
Hikmah

Menggugat Tafsir Surga yang Sangat Maskulin

8 Oktober 2025
al-ummu madrasah ula
Keluarga

Membaca Ulang Al-Ummu Madrasah Ula dalam Tafsir Mubadalah

1 Oktober 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mitokondria

    Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Adat Mollo Pimpin Perlawanan terhadap Tambang Marmer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Bahasa Masih Membatasi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dampak Ekspansi Tambang dan Sawit terhadap Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perjuangan Masyarakat Adat Mollo Menjaga Gunung Batu dari Tambang Marmer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dampak Ekspansi Tambang dan Sawit terhadap Lingkungan
  • Ketika Bahasa Masih Membatasi Disabilitas
  • Perempuan Adat Mollo Pimpin Perlawanan terhadap Tambang Marmer
  • Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • Kosmologi Masyarakat Adat Mollo dalam Melawan Tambang

Komentar Terbaru

  • LK21 Rebahin pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • bokep terbaru pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • билеты и отели pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Crypto News pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • drover sointeru pada Belajar dari Gus Dur dan Daisaku Ikeda, Persahabatan adalah Awal Perdamaian
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID