Mubadalah.id – Keragaman masyarakat Nusantara bukan suatu gejala sosial yang baru. Itu telah menjadi realitas sosial selama ribuan tahun. Sejalan dengan realitas keragaman itu, sejak awal perkembangan Islam, para ulama Nusantara sudah meneladankan sikap untuk kita menghormati non-Muslim.
Nyai Pinatih merupakan satu dari sekian banyak ulama Nusantara itu. Dalam membentuk masyarakat Muslim di Gresik, Nyai Pinatih tidak arrogant dan kasar terhadap non-Muslim. Sebaliknya dia bersikap ramah dan menghormati mereka. Nyai Pinatih merupakan sosok ulama perempuan perekat kerukunan antarumat di Gresik.
Ulama Perempuan yang Membentuk Masyarakat Muslim di Gresik
Bicara soal perkembangan Islam di Gresik, umumnya, kita sudah familiar dengan nama Sunan Giri dan Sunan Gresik. Namun masih agak asing dengan nama Nyai Pinatih. Padahal, perempuan ulama ini termasuk guru dari Sunan Giri. Pernyataan ini tidak berlebihan, mengingat Nyai Pinatih adalah sosok ibu angkat yang mengasuh dan mendidik Raden Paku. Didikan dan dukungan Nyai Pinatih, itu merupakan salah satu modal yang membuat Raden Paku menjadi sosok wali penyebar Islam yang kita kenal sebagai Sunan Giri.
Nyai Pinatih sendiri termasuk sosok yang berjasa dalam perkembangan Islam di Gresik. Dia bersama anak angkatnya, Sunan Giri, saling ber-mitra sejajar dalam mendakwahkan Islam. Hal ini sejalan dengan penjelasan Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, bahwa Nyai Pinatih, bersama Sunan Giri, berperan besar dalam pembentukan masyarakat Muslim di Gresik. Peran Nyai Pinatih ini, oleh Agus Sunyoto dalam bukunya, bahkan setara dengan kiprah Sunan Ampel yang membentuk masyarakat Muslim di Surabaya.
Nyai Pinatih sebagai orang yang mendapatkan tanah di Gresik dari Raja Majapahit, Brawijaya V. Selain itu juga menerima mandat dari raja sebagai syahbandar Pelabuhan Gresik. Sudah barang tentu dia memiliki pengaruh yang amat kuat. Pengaruhnya itu turut dia manfaatkan untuk kemajuan dakwah Islam. Dalam kesehariannya, dia tidak hanya menjalankan tugas sebagai seorang syahbandar yang mengatur pelabuhan. Namun juga memainkan peran keulamaan dalam membentuk masyarakat Muslim di Gresik.
Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat
Nyai Pinatih merupakan seorang ulama perempuan perekat kerukunan yang menunjukkan akhlak menghormati non-Muslim. Meski dalam kiprahnya dia memainkan peran sebagai ulama penyebar Islam di Gresik, namun itu tidak menjadikan dirinya bersikap keras terhadap kalangan non-Muslim.
Novita Siswayanti dalam “Character Education of Female Syahbandar Nyai Ageng Pinatih Gresik,” menjelaskan kalau posisi Nyai Pinatih sebagai seorang syahbandar, dan juga pedagang, membuat dirinya banyak berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai kalangan dan negara yang datang ke Gresik. Sudah barang tentu di antara orang-orang itu terdapat kelompok non-Muslim. Dalam hal ini, Nyai Pinatih tidak menampakkan sikap sinis hanya karena perbedaan agama, sebaliknya dia menunjukkan akhlak ramah dengan menghormati kehadiran mereka.
Nyai Pinatih membentuk masyarakat Gresik di atas pondasi saling menghormati satu sama lain. Baginya perbedaan agama tidak menjadi alasan untuk bermusuhan. Oleh karena itu, tidak heran jika kemudian orang-orang dari berbagai etnis dan agama, pada masa Syahbandar Nyai Pinatih, merasa nyaman untuk menetap atau sekadar singgah di Gresik.
Sebagai seorang ulama perempuan yang sangat berpengaruh di Gresik, pada abad ke-15 M, Nyai Pinatih mampu membimbing masyarakat yang multi etnis dan agama dalam kerukunan. Dia membentuk sebuah masyarakat Muslim yang toleran. Dalam hal ini, Nyai Pinatih tampil sebagai sosok ulama perempuan yang menjadi tokoh perekat kerukunan antarumat beragama. []