• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nyai Solichah Wahid, Ibunda Gus Dur Seorang Aktifis Perempuan

Keaktifan Nyai Solichah tidak hanya pada masa kemerdekaan, tetapi juga pasca kemerdekaan dengan terjun ke Organisasi Kemasyarakatan NU dan terpilih menjadi anggota DPR RI

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
23/06/2022
in Figur
0
Ibunda Gusdur

Ibunda Gusdur

502
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ibunda Gusdur termasyhur dengan nama Solichah Wahid, perempuan agung yang sejak kecil akrab terpanggil Munawwaroh atau Neng Waroh lahir di Jombang, 11 Oktober 1922. Putri ke-5 yang lahir dari pasangan tokoh besar NU, yaitu Kiai Bisri Syansuri dan Nyai Chadijah.

Ibunda Gusdur lahir di lingkungan pesantren yang setiap waktunya bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan dan pengawasan ketat orangtuanya. Kiai Bisri Syansuri mendidik anak-anaknya di Madrasah diniyah yang berada dalam naungannya dengan metode tradisional, sama seperti santri yang lainnya.

Hanya saja sebagai bekal tambahan untuk mengajarkan santri-santri kelas bawah, Kiai Bisri memberikan tambahan pelajaran pribadi seusai salat dzuhur dan Isya’. Hal ini ditegaskan oleh putra Kiai Bisri, KH. Salahuddin Wahid dalam buku yang berjudul Sama tapi Berbeda : Potret Keluarga KH. A. Wahid Hasyim karya Ali Yahya bahwa transfer nilai-nilai ke-Islaman Mbah yai dan mbah nyainya kepada ibundanya berjalan dengan sangat baik terutama dalam hal keteladanan.

Dari pengalaman mengajar santri, membuat pribadi Ibunda Gusdur ini, berpengetahuan luas dan lebih maju meskipun belum mengenal tulisan latin. Terbukti dengan kemampuan leadershipnya mengatur penugasan terhadap saudara-saudara dan santrinya, serta memiliki banyak gagasan.

Di zaman Ibunda Gusdur belia, perjodohan adalah sebuah tradisi yang wajar di kalangan anak-anak ulama. Pun yang terjadi di kehidupan Neng Waroh. Ayahnya menikahkannya dengan Abdourrochim , anak dari Kiai Cholil atas titah dari KH. Hasyim Asy’ari.

Baca Juga:

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Pernikahan sederhana yang terlaksana pada bulan Rajab. Beberapa saat setelah pernikahan, Abdourrochim berpamitan untuk menimba ilmu. Hingga sampai terdengar kabar duka pada usia sebulan pernikahan, Abdurrochim wafat.

Ibunda Gusdur aktif Membantu Perjuangan Para Pejuang Kemerdekaan

Tiba setelah dua tahun kepergian suami, Neng Waroh menikah dengan putra KH. Hasyim Asy’ari, yaitu KH. Wahid Hasyim. Bedanya, pernikahan kali ini bukan merupakan perjodohan antar orang tua. Melainkan pinangan KH. Hasyim Asy’ari sendiri yang murni dengan menemui KH. Bisri untuk meminang Neng Waroh yang kini terkenal dengan Nyai Solichah Wahid.

Pada saat telah pindah ke Tebuireng, Nyai Solichah mulai belajar membaca dan menulis huruf latin karena dulu di rumahnya hanya belajar kitab-kitab klasik. Kiai Hasyim Asy’ari sering membelikan buku-buku bacaan baik berbahasa Indonesia, Inggris maupun Belanda.

Keberanian Ibunda Gusdur Nyai Solichah ikut serta dalam membantu pejuang relawan perang mempertahankan kemerdekaan. Dalam catatan sejarah menceritakan bahwa Neng Waroh menyamar sebagai kurir yang bertugas membawa pesan-pesan rahasia dan makanan serta obat-obatan ke garis depan perjuangan yang ada di Mojokerto, Sidoarjo dan Jombang. Menjadi kurir dalam medan perang adalah pertaruhan yang tak mudah oleh nyali seorang perempuan.

Menurut beberapa sumber, Nyai Solichah atau Neng Waroh juga terlibat aktif dalam organisasi Fujinkai. Yaitu organisasi yang Jepang dirikan dan beranggotakan isteri-isteri pejabat.

Beliau juga aktif dalam kegiatan dapur umum, yang bertugas membantu para pejuang prajurit perang dalam mempertahankan kemerdekaan untuk memperoleh asupan makanan serta kebutuhan. Beliau juga memberikan dukungan moral terhadap mereka.

Keaktifan Nyai Solichah tidak hanya pada masa kemerdekaan, tetapi juga pasca kemerdekaan dengan terjun ke organisasi kemasyarakatan NU dan terpilih menjadi anggota DPR RI, serta turut aktif kedalam kepengurusan yayasan Dana Bantuan hingga akhir hayatnya. []

 

Tags: gusdurianJaringan Gusdurianperempuan pemimpinTokoh Inspiratiftokoh perempuanulama perempuan
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

1 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version