• Login
  • Register
Senin, 27 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nyai Solichah Wahid, Ibunda Gus Dur Seorang Aktifis Perempuan

Keaktifan Nyai Solichah tidak hanya pada masa kemerdekaan, tetapi juga pasca kemerdekaan dengan terjun ke Organisasi Kemasyarakatan NU dan terpilih menjadi anggota DPR RI

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
23/06/2022
in Figur
0
Ibunda Gusdur

Ibunda Gusdur

320
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ibunda Gusdur termasyhur dengan nama Solichah Wahid, perempuan agung yang sejak kecil akrab terpanggil Munawwaroh atau Neng Waroh lahir di Jombang, 11 Oktober 1922. Putri ke-5 yang lahir dari pasangan tokoh besar NU, yaitu Kiai Bisri Syansuri dan Nyai Chadijah.

Ibunda Gusdur lahir di lingkungan pesantren yang setiap waktunya bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan dan pengawasan ketat orangtuanya. Kiai Bisri Syansuri mendidik anak-anaknya di Madrasah diniyah yang berada dalam naungannya dengan metode tradisional, sama seperti santri yang lainnya.

Hanya saja sebagai bekal tambahan untuk mengajarkan santri-santri kelas bawah, Kiai Bisri memberikan tambahan pelajaran pribadi seusai salat dzuhur dan Isya’. Hal ini ditegaskan oleh putra Kiai Bisri, KH. Salahuddin Wahid dalam buku yang berjudul Sama tapi Berbeda : Potret Keluarga KH. A. Wahid Hasyim karya Ali Yahya bahwa transfer nilai-nilai ke-Islaman Mbah yai dan mbah nyainya kepada ibundanya berjalan dengan sangat baik terutama dalam hal keteladanan.

Dari pengalaman mengajar santri, membuat pribadi Ibunda Gusdur ini, berpengetahuan luas dan lebih maju meskipun belum mengenal tulisan latin. Terbukti dengan kemampuan leadershipnya mengatur penugasan terhadap saudara-saudara dan santrinya, serta memiliki banyak gagasan.

Di zaman Ibunda Gusdur belia, perjodohan adalah sebuah tradisi yang wajar di kalangan anak-anak ulama. Pun yang terjadi di kehidupan Neng Waroh. Ayahnya menikahkannya dengan Abdourrochim , anak dari Kiai Cholil atas titah dari KH. Hasyim Asy’ari.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
  • Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik
    • Ibunda Gusdur aktif Membantu Perjuangan Para Pejuang Kemerdekaan

Baca Juga:

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

Pernikahan sederhana yang terlaksana pada bulan Rajab. Beberapa saat setelah pernikahan, Abdourrochim berpamitan untuk menimba ilmu. Hingga sampai terdengar kabar duka pada usia sebulan pernikahan, Abdurrochim wafat.

Ibunda Gusdur aktif Membantu Perjuangan Para Pejuang Kemerdekaan

Tiba setelah dua tahun kepergian suami, Neng Waroh menikah dengan putra KH. Hasyim Asy’ari, yaitu KH. Wahid Hasyim. Bedanya, pernikahan kali ini bukan merupakan perjodohan antar orang tua. Melainkan pinangan KH. Hasyim Asy’ari sendiri yang murni dengan menemui KH. Bisri untuk meminang Neng Waroh yang kini terkenal dengan Nyai Solichah Wahid.

Pada saat telah pindah ke Tebuireng, Nyai Solichah mulai belajar membaca dan menulis huruf latin karena dulu di rumahnya hanya belajar kitab-kitab klasik. Kiai Hasyim Asy’ari sering membelikan buku-buku bacaan baik berbahasa Indonesia, Inggris maupun Belanda.

Keberanian Ibunda Gusdur Nyai Solichah ikut serta dalam membantu pejuang relawan perang mempertahankan kemerdekaan. Dalam catatan sejarah menceritakan bahwa Neng Waroh menyamar sebagai kurir yang bertugas membawa pesan-pesan rahasia dan makanan serta obat-obatan ke garis depan perjuangan yang ada di Mojokerto, Sidoarjo dan Jombang. Menjadi kurir dalam medan perang adalah pertaruhan yang tak mudah oleh nyali seorang perempuan.

Menurut beberapa sumber, Nyai Solichah atau Neng Waroh juga terlibat aktif dalam organisasi Fujinkai. Yaitu organisasi yang Jepang dirikan dan beranggotakan isteri-isteri pejabat.

Beliau juga aktif dalam kegiatan dapur umum, yang bertugas membantu para pejuang prajurit perang dalam mempertahankan kemerdekaan untuk memperoleh asupan makanan serta kebutuhan. Beliau juga memberikan dukungan moral terhadap mereka.

Keaktifan Nyai Solichah tidak hanya pada masa kemerdekaan, tetapi juga pasca kemerdekaan dengan terjun ke organisasi kemasyarakatan NU dan terpilih menjadi anggota DPR RI, serta turut aktif kedalam kepengurusan yayasan Dana Bantuan hingga akhir hayatnya. []

 

Tags: gusdurianJaringan Gusdurianperempuan pemimpinTokoh Inspiratiftokoh perempuanulama perempuan
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Ulama Perempuan Perekat Kerukunan

Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

27 Maret 2023
Asy-Syifa Binti Abdullah

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

24 Maret 2023
Peminggiran Peran Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

21 Maret 2023
Warisan Gusdur

3 Warisan Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i Menurut Prof. Musdah Mulia

20 Maret 2023
Fundamentalisme Islam

Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan

17 Maret 2023
Feminisme Islam

Perjuangan Fatima Mernissi dan Feminisme Islam 

14 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akhlak dan perilaku yang baik

    Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist