Mubadalah.id – Media sosial saat ini tengah berkembang pesat. Setiap orang bisa mengakses sosial media, termasuk anak-anak. Muncul persoalan, pantaskah anak-anak bermain sosial media? Hal ini imbas dari perkembangan zaman yang kian modern dengan ditandai berbagai kemajuan teknologi yang semakin pesat dengan ditandai banyak nya teknologi mutakhir seperti halnya gadget, komputer, laptop serta elektronik lainnya yang semakin canggih.
Adanya jaringan internet memudahkan seluruh orang di dunia berinteraksi melalui platform media sosial yang beragam seperti facebook, instagram twitter, tiktok, dan aplikasi lain yang berbasis jaringan internet. Di antara itu semua, kemungkinan anak-anak bermain sosial media menjadi kian besar.
Tidak hanya media tersebut saat ini aplikasi bermain game pun di dukung dengan jaringan internet sehingga para pengguna yang memainkan game bisa berinteraksi dan saling adu kemahiran dalam permainan game tersebut.
Saat ini gawai banyak di gunakan pada semua kalangan usia dari anak hingga dewasa, menurut data dari Kominfo yang melakukan survei penelitian bersama UNICEF bahwa di di Indonesia 98% dari anak-anak dan remaja tahu tentang internet dan 79,5% adalah pengguna internet. Data tersebut membuktikan bahwa anak-anak menjadi bagian besar pengguna internet. Dan kemungkinan besar anak-anak bermain sosial media.
Berbagai fitur yang termuat dalam gawai/gadgett beragam dan belum tentu bisa digunakan, ditonton, di dengarkan oleh semua kalangan usia. Semua informasi dapat termuat dalam berbagai platform media sosial dan mudah diakses oleh siapapun kapanpun dan dimanapun, hal positif atau negatif bisa termuat didalamnya. Sehingga anak-anak bermain sosial media semakin mengkhawatirkan.
Jika orang dewasa dalam usia perkembangannya sudah mampu berpikir secara rasional, yang berarti mampu memilah mana yang layak dan tidak untuk ditonton atau dimainkan pada saat menggunakan gawai, sedangkan anak-anak bermain media sosial yang mungkin belum memiliki cara berpikir seperti orang dewasa.
Teori dalam ilmu psikologi yang bisa memberikan penjelasan tentang perkembangan kognitif anak yaitu dari Jean Piaget seorang salah satu tokoh psikologi yang memberikan penjelasan diantaranya :
- Tahap sensori-motor : 0 – 1,5 tahun
Yaitu aktivitas anak yang berpusat pada alat indra (sensori) dan gerak (motor) artinya anak mempelajari sesuatu dengan mengenali lingkungan sekitarnya melalui alat indra nya (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan) dan pergerakannya melalui struktur fisik yang dimilikinya seperti aktivitas memegang benda, tengkurap, merangkak, duduk, berjalan dll. Contohnya anak mengenali benda dengan cara melihat, memegang, memasukan kedalam mulut, melemparkan dll.
- Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun
Yaitu anak anak belum bisa berfikir secara terorganisir, tidak sistematis, tidak logis. Sehingga tanda dan simbol seperti misal melalui gambar dan berwarna yang dilihat anak yang memungkinkan ia memahami keadaan yang terjadi di lingkungan nya.
Ada beberapa ciri dalam tahap praoperasional ini diantaranya :
- Transductive reasoning, yaitu
cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis.
- b) Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis
- c) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya.
- d) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia
- e) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di dengar.
- f) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya
- g) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya.
- h) Egosentrisme, yaitu anak melihat
dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya.
- Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun.
Pada tahap ini anak mulai mampu berpikir secara logis dengan bisa mengklasifikasikan benda sesuai dengan karakter, jenis dan ukuran nya, seperti misalnya ketika ia diberi puzle yang beragam bentuknya maka ia paham untuk mengelempokkan benda tersebut sesuai dengan ukuran dan bentuknya.
- Tahap operasional formal : 12 tahun ke atas mampi berpikir secara logis, abstarak dan dewasa. Artinya anak sudah mampu membedakan antara yang benar dan salah dengan cara berpikir apabila melakukan kesalah akan mendapat konsekuensi yang tidak menyenangkan , maka perilaku ia akan menghindar dari hal yang salah atau tidak sesuai dengan aturan.
Dari teori tersebut dapat dikatakan bahwa anak secara kognitif masih dalam tahapan perkembangan yang belum matang dan masih belum bisa berpikir kompleks seperti orang dewasa, maka penting untuk diketahui dan dimengerti oleh semua orang tua sebagai madrasah pertama agar lebih awas terhadap anak-anak bermain sosial media.
Karena pada dasarnya dalam setiap tindakan dan perilaku anak berasal dari pengasuhan orang yang lebih dewasa di lingkungan sekitarnya terutama orang tua. Maka perlu ada pengawasan bagi anak-anak bermain sosial media, dan menggunakan gawai ketika mengakses konten internet lainnya, agar anak tidak salah menggunakan gawai sebagai salah satu sarana mereka untuk belajar. []