• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Parenting, Kesalingan dan Sariwangi

Pada iklan Sariwangi yang diperankan oleh keluarga Indra dan Mona dapat disaksikan bersama, bagaimana orang tua melakukan interaksi kepada sang buah hati, baik secara perkataan, maupun perbuatan

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
06/07/2020
in Featured, Pernak-pernik
0
Parenting

Parenting

144
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa yang ingat iklan komersil teh Sariwangi yang dibintangi oleh keluarga Indra Brasco dan Mona Ratuliu? Iklan teh yang kerap riwa-riwi di layar kaca telivisi nasional ini berkisahkan tentang anak sulung Indra dan Mona yang mempunyai rencana untuk nonton konser bersama teman-temannya.

Keinginan ini disampaikannya kepada sang Bunda dan dibalas senyuman sebagai tanda merestui. Namun, si sulung juga ingin memohon izin kepada Yandanya dan meyakinkannya bahwa ia mampu untuk menjaga diri. Setelah menikmati teh seduhan sang Bunda, si sulung memberanikan diri untuk berbicara kepada Yandanya dan seketika dibalas dengan kalimat “nggak boleh!”

Akan tetapi kalimat itu menjadi kalimat yang bersambung setelah sang Yanda menikmati seduhan teh yang disuguhkan kepadanya. Dengan nada girang sang Yanda menambahkan, “kalau bukan ayah yang nganterin.” Seketika itu juga suasana mencair, Yanda dan anak sulungnya saling berpelukkan, dan segala kekhawatiran terselesaikan.

Ada tiga pelajaran kehidupan yang berharga yang dapat kita ambil berdasarkan iklan berdurasi 30 detik ini:  Pertama, Parenting. Dikenal sebagai pendekatan keilmuan dalam relasi orang tua dan anak, menjadikan parenting sebagai objek yang banyak dipelajari orang tua jaman sekarang. Thomas G. O’Connor dalam bukunya yang berjudul Parenting and Outcomes for Children menyatakan bahwa relasi yang dibangun oleh orang tua-anak sangat menentukan kualitas hubungan antara mereka; dan juga menentukan kualitas diri pada anak-anak hingga mereka dewasa. Hal ini sangat berkaitan dengan QS. Al-Tahrim ayat 6:

يأيها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Burhanudin TR. Menafsiri ayat ini (“Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Al-Qur’an Surat Al-Tahrim/66 Ayat 6,” Journal UPI) sebagai dasar pendidikan dalam keluarga. Pendidikan yang dibangun atas relasi orang tua-anak melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan-latihan yang dilakukan secara terus menerus sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan yang merupakan pola asuh orang tua-anak ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan jasmani, emosi, akal, sosial, serta keimanan.

Pada iklan Sariwangi yang diperankan oleh keluarga Indra dan Mona dapat disaksikan bersama, bagaimana orang tua melakukan interaksi kepada sang buah hati, baik secara perkataan, maupun perbuatan. Kata-kata yang diucapkan adalah kata-kata yang sopan, lembut, namun juga memiliki ketegasan. Pengucapan kata-kata yang demikian melahirkan hubungan timbal-balik yang serupa, sang anak juga akan melakukan yang sama ketika berbicara kepada kedua orang tua.

Baik orang tua maupun anak, mereka masing-masing menjaga perkataan dan perbuatannya agar tidak menyakitkan bagi lainnya. Finalnya, orang tua tetap dapat menjaga anak-anaknya, dan anak juga dapat mengikuti koridor pendidikan yang digunakan oleh kedua orang tuanya.

Kedua, kesalingan. Kesalingan merupakan keniscayaan yang membahagiakan. Hal inilah yang senantiasa digaungkan oleh pejuang-pejuang Mubaadalah. Dalam relasi orangtua-anak, kesalingan merupakan jembatan yang menghubungkan dua generasi yang memiliki minat, cara pandang, keinginan, dan pilihan yang umumnya berbeda.

Untuk menjaga keluarga dan kerabat berdasarkan surah yang tertera di atas, kesalingan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam praktiknya. Karena, jika hanya orang tua saja yang berusaha dalam hal mendidik dan tidak memiliki timbal balik atau dengan kata lain pola asuh tersebut tidak menghasilkan apa pun kepada sang anak, maka hal tersebut akan sia-sia.

Dan sebaliknya, jika anak memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk dapat dijaga, namun orang tua tidak memiliki potensi untuk memberikan pola asuh yang baik, maka relasi yang dihasilkanpun tidak akan maksimal baiknya, atau bahkan berdampak buruk bagi pribadi sang anak, baik secara jasmani, emosi, akal dan spiritualnya.

Iklan Sariwangi ini mengajarkan kepada kita tentang parenting, bahwa orang tua harus terus berperan terhadap tumbuh kembang dan kehidupan sang anak, dan sang anak juga harus terus berperan serta mengakui pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Tidak lain agar hubungan antara orangtua-anak dapat terwujud sebagai hubungan yang baik dan membahagiakan.

Ketiga, iklan komersil Sariwangi ini bernilai moral dan problem solving. Selain itu juga memberikan sebuah pelajaran penting, bahwasanya apapun cara yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, tetap harus memikirkan dan juga memberikan keuntungan serta manfaat kepada orang lain pula, baik itu manfaat yang bersifat material, maupun non-material.

Pada iklan ini, tidak saja menyampaikan pesan moral tentang kesalingan dalam pola asuh orangtua-anak, namun juga tentang salah satu cara menyelesaikan masalah, yakni dengan mengambil jalan tengah. Ketika orang tua memiliki prinsip A, dan anak memiliki keinginan B, maka bukan tetap pada prinsip A atau ikut pada keinginan B, melainkan memilih jalan C, yakni pertemuan antara prinsip A dan keinginan B.

Pertemuan dua hal yang berbeda ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan yang terjadi, tetapi juga menyatukan perbedaan yang dihadapi. Dan metode ini dapat diterapkan dalam masalah apapun saat kita mengalami pertentangan tentang dua perkara. Sebagaimana hadis yang masyhur:

خير الامور اوسطها

“Sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya.”

Dan inilah hakikat dari Mubaadalah, yakni: bagaimana kita dapat memahami sesama dengan tidak memaksakan perspektif pribadi, melainkan perspektif dan kemaslahatan bersama; bagaimana memahami sesama berdasarkan konsep kesalingan yang membahagiakan; serta bagaimana memilih metode jalan tengah untuk mewujudkan keadilan dan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam segala bentuk relasi. Selamat menjadi saling bermanfaat dan saling membahagiakan, baik kepada diri sendiri, anak, orang tua, bangsa, negara, agama, dan juga terhadap sesama. []

Tags: anakIklan Teh SariwangikeluargaKesalinganMubadalahorang tuaparentingRelasi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID