• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Pemain Naturalisasi di Mata Perempuan; Menjual Bakat atau Paras?

Keberadaan pemain naturalisasi dianggap menjadi mata air yang menjanjikan untuk mengairi tanah Indonesia yang gersang akan prestasi sepak bola

Moh. Nailul Muna Moh. Nailul Muna
06/05/2024
in Pernak-pernik
0
Pemain Naturalisasi

Pemain Naturalisasi

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – PSSI sebagai induk persatuan sepak bola Indonesia menyambut agenda AFC U-23. Yakni dengan  menghadirkan ‘kembali’ warga-warga asing berdarah Indonesia sebagai pemain Nasional. Adapun syaratnya yaitu memenuhi perundang-undangan pengalihan kewarganegaraan (Baca: pemain naturalisasi). Setidaknya terdapat 6 pemain naturalisasi yang mereka datangkan. Antara lain, Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, Elkan Baggott, Ivar Jenner, dan Rafael Struick.

Fakta Pemain Naturalisasi TIMNAS Indonesia

Jauh sebelum nama-nama tersebut tepatnya pada saat perhelatan piala AFF 2010, beberapa pemain naturalisasi telah menghiasi bangku pemain TIMNAS. Terdapat nama seperti Irfan Bachdim, Maitimo, Van Beukering, Toni Cussell dan Cristian ‘el-Loco’ Gonzales. Pada periode tersebut keberadaan pemain cangkokan mereka anggap menjadi mata air yang menjanjikan untuk mengairi tanah Indonesia yang gersang akan prestasi sepak bola.

Meski demikian, awal kemunculan naturalisasi telah terjadi sejak tahun 1950. Di mana saat itu terdapat seorang kiper Belanda bernama Van Der Vin yang berhasil dinaturalisasi. Kemudian ia membela TIMNAS Indonesia melawan Hungaria pada tahun 1960.

Naturalisasi bagi Bung Towel dan Coach Justin

Tidak dapat kita pungkiri bahwa semakin banyaknya pemain-pemain ‘cabutan’ berbarengan dengan semakin ramainya pro dan kontra. Semisal Tommy Welly atau yang lebih terkenal dengan sebutan Bung Towel, seorang pengamat sepak bola nasional, mengkritik keberadaan pemain naturalisasi yang seharusnya tidak bisa menjadi solusi bagi keringnya prestasi.

Penyebabnya sumber pemain naturalisasi terbatas dan tidak bisa kita terapkan untuk jangka panjang. Selain itu, ia meyakini bahwa sebagian pemain naturalisasi tidak lebih baik dibanding pemain lokal. Justru, mereka hanya menghabiskan jatah kuota pemain lokal di skuad TIMNAS.

Baca Juga:

Wasit dan Persoalan Kepemimpinan Tak Adil

Sekeping Perunggu Gregoria Mariska Tunjung

Olimpiade Paris 2024: Kontroversi Larangan Hijab bagi Atlet Muslim Prancis Memicu Protes Global

Sepak Bola, Rasisme, dan Teladan Anti-Rasis Sang Nabi

Selain itu, program naturalisasi RI pernah menjadi bahan ledekan kubu Vietnam menjelang pertandingan kualifikasi piala dunia 2026 antara Indonesia melawan Vietnam di Hanoi pada 26 Maret 2024. Warga Vietnam bercuit dengan mengatakan “terkadang kami saling meledek karena tidak tahu apakah kami akan bermain melawan tim Indonesia atau Belanda.”

Lain halnya dengan Bung Towel, Justinus Laksana (cochi), seorang pundit tersohor Indonesia, meyakini bahwa pemain naturalisasi harusnya bisa lebih diperbanyak karena terbukti adanya gap kualitas pemain yang jauh antara pemain naturalisasi dengan pemain lokal. Ia  mengibaratkan bahwa pemain lokal tidak memiliki nilai tambah sama sekali dalam skema permainan Shin Tae-yong (STY).

Artis Lapangan Hijau

Dalam sudut pandang laki-laki, perdebatan pemain naturalisasi berada dari kelayakan mereka dari segi kemampuan untuk membela skuad Indonesia. Namun berbeda dengan perempuan, mereka sering kali mengeluh-elukan pemain naturalisasi dari paras yang mereka miliki. Contoh baik dari kasus ini terjadi pada Piala AFF 2010. Saat itu, Irfan Bachdim sukses menjadi primadona lapangan hijau bagi kaum Hawa karena ketampanannya.

Hal yang semisal juga terjadi pada era pelatih STY, di mana generasi tersebut memiliki beberapa pemain naturalisasi yang berwajah rupawan semisal Rafael Struick, Ivar Jenner, Justin Hubner dan Nathan Tjoe-A-On. Maka tidak heran, nama-nama tersebut menjadi sorotan para perempuan sekaligus menjadi perbincangan menarik di media sosial, terlepas dari baik-buruknya penampilan mereka di lapangan. Semboyan yang pas untuk hal ini adalah “Lu ganteng, maka lu aman”.

Perilaku yang sama juga berlaku bagi empat serangkai pemain naturalisasi untuk perhelatan AFC U-23 ini. Semisal Rafael Struick yang diburu sekumpulan perempuan setelah ia melakukan latihan di Gelora Bung Karno. Wanita-wanita tersebut berduyun-duyun berswafoto dengan Struick di samping lapangan. Hal tersebut mengesankan adanya fomo dengan ketampanan artis sepak bola, dan bukan dengan kualitas permainan mereka.

Tren Pemain Naturalisasi

Pemahaman ini kemudian menjalar ke setiap lini di media sosial. Di mana perempuan tidak hanya mencari sensasi keseruan menonton sepak bola, namun lebih mengikuti artis idola mereka yang bertanding di lapangan. Bahkan sosok pemain di luar TIMNAS juga menjadi sasaran. Sebagaimana Ali Jasim, pemain sepak bola Iraq U-23, yang diidolakan lagi-lagi sebab parasnya yang tampan.

Ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba, sesuai pengalaman yang ada selama ini bahwa pemain-pemain naturalisasi juga seringkali tertarik dan menikah dengan perempuan Indonesia. Sebagaimana Cristian Gonzales dengan Eva Siregar, Greg Mwokolo dengan Kimmy Jayanti, dan Alberto Goncalves dengan Rosmala Dewi. Bagi penulis hal ini wajar sebab “di mana bumi itu terpijak maka di situ jodoh kita cari”.

Hemat penulis bahwa tren pemain naturalisasi bagi perempuan lebih menawarkan munculnya sosok-sosok artis baru bagi mereka. Dengan kata lain akan muncul pergeseran atau paling tidak perluasan makna “artis idola”. Yakni dari artis sinetron yang mahir beradegan di layar kaca ke artis lapangan hijau yang mahir berdansa dengan bola. Menimbang bahwa keduanya juga sama-sama berdandan sebelum tampil menghibur penonton. []

Tags: olahragaPemain NaturalisasiPiala AFC U-23sepak bolaTimnas Indonesia
Moh. Nailul Muna

Moh. Nailul Muna

Penulis berasal dari Lamongan. Ia merupakan alumni PBSB S1 UIN Sunan Kalijaga dan LPDP S2 UIN Syarif Hidayatullah dengan jurusan IAT. Latar belakang pendidikan non-formalnya yakni: PP. Matholi’ul Anwar, LSQ Ar-Rahmah, Sirojut Ta'limil Quran, Al-Munawwir, PPA. Nur Medina, dll. Beberapa kajian yang pernah digeluti penulis antara lain, kepesantrenan, Tafsir, Hadis, dan gender yang menjadi tema tesis. Pada saat ini penulis sedang mengabdi di UIN Saizu, UNU Purwokerto dan PESMA An Najah.

Terkait Posts

KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version