Mubadalah.id – Kesadaran akan hidup bersih tidak hanya bertumpu pada pengetahuan mengenai hubungan kebersihan dengan kesehatan, tetapi juga bertumpu pada perasaan. Pengetahuan tentang hubungan kebersihan dengan kesehatan diperoleh melalui ilmu pengetahuan, tetapi kepekaan terhadap kebersihan dibangun melalui pembiasaan sejak kecil.
Konsistensi orangtua terhadap keharusan anak-anak untuk cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, mandi dan gosok gigi secara teratur.
Lalu, menyapu lantai dan halaman rumah, buang sampah di tempatnya, meletakkan sepatu di tempatnya, merapikan pakaian dan buku-buku di kamarnya. Termasuk membereskan tempat tidur setiap bangun tidur, merupakan pekerjaan membiasakan anak pada hidup bersih. Hingga kesadaran akan kebersihan itu menjadi bagian dari kepribadiannya.
Pada usia remaja, kesadaran akan hidup bersih harus mendapat dukungan dari pengetahuan empirik, misalnya, melihat air, benda, atau tangan kotor dengan bantuan mikroskop sehingga mereka melihat sendiri kuman-kuman penyakit pada kotoran tersebut. (Baca juga: Mengenal Sosok Mira Murati; Perempuan yang Menolak US$1 miliar dari Mark Zuckerberg)
Adapun perilaku bersih dan tertib pada masyarakat hanya mungkin kita wujudkan dengan pengaturan yang kota rancang secara serius. Seperti sistem pemeliharaan kebersihan umum lengkap dengan segala sarananya, sistem sanitasi, sistem pembuangan limbah di tempat-tempat umum.
Kemudian mendapat dukungan dengan peraturan yang menjamin kelangsungan hidup bersih dan tertib. Misalnya, Singapura mengenakan denda sekitar lima ratus ribu rupiah bagi orang yang hanya membuang puntung rokok secara sembarangan. []